4.1.2 Peranan mikroorganism pada
pelekatan larva invertebrata.
Zobell
dan Allen (1935) menyatakan bahwa mikroba laut terlibat dalam meletakkan larva
invertebrata pada substrat yang keras. Semenjak diketahui, ini menjadi
kenyataan bahwa mikroorganisme memberikan pengaruh yang hebat pada kemampuan
larva untuk meletakkan sebelum ke metamorphosa.
(Scheltema, 1974). Dan untuk
makroorganisme lainnya seperti Barnacles
dan algae, untuk melengketkan ke substrat (Crisp, 1974, Walaupun demikian,
dengan argumentasi yang meyakinkan, ini merupakan potensi yang bisa
dieksploitasi keuntungan interaksi antara mikroba dengan invertebrata untuk
biotekhnologi (Bonar, et al, 1986), Mekanisme pelekatan ini muncul hubungan
produksi komponen mikroba. Neumann (1974) menyatakan bahwa kemampuan Vibrio ultrafiltrat, dengan
ukuran 103 – 104 berat molekul dalton, yang menyebabkan
lengketnya larva dari Scyphozoan cnidarian, Cassiopea andromeda.
Kirchman et al (1982 1, b)
menyatakan bahwa
polysacharida atau glycoprotein di
permukaan biofilm, yang diproduksi oleh Pseudomonas marina, yang
menyebabkan lengketnya dan metamorphosa dari polychaete, Janua (dexiospira)
brasiliensis. Contoh ini, menstimul
untuk terjadinya metamorphosa kelihatan yang meliputi pebalutan lectin larva
dengan eco-polymer bakteri. Kesamaan, polysacharida bakteri telah
diimplikasikan untuk melengketkan larva oyester. (Weiner dan Colwell, 1982).
Penyebab pelengketan lainnya mungkin stimulasi larva adalah transpor aktiv
kation, seperti Na+/K+, -ATPase (Muller dan Buchal 1973).
Bagaimananpun juga, ini harus dilihat
jika ia atau tidak mikroorganisme atau exo-polymer nya akan diproduksi
dan digunakan secara komersial untuk melengketkan dari invertebrata laut yang
memiliki nilai ekonomi penting.
4.1.3 Keterlibatan Mikroba dengan
pembentukan biji-bijian mangan.
Telah
dikenal beberapa periode bahwa, biji-bijian mangan tersebar di dasar laut.
Tentu saja, adalah skema komersial yang besar
untuk mengumpulkan butiran ini. Bagaimanapun juga ini masih merupakan
hal yang kontroversi asal persis dari deposit ini. Hipotesa menyatakan bahwa
bakterilah yang membentuk butiran ini.
Beberapa diantaranya berkembang bahwa banyak bakteri laut, sperti Achromobacter,
aeromonas, arthrobacter, Bacillus,
Brevibacterium, Flavobacterium, micrococcus, Oceanspirilium, Pseudomonas,
Siderocopsa dan vibrio mempunyai kemampuan pengumpalan mangan
sebagai oxida stabil, tidak larut. Ex. MnO2 (Nelson dan Tebo, 1980),
Bagaimanapun telah dikembangkan bahwa bakteri laut mempunyai kapsul
ektraseluler yang mengandung endapan (Cowen dan Silver, 1984). Seperti bakteri,
yang digambarkan sebagai gram positif, bulat diameter 0,3 – 0,5 um (termasuk
materi kapsul, diameter meningkat 1 –2 um) ditemukan dengan peningkatan
frekwensi dengan kedalaman 100 m. Tentu saja frekwensi organisme kapsul meningkatkan dengan kedalaman. Untuk itu ditarik kesimpulan untuk menyatakan
organisme ini dengan keberadaan mangan di dasar laut.
4.1.4 Fermentasi produks makanan.
Pada
negara industri, di negara-negara barat, Interaksi mikroba dengan derivat
makanan dari laut, umumnya dilihat sebagai kerusakan bagi produk dan konsumen. Sebelumnya di negara-negara
timur, banyak makanan fermentasi sebagai hasil
aktivitas mikroba, sebagai contoh, produk Shoyu hasil aktivitas mikroba dan alga coklat, produk alga lainnya derivat dari aktivitas Alternaria,
Aspergillus dan Penicilium. Fermentasi ikan hasil dari pengaruh Jamur dan
atau Clostridia. Produk daging cumi-cumi, diketahui sebagai
Ika-Shiokara, melibatkan ragi pada proses pematangan. Adanya 20 –30% (w/v) NaCl
yang mendominasi ragi diantaranya Rhodotorula mucilaginosa dan R.
minutavar texensis, dengan jumlah yang kecil dari Candida, cryprococcus,
Debaryomyces dan Sporobolomyces. Bagaimanapun juga dengan hanya 10%
(w/v) NaCl, yang dominan adalah ragi R. mucilaginosa dengan suksesi D.kloeckeri setelah satu minggu dari proses pematangan. Konsentrasi garam, ragi lainnya termasuk Candida,
cryptococcus, torulopsis dan Trchosporon (Mori et al, 1977).
Akhirnya,
adanya organisme tertentu mungkin
digunakan sebagai indikator kondisi
polusi.
4.2 Dampak Negatif
4.2.1 Biodeterioration/biofoling
dari objek di laut.
Mikroorganisme
laut juga mempunyai dampak kerugian peranan mereka dalam menguraikan objek-objek komplek, seperti kayu dermaga
kapal, benang jaring dan tali. Tidak
hanya bahan alami yang bisa diserang bahkan bahan sintetis juga seperti nylon.
Perkarat (Biofoling) pada permukaan bagian bawah kapal laut, sehingga dapat menghambat
pergerakan kapal tersebut yang akhirnya meningkatkan biaya operasi. Pengecatan dengan cat perak 10 –20
ug dari perak /cm2/hari dan atau komponen organotin dapat mengurangi biofoling.
Proses biofoling ini diawali dari
penempelan bakteri Gram negatif, kemudian diikuti oleh bakteri yang bercabang
(Stalked bacteri, Crisp, 1974), seterusnya
diatom (Colwell et al, 1980) misalnya
Bellerochea, Biddulphia, Chaetoceros dan Melosira (Wood,
1967) dan Protozoa. Diawali dengan diversity yang rendah kemudian diikuti dengan yang lebih banyak.
Colweel
et al (1980) mempelajari proses pelapukan pilar-pilar kayu di
pelabuhan oleh Isopoda Limoria tripunctata
pada daerah tropis, Secara esensial data menunjukkan perkembangan komunitas
biofoling seperti mat-like ditutupi oleh flot-forming bacteri dalam dua hari,
walaupun pilar tersebut diresapi dengan
40% Creosote-naphthalene. Bagaimanapun juga tingkat kerusakan lebih besar pada
yang tidak diperlakukan dari pada yang diperlakukan. Pilar kayu dirusak oleh
interfas air-dan udara.
4.2.2 Mobiisasi logam berat.
Kemampuan
mikroorganisme mengakumulasi logam berat seperti mercuri (Colweel et al,
1975) mungkin merupakan konsekwensi untuk makroorganisme yang memangsa
mikroorganisme yang akhirnya masuk ke dalam jaringan makanan. Sebagai
contoh bakteri Pseudomonas dapat
mengakumulasi mercuri, mungkin hasil
aktivitas plasmid. Bakteri ini mungkin menumpuk pada organisme
filter-feeder seperti Oyester atau di
konsumsi eukaryotik seperti ciliata
khususnya Keronopsis pulchra (Colwee et al, 1975) dan Uronema
nigrificans (Berk dan Colwell, 1981). Sebaliknya ciliata sebagai
bahan makanan untuk copepoda
seperti Eurytemora affinis (Berk dan Colweell, 1981) yang mungkin di
konsumsi oleh ikan. Jadi yang diserap oleh bakteri, toksik logam dengan cepat akan ditransfer
pada rantai makanan.
4.2.3 Sumber bibit Penyakit.
Tidak
dapat disangkal lagi , bahwa ligkungan laut merupakan habitat yang dapat/sesuai
bagi mikroba pathogen. Sebagai contoh Vibrio Chorela (Muller, 1977) . Sumber
utama dari organisme ini adalah buangan sewage, patogen lainnya mungkin
merupakan tempatnya yang normal. Khususnya perairan pantai.
Organisme
faekal seperti Escherichia Coli, mungkin
pindah dari predator amoeba seperti Vexillifera dan mycobacter dari genus polyangium (Roper
dan Marshall, 1978). Bagaiamanapun juga Vibrio
parahaemolyticus biasa ditemukan pada pantai dan estuaria, sedimen dan
invertebrata khususnya di musim panas. (El shan et al , 1982). Organisme
ini bersama dengan Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Salmonella mungkin terakumulasi di dasar, pada organisme filter feeding
seperti Mussel dan oyester (Van den
Broek et al ,1 079), Thi –Son dan Fleet, 1980). Jika dikonsumsi oleh manusia
akan menyebabkan keracunan makanan. Ini membutuhkan pembersihan yang praktis.
4.2.4 Pembusukan Dan Keracunan
Makanan.
Suatu
kontroversi benar atau tidak bahwa daging ikan secara normal adalah steril, khususnya pada fillet ikan (Bisset,
1948, Shewan, 1971). Bagaimanapun juga, dari penangkapan ikan mungkin
terkontaminasi selama penyimpanan dan filet. Pada kapal ikan, kebersihan
merupakan standarnya. Sebagai contoh mikroflora, air pembuangan es mengandung 2,1x 107 – 2,2 x 10 9
bakteri/ml dan 6,3 x 103 – 7,2 x 104 fungi dan yeast/ml
(Chen dan Chai, 1982). Yang dominan
adalah Acinetobacter, Alcaligenes, Bacillus, Corynebacterium,
Flavobacterium, Micrococcus, Moraxella dan Vibrio. Dengan waktu
mereka mencapai pantai, ikan utuh
mungkin mempunyai populasi
mikroba yang kecil pada daging yaitu 2 x 103 bakteri/ml (Alexander
dan Austin, 1986). Tanpa diragukan, kebersihan dari prosedur filller sebagai
contoh : pisau, papan pemotongan dan air cuci. Dan fasilitas penyimpanan
berpengaruh pada ukuran populasi mikroba
di filet. Alexander dan Austin (1986) menemukan 9,2 x 10 5
bakteri/g daging filet haddock. Banyak
dari organisme ini memberikan
kontribusi dari pembusukan. Secara
khusus, bau busuk merupakan dari
aktifitas Alteromonas dan Pseudomonas,
hypoxanthine diproduksi dari
inosine-5-monophosphat oleh Alteromonas, photobacterium dan
pseudomonas putrefaciens dan trimethylamin diproduksi dari trimethylamin
oxida oleh moraxella seperti bakteri. Photobacterium dan Pseudomonas putrefaciens (Van
Spreekens, 1977), pada tahap ini ikan
tidak bisa digunakan.
Bakteri
pembentuk histamin, yang relevan dengan
pembusukan makanan, telah ditemukan dari ikan segar dan ikan busuk (Okuzumi et
al, 1984). Organisme mungkin
mencapai populasi 106 – 108/gram
pada ikan busuk yang telah diidentifikasi Aeromonas, Citrobacter, Hafnia
alvei, Proteus Morganii, Proteius vulgaris dan Vibrio. Level 100 mg histamin/ 100 gr bisa menghasilkan
penyakit yang klinis.
4.3 Latihan
1.Diskusi dengan teman anda apa
dampak mikroba terhadap lingkungan laut.
2. Bagaimana mikroba dapat
mendegradasi sampah.
Petunjuk latihan.
1.Untuk mengerjakan latihan ini
anda dapat membaca kembali kegiatan 8.1
2. Untuk mengerjakan latihan ini
anda dapat membaca kembali kegiatan 8.1.1.2
4.4. Rangkuman.
Pada
ekosistem laut, mikroba memberikan dampak baik positif maupun negatif. Dampak
positif yang banyak dipelajari sampai saat ini adalah bagaimana mikroba dapat
mendegradasi polutan, sampah, Fiksasi
Nitrogen yang merupakan unsur yang sering menjadi factor pembatas produser
primer pada suatu ekosistem, oksigenasi, ini akan sangat diperlukan pada
perairan yang dalam, sehingga mampu memproduksi oksigen ini terutama di
hasilkan oleh mikroba fotosintesis dan kemosintesis. Hal yang sangat penting
adalah peranannya dalam rantai makanan dan pembentukan biji logam di dasar
laut, Biodeteriosasi bangunan di dalam laut dan mobilisasi logam berat.
4.5 Tes formatif
Tunjukkan kemampuan anda dengan
memberikan jawaban B (benar) atau S (salah) pada setiap pertanyaan dibawah ini.
1. B-S . Polutan atau zat pencemar adalah sebutan terhadap bahan
atau materi yang masuk ke dalam suatu ekosistem dan menyebabkan terganggunya
ekosistem tersebut.ra.
2. B–S. Mikroba tidak mampu
sama sekali merombak bahan organik seperti chitin, lignin, pati dan lemak.
3. B–S. Acinetobacter merupakan salah satu genus bakteri yang
mampu menguraikan produk minyak bumi.
4. B–S. Nitrogen merupakan salah satu unsur kimia yang sering
sebagai faktor pembatas di lingkungan laut, dan mampu di fiksasi oleh mikroba.
5. B–S. Oksigenasi perairan
laut sama sekali tidak bisa dilakukan oleh mikroba.
6. B–S. Butir-butir biji logam mangan, tidak ada sama sekali keterlibat bakteri dalam
pembentukannya terutama di dasar laut.
7. B–S.Biofoling merupakan perkaratan atau pelapukan dan
pembentukan tonjolan oleh mikroba.
8. B–S. Mikroorganisme mempunyai kemampuan tertentu
mengakumulasi logam-logam berat.
9. B–S. Mikroba patogen tidak bisa ditemukan sama sekali di
perairan laut.
10 . B–S. Vibrio chorela merupakan mikroba penyebab penyakit
kolera yang biasa ditemukan di laut.
4.6
Umpan Balik dan Tindak Lanjut.
Cocokkan jawaban anda dengan kunci Jawaban
Test formatif 5 yang terdapat di bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah
jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda dalam materi kegiatan Belajar 9.
Rumus
:
Tingkat
Penguasaan = Jumlah Jawaban yang benar x
100%
10
Arti
tingkat penguasaan yang anda capai :
80-100%
= Baik sekali
70-80
% = Baik
60
– 70% = Sedang
>
60 = Kurang
Jika
anda mencapai tingkat penguasaan diatas 80%, anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar 9. Tetapi kalau dibawah 80%, sebaiknya lakukan ulangan
kegiatan Belajar 1 terutama yang belum anda kuasai.
4.7.
Kunci Jawaban tes formatif.
a.
B
b.
S
c.
B
d.
B
e.
S
f.
S
g.
B
h.
B
i.
S
j.
B
Daftar Pustaka.
Alexander, M.1977. Microbial
Ecology. Wiley.Ltd.New York.
Austin B and Austin D.A 1987. Bacterial fish patogen, disease in farmed and wild fish. Ellis Horwood Limited. Chicchester.
Austin B. 1988. Marine
microbiology. Cambridge University Press. Cambridge.
Brock.T.D 1966 Principles of
microbial ecology. Prentice Hall. New Jersey.
Burns R.C and Hardy R W F. 1975.
Nitrogen fixation in bacterial and higher Plants. Springer-Verlag.Berlin.
Campbell R. 1977. Microbial
Ecology. Blackwell Scientific publications. Oxford. Dickinson. C H and Puhg G H
F eds (1974). Biology of Plant litter Decompotition. Academic Press London.
Herbert. R A. and Codd G A eds
1986. Microbes in extreme Environment. Academic Press London.
Laskin A.I and Lechevalier H eds
(1974). Microbiol ecology CRC Press Phio.
Lyinch. J.M and Poole N J eds
1979. Microbiol ecology. A conceptual approach. Blackweell Scientific
Publications London.
Lyinch J M. Hobbie J E.eds 1988.
mikroorganisme in action concept and application in microbial ecology Blackwell
Scientific Publication.
Rodina.g. 1972. Methods in aquatic
microbiology. University Park Press Baltimore.
Zobell.C.E 1969. Microbial modification of crude oil in
the sea.in API/FWPCA Conference on prevention and control of oil spill.
American petroleum institut Washington.
Cobell C E. 1973. Microbial
degradation of oil: Present status problems and perspective. In the microbial
degradation of oil pollutants. D.G Ahearn eds. Lousianan State University.
0 komentar "DAMPAK MIKROBA PADA LINGKUNGAN LAUT (II)", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat