Toksisitas
adalah kekuatan atau kemampuan suatu materi yang menimbulkan dampak merugikan
pada makhluk hidup. Efek toksik
dihasilkan dari konsentrasi dan waktu pemaparan (exposure time) serta dimodifikasi oleh variabel seperti suhu, pH
dan keberadaan materi tersebut.
Uji
toksisitas digunakan untuk mengevaluasi polusi air, karena uji kimia dan fisika
sendiri tidak cukup dalam memperkirakan pengaruh polutan terhadap
toksikan. Kepekaannya terhadap racun
dari suatu spesies tergantung pada umur, ukuran, jenis kelamin, kondisi
reproduksi dan pemaparan oleh tekanan lain (APHA, 1976).
Pada uji bioassay sering dilakukan dalam bentuk statis (air tidak mengalir)
dengan menggunakan spesies yang relatif tahan dalam jangka waktu 48 atau 96 jam
untuk memperolah daya akut dengan standar jumlah ikan uji dalam wadah uji
sekitar 2.5 liter per gram ikan.
PERSYARATAN ORGANISME
1) organisme
harus sensitif terhadap bahan atau faktor lingkungan yang diuji
2) Organisme
harus memiliki penyebar yang penyebaran yang luas dan tersedia sepanjang tahun.
3) organisme
harus memiliki nilai ekonomis, keindahan atau merupakan faktor penting dalam
ekologis.
4)
Organisme
harus mudah dipelihara dalam kondisi laboratorium.
5)
Organisme
harus berada dalam kondisi baik, tidak terserang penyakit dan parasit.
6)
Ada referensi
Uji toksisitas bertujuan untuk
mendapatkan toksisitas yang mematikan (lethal
toxicity) yang bersifat akut. Uji toksisitas akut yang sering dilakukan
adalah uji akut letal (mati) karena mati adalah respon yang paling mudah
diamati. Berdasarkan hasil penelitian 50% respon merupakan pengamatan yang
paling dapat diulang dari toksisitas bahan uji, dan 96 jam (atau kurang) adalah
standar waktu pemaparan karena pada umumnya pada kurun waktu tersebut sudah
menunjukkan periode aksi akut letal. Oleh karena itu pengukuran toksisitas akut
yang sering dilakukan dengan ikan dan makro invertebrata adalah konsentrasi
media letal 96 jam (LC50-96).
Usaha untuk mencari nilai LC50
(lethal concentration) selama 96 jam
tersebut sebenarnya mencari nilai taksiran konsentrasi pencemaran (bahan uji)
yang mulai mematikan 50% dari jumlah hewan uji selama 96 jam. Toksisitas
tersebut merupakan resultan dari suatu faktor waktu dan konsentrasi yang
memodifikasi variabel seperti suhu, jenis bahan pencemar yang berbeda di
lingkungan tersebut dan sebagainya.
Pengaruh
lethal disebabkan gangguan pada
syaraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau tidak bernafas akibatnya cepat
mati. Pengaruh sub lethal terjadi
pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi
untuk perkembangbiakan, pertumbuhan, dan sebagainya.
BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah air laut, benih ikan ( contoh ikan kakap putih yang
berukuran 3-4 cm umur 40 hari dan bahan kimia uji. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples
plastik bervolume 10 liter sebanyak 16 buah, pH meter, DO meter, termometer, Handrefraktometer, batu aerasi, selang
plastik, neraca analitik ketelitian 0,0001 gram, tabung ukur, pipet ukur, alat
tulis dan kamera.
METODE PENELITIAN
Metode uji yang digunakan adalah uji
hayati (bioassay) dengan sistem statis (air tergenang) yang diaerasi.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen dan tiga kali ulangan.
Uji ini terdiri atas tiga tahap yaitu :
- Uji
pendahuluan.
- Uji
persistensi.
- Uji
toksisitas.
Uji Pendahuluan
Uji
ini bertujuan menentukan kisaran konsentrasi kritis ambang atas (N) dan
konsentrasi ambang bawah (n) dari bahan uji.
Uji Persistensi
Uji persistensi ini bertujuan untuk melihat
penurunan toksisitas bahan uji. Dari hasil uji persistensi ini dapat diketahui
kapan saatnya dilakukan penggantian media uji pada uji toksisitas, agar daya
toksik bahan uji tidak berkurang. Pada uji persistensi konsentrasi bahan uji
adalah nilai konsentrasi yang diperoleh dari ambang atas pada uji pendahuluan.
Uji Toksisitas
Uji
toksisitas bertujuan untuk melihat nilai LC50-96 jam dari bahan uji.
Berdasarkan konsentrasi kritis ambang atas (N) dan konsentrasi ambang bawah (n)
dapat dibuat deretan konsentrasi untuk perlakuan pada uji toksisitas dengan
memakai rumus:
Log
N/n = k log a/n …………………………………..(1)
a/n : b/a : c/b : x/c …………………………………….(2)
dimana:
a
: konsentrasi terkecil setelah n
n
: konsentrasi ambang bawah (ppm)
N
: konsentrasi ambang atas
K
: banyaknya selang konsentrasi
b, c, x : konsentrasi selanjutnya
PROSEDUR
AKLIMATISASI
Sebelum uji dilakukan terlebih
dahulu ikan diaklimasi selama empat hari agar ikan dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan media uji. Selama aklimasi ikan diberi makan dua kali
sehari dengan pakan berupa pelet. Sisa-sisa makanan dan kotoran dibuang dengan
cara menyipon. untuk menjaga ketersediaan oksigen dalam setiap media uji
dilakukan aerasi.
UJI PENDAHULUAN (PRE
TEST)
Uji pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui nilai konsentrasi ambang atas (N) dan konsentrasi ambang bawah (n)
dari deterjen yang digunakan dari penelitian ini. Di dalam wadah uji dimasukkan
air laut sebanyak 10 liter dengan konsentrasi deterjen yang telah ditentukan. Waktu
uji adalah sampai 48 jam. Setiap perlakuan mempunyai tiga kali ulangan,
kemudian ke dalam wadah uji dimasukkan
ikan uji sebanyak 10 ekor dan diaerasi. Pengamatan terhadap kematian ikan uji
dilakukan setelah kurun waktu pendedahan 6, 12, 24, dan 48 jam. Ikan uji yang
mati segera dikeluarkan untuk mencegah pengotoran media uji. Konsentrasi bahan
pada uji pendahuluan dibuat dengan lima
deret konsentrasi.
Data kematian ikan selama 24 jam
dilihat dari konsentrasi terbesar dimana hampir semua ikan uji telah mati
setelah waktu 24 jam, merupakan nilai ambang atas (N). Konsentrasi terkecil
dimana hampir semua ikan uji masih hidup setelah kurun waktu 48 jam merupakan
nilai ambang bawah (n).
UJI PERSISTENSI
Uji persistensi dilakukan untuk
melihat penurunan daya racun dari bahan uji terhadap waktu uji. Konsentrasi
yang digunakan didapat dari konsentrasi ambang atas (N). Pada masing-masing
wadah uji diisi air laut sebanyak 10 liter yang mengandung bahan uji pada waktu
bersamaan. Dalam setiap wadah uji dimasukkan 10 ekor ikan setiap wadah uji
setelah waktu pendedahan 6, 12, 24, dan 48 jam dan media uji diaerasi selama
penelitian.
Ikan uji yang berada pada setiap tempat uji dibiarkan
selama 24 jam. Dilakukan pengamatan kematian ikan uji setelah 24 jam, untuk
melihat kapan media uji diganti dibuat grafik tingkat kematian dalam persen
terhadap waktu saat pemasukaan ikan uji. Dari grafik tersebut dapat dilihat
kecendrungan toksisitas itu menaik, menurun atau mendatar yang menunjukkan
persisitensinya.
UJI TOKSISITAS
Pada uji toksisitas pada masing-masing
media uji diisi air dan konsentrasi bahan uji perlakuan. Konsentrasi bahan uji
sesuai dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan nilai ambang atas dan
ambang bawah. Ke dalam setiap wadah uji
dimasukkan biota uji (ikan 10 ekor) dalam waktu relative bersamaan. Pengamatan
terhadap biota uji dilakukan setelah 24, 48, 72 dan 96 jam. Ikan uji yang mati
segera dibuang untuk mencegah terjadinya pengotoran media uji.
PENGAMATAN
KUALITAS AIR
Parameter
kualitas air yang diukur selama uji adalah suhu, pH, oksigen terlarut dan
salinitas. Pengukuran kualitas air bertujuan untuk menjaga keadaan lingkungan
media uji sebagai syarat untuk kehidupan ikan kakap putih, agar selama
penelitian kematian ikan bukan disebabkan oleh faktor kualitas air dan melihat
pengaruh bahan uji terhadap parameter kualitas air. Pemeriksaan kualitas air
dilakukan dengan alat pada berikut :
Metode Pengamatan Kualitas Air
No
|
Parameter
|
Alat
|
Metode
|
1
|
Suhu
(0C)
|
Termometer
|
In situ
|
2
|
pH
|
pH
Indikator
|
In situ
|
3
|
Salinitas
|
Hand
Refraktometer
|
In situ
|
4
|
DO
|
DO
meter
|
In situ
|
ANALISIS DATA
Untuk mencari nilai LC50
pada 24, 48, 72 dan 96 jam dipakai metode analisis regresi dengan pembobotan
menurut (Busvine dalam Siagian, 2004)
yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu sebagai berikut :
1. Penentuan Konsentrasi bahan uji
Dalam waktu uji toksisitas yaitu
berdasarkan nilai konsentrasi ambang atas (N) dan ambang bawah (n) yang telah
diuraikan secara logaritmik.
2. Jumlah Hewan Uji
Tiap wadah uji diberikan 10 ekor ikan uji, kemudian ditambah dengan
kontrol sehingga setiap konsentrasi perlakuan terdapat 10 x 3 = 30 ekor.
3. Menentukan Persentase Kematian
Pada masing-masing konsentrasi uji
(perlakuan) dihitung persentase ikan uji yang mati.
4. Mengkoreksi Angka Kematian
Koreksi angka kematian ini dihitung
dengan rumus :
Pt
= Po – Pc x 100%
100 – Pc
Pt : Koreksi kematian (corerection mortality) (%)
Pc : Persentase kematian pada kontrol (control mortality).
5. Log Dosis (X)
Sesudah ditentukan dosis yang
digunakan dalam uji toksisitas. Perhitungan selanjutnya diubah dalam bentuk
log. Bila konsentrasinya rendah, maka tambahkan dengan nilai guna sehingga
perhitungan probitnya lebih mudah.
6. Probit Empiris
Tranformasi % kematian kepada nilai
probit berdasarkan tabel tranformasi probit.
7. Probit Harapan (Y)
Nilai kematian yang diharapkan sesuai
dengan dosis perlakuan. Dalam menentukan probit harapan ini dengan jalan
menghubungkan % kematian dengan dosis bahan uji yaitu memplotkan angka %
kematian yang diperoleh dari uji biologis dengan grafik yang tersedia yaitu
grafik probit mortality.
8. Probit Kerja (y)
Ini digunakan untuk melihat kerja dari
bahan uji yang digunakan. Probit ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Y = yo + k.p
Dimana : y : Probit kerja
k
dan yo : Faktor untuk pembobotan
p : Persentase kematian
Dalam menentukan probit kerja ini erat
kaitannya dengan probit harapan. Untuk menentukan nilai faktor k dan yo diperoleh
dari Tabel Faktor Pembobotan. Koefisien pembobotan ini ditentukan berdasarkan
nilai probit harapannya.
9. Koefisien Pembobotan
Nilai koefisien pembobot yang
digunakan dalam penentuan LC50 – 96 jam yang dapat ditentukan
berdasarkan Tabel Faktor Pembobotan. Koefisien pembobot ini ditentukan
berdasarkan nilai probit harapan.
10. Bobot
Bobot ini digunakan untuk menentukan
pengaruh bahan uji dengan mengalikan nilai koefisien pembobotan dengan jumlah
ikan uji pada masing-masing perlakuan.
Untuk perhitungan selanjutnya
langkah-langkah dari 1 sampai 10 disusun dalam bentuk tabel berikut :
Tabel . Analisis Penyusunan Data
Probit
Dosis (ppm)
|
∑ ikan uji
|
% mati
|
Log dosis (X)
|
Probit empiris
|
Probit harapan (Y)
|
Probit kerja (y)
|
Koefisien bobot
|
Bobot (W)
|
WX
|
Wy
|
WX2
|
WXy
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
Perhitungan : X = ∑WX , Y = ∑Wy , b = ∑WXy - X∑Wy
∑W ∑W ∑WX2 - X∑Wx
Persamaan Regresi : Y = a + bX dan
a = Y – bX
Dimana a : konstanta, b : koefisien regresi
y : 5 (kematian 50% maka nilai
probitnya :5)
x : Konsentrasi, Nilai LC50 adalah antilog X
Untuk menentukan nilai konsentrasi
aman (safety concentration) dipakai
faktor aplikasi menurut (Wibisono, 1989) yakni 10% dari nilai LC50-96 jam. Sedangkan untuk
melihat pengaruh pemberian bahan uji pada konsentrasi yang berbeda terhadap
tingkat mortalitas benih ikan data dianalisis secara statistik dengan ANAVA dan
dengan Uji F. Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak dilakukan dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel pada selang kepercayaan 99%.
Apabila F hitung > F tabel berarti hipotesis diterima, artinya ada pengaruh
perlakuan bahan uji dengan konsentrasi
yang berbeda terhadap kelulushidupan benih Ikan.
ada contoh untuk perhitungan penentuan konsentrasi dnegan rumus logaritma diatas itu ga ya? makasih
BalasHapus