III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
No
|
Jenis alat
|
Jumlh alat
|
Hari / trip
|
Hari / penangkapan
|
Unit / kapal
|
Kapal / unit
|
Hasil / ton
|
Orang / kapal
|
1
2
3
4
5
6
|
Bagan
Purseine
Tonda
Jaring
Longline
Bubu
|
50
20
1200
2000
4000
180
|
5
10
10
12
100
10
|
3
6
5
8
60
8
|
1
1
1
2
2
1
|
1
1
17
20
1500
90
|
6
4
½
9
40
20
|
10
8
5
10
17
13
|
Jumlah
|
7450
|
147
|
90
|
8
|
1629
|
79,5
|
63
|
Konversi ke bagan
No
|
Jenis alat
|
Jumlh alatj jlh alat
|
Hsl / hr/ ton
|
Rata-rata alat hsl / hr
|
Ratio hsl alat / hr
|
Effort convers (bagan)
|
1
2
3
4
5
6
|
Bagan
Purseine
Tonda
Jaring
Longline
Bubu
|
50
20
1200
2000
4000
180
|
6
4
½
9
40
20
|
0,12
0,2
0,00041
0,0045
0,01
0,111
|
1,00
1,66
0,003
0,037
0,083
0,925
|
50,00
33,32
3,6
74
332
166,5
|
Jumlah
|
7450
|
|
|
|
659,3
|
Converse alat
ke bagan = 7450 / 659,3
= 11,29
3.2.
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh berdasarkan analisis
statistika, maka dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu jumlah ikan yang tersedia
dalam suatu perairan Samudera Bungus Padang sebelum ditangkap sebesar 23632, 84
ton. Sedangkan ikan yang boleh ditangkap (MSY) adalah 79,5 ton, ini menunjukan
bahwa terjadi penagkapan yang normal. Jumlah alat yang optimal yang boleh
digunakan dalam melakukan penangkapan adalah 7450 seandainya alat tangkap
melebihi kapasitas yang telah ditetapkan
akan berpengaruh terhadap potensi perikanan itu sendiri.
Kalau dilihat berdasarkan jumlah ikan pada waktu tertentu setelah
dilakukan penangkapan setiap tahun berbeda mulai dari tahun 1970 sampai
tahun 1981. Jumlah ikan setelah dilakukan penangkapan yang tertinggi terjadi
pada tahun 1974 yaitu –3127,16 ton sedangkan jumlah ikan setelah dilakukan
penangkapan yang mengakibatkan penurunan terhadap sumberdaya ikan itu sendiri
terjadi pada tahun 1979 yaitu sebesar
–22076,16 ton. Perbedaan jumlah hasil tangkapan
ikan setelah dilakukan penangkapan ini dipengaruhi banyak faktor
misalnya musim, kondisi perairan, alat tangkap yang digunakan dan Nelayan itu
sendiri dalam melakukan penangkapan. Penangkapan yang berlebihan ini bisa mengakibatkan over fishing ini
ditunjukkan pada hasil yang didapatkan
bertanda negatif atau minus akibat terjadi penangkapan secara besar-besaran
yang melebihi batas maksimum dan potensi lestari suatu perairan.
Untuk tingkat eksploitasi
atau potensi perikanan dalam suatu perairan yang boleh diambil setiap tahunnya
berbeda. Tingkat eksploitasi yang tertinggi terjadi pada tahun 1979 sebesar 123
% sedangkan tingkat eksploitasi yang terkecil yaitu pada tahun 1974 sebesar 72
%.
Dalam melakukan penangkapan ikan
disuatu perairan tergantung kepada sumberdaya ikan itu sendiri,
menggunakan alat tangkap yang selektif/alat yang optimal untuk dioperasikan
agar tidak merusak organisme dan kelangsungan hidup serta penangkapan yang
dilakukan harus didasarkan kepada MSY (ikan yang boleh ditangkap).
Masalah stok tidak terlepas dengan rekruitmen, pertumbuhan dan
mortalitas dari suatu ikan. Stok dapat digunakan dalam keadaan seimbang, dimana
rekruitmen dan pertumbuhan diimbangi oleh mortalitas alami. Stok yang dapat
digunakan akan berkurang karena mortalitas alami saja dan penangkapan namun
diimbangi oleh recruit dari kelompok ikan kecil dengan pertumbuhan ikan yang
telah direkruit akan memperbesar stok.
Beberapa usaha yang dilakukan dalam perikanan ialah menentukan
penangkapan yang seimbang tetapi maksimum atau “Maximum Sustainable Yield”
(MSY). Kesetimbangan stok akan terganggu apabila penangkapan melampaui batas
seperti apabila pengambilan stok yang dapat digunakan itu diambil secara tetap
dimana sebenarnya secara komersial tidak memadai lagi. Dalam mengembalikan
populasi itu menajadi setimbang bisa terjadi bila rekruitmen dalam jumlah
besar, kecepatan pertumbuhan yang besar dan mortalitas alami sangat kurang
(Effendie, 1979).
Dalam mengelola sumberdaya ikan yang ada perlu adanya penutupan
musim penangkapan. Musim ikan terjadi jika hasil ikan per upaya penangkapan
(catch per unit effort/CPUE), tiada lain merupakan ukuran produktifitas
serta kelimpahan sumberdaya ikan yang relatif
lebih tinggi.
Kebijakan atau pendekatan selektivitas alat tangkap dalam
manajemen sumberdaya perikanan adalah metode penangkapan ikan yang bertujuan
untuk mencapai atau mempertahankan struktur umur yang paling produktif dari
stok ikan. Kebijakan ini bertujuan dengan cara memberi kesempatan pada ikan
yang masih muda untuk tumbuh, bertambah nilai ekonominya serta kemungkinan
bereproduksi sebelum ikan tersebut ditangkap. Penangkapan ikan secara selektif
berarti menjaga kontinuitas kegiatan penangkapan ikan sehingga keberlanjutan
sumberdaya ikan terjamin. Pendekatan manajemen sumberdaya perikanan ini
dilaksanakan melalui penggunaan alat tangkap ikan yang tinggi selektivitasnya.
Beberapa contoh pendekatan ini adalah pembatasan minimum terhadap ukuran mata
jarring, pembatasan ukuran mimimum mata pancing, serta pembatasan ukuran mulut
perangkap pada kondisi terbuka. Dengan penetapan mata jarring yang minimum.
Ikan tang tertangkap hanya ikan yang berukuran besar, sementara itu ikan yang
berukuran lebih kecil darim mata jaring akan lolos adari penangkapan Nikijuluw
(2002).
DAFTAR PUSTAKA
Effendie, M. I., 1979. Metode biologi perikanan.
Yayasan Dwi Sri, Bogor. 112 hal.
Nikujuluw, Victor P. H. 2002.
Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Bogor. 236 hal.
Tarumingkerang, R. C. 1994.
Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan.
Universitas Kristen Krida Kencana. Jakarta. 56 hal.
0 komentar "Dinamika Populasi (II)", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat