BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Latar belakang
Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka
memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan
martabat kemanusiaannya. Semua tindakan pendidik diarahkan kepada tujuan agar
peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya,
berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan di atas
tersurat dan tersirat bahwa pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia,
bersifat normatif, dan karena itu mesti dapat dipertanggungjawabkan. Sehubungan
dengan hal diatas, praktek pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara
sembarang, sebaliknya harus dilaksanakan secara didasari dan terencana.
Artinya, praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan
tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-cara
pelaksanaannya. Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat momen
berpikir dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen
praktek pendidikan. Sebelum melaksanakan prakterk pendidikan, diantaranya
mengenai landasan-landasannya. Sebab, landasan pendidikan akan menjadi titik
tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi titik tolak dalam
menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-cara
pendidikan. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi mantap,
sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul akan dapat di pertanggungjawabkan.
1.2 Rumusan
Masalah
1) Apa hakikat manusia ?
2) Apa pengertian landasan ?
3) Apa pengertian pendidikan?
4) Apa saja jenis-jenis landasan
pendidikan?
5) Apa fungsi landasan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan YME, dalam perjalanan hidupnya
manusia mempertanyakan tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul keberadaan
dirinya sendiri. Dua aliran filsafat yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut, yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme (J.D. Butler, 1968). Menurut
Evolusionismme, manusia adalah hasil puncak dari mata rantai evolusi yang terjadi
di alam semesta. Manusia sebgaimana halnya alam semesta ada dengan sendirinya
berkembang dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Sebaliknya filsafat
Kreasionisme menyatakan bahwa asal-usul manusia, sebagaimana halnya alam
semesta adalah ciptaan suatu Creatif
Causee atau Personality, yaitu Tuhan YME. Adapun secara filosofis
penolakan tersebut antara lain didasarkan kepada empat argument berikut ini :
1) Argumen ontologism ; Semua manusia memiliki ide tentang
Tuhan. Sementara itu, bahwa realitas (kenyataan) lebih sempurna daripada ide
manusia. Sebab itu. Tuhan pasti ada dan realitas ada-Nya itu pasti lebih
sempurna dari pada ide manusia tentang Tuhan.
2) Argumen Kosmologis, Segala sesuatu yang ada mesti
mempunyai suatu sebab. Adanya alam semesta termasuk manusia adalah sebagai
akibat. Di alam semesta terdapat rangkaian sebab akibat, namun tentunya mesit
ada sebab Pertama yang tidak disebabkan oleh yang lainnya.
3) Argumen Teleologis, Segala sesuatu memiliki tujuan
(contoh : mata untuk melihat, kaki untuk berjalan dsb.). Sebab itu, segala
sesuatu (realitas) tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan diciptakan oleh
Pengatur tujuan tersebut, yaitu Tuhan.
4) Argumen Moral : Manusia bermoral, ia dapat membedakan
perbuatan yang baik dan yang jahat, dsb. Ini menunjukan adanya dasar, sumber
dan tujuan moralitas.Dasar, sumber, dan tujuan moralitas itu adalah Tuhan. Dengan
demikian dapat Anda simpulkan bahwa manusia adalah individu/pribadi, artinya
manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan
yang lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek yang otonom.
Sosialitas. Sekalipun setiap manusia adalah
individual/personal, tetap ia tidak hidup sendirian, tak mungkin hidup
sendirian, dan tidak mungkin hidup hanya untuk dirinya sendiri, melainkan ia
juga hidup dalam keterpautan dengan sesamanya.
Keberbudayaan. Kebudayaan adalah “keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat, 1985). Ada tiga
jenis wujud kebudayaan, yaitu : 1) sebagai kompleks dari ide-ide, ilmu
pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dsb. 2) sebagai
kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyrakat; dan 3)
sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Moralitas. Eksistensi manusia memiliki dimensi moralitas.
Manusia memiliki dimensi moralitas karena ia memiliki kata hati yang dapat
membedakan antara baik karena ia memiliki kata hati yang dapat membedakan
antara baik dan jahat. Adapun menurut Immanuel Kant disebabkan pada manusia
terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak (categorical
imperative).
Keberegamaan. Keberegamaan merupakan salah satu
karakteristik esensial manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan
perilakunya. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentang waktu
(dulu, sekarang, akan datang). Dimanapun manusia berada.
Historisitas. Eksistensi manusia memiliki dimensi historisitas,
artinya bahwa keberadaan manusia pada saat in terpaut kepada masa lalunya, ia
belum selesai mewujudkan dirinya sebagai manusia, ia mengarah ke masa depan
untuk mencapai tujuan hidupnya.
Komunikasi/Interaksi. Dalam rangka mencapai tujuan hidupnya,
manusia berinteraksi/berkomunikasi. Komunikasi ini dilakukan baik secara
vertical, yaitu dengan Tuhannya, secara horizontal yaitu dengan alam dan sesama
manusia serta budayanya.
Dinamika. N. Drijarkara S.J. (1986)
menyatakan bahwa manusia mempunyai atau berupa dinamika (manusia sebagai
dinamika), artinya manusia tidak pernah berhenti, selalu dalam keaktifan, baik
dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya.
2.2 Pengertian Landasan Pendidikan
Ada dua istilah terlebih dahulu yang perlu kita kaji dalam
rangka memahami pengertian landasan pendidikan, yaitu istilah landasan dan
istilah pendidikan.
Landasan, didalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia(1995 : 260) istilah landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau
tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai
dasar di kenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita
dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alasa atau dasar pijakan dari
sesuatu hal, suatu titik tumpu atau titik tolak dari sasuatu hal atu suatu
fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.
Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua jenis landasan,
yaitu :
1. Landasan yang bersifat material, dan
2. Landasan yang bersifat konseptual.
Landasan pendidikan tergolong kedalam jenis yang bersifat
konseptual. Landasan yang bersifat konseptual pada dasrnya identik dengan
asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan
yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir(
melakukan suatu studi) dan atau dalam rangka bertindak (melakukan suatu
praktek). Menurut Troy Wilson Organ, “asumsi dapat dibedakan dalam tiga macam,
yaitu : aksioma, postulat, dan premis tersembunyi.
a. Aksioma adalah asumsi yang di terima
kebenarannya tanpa perlu pembuktian, atau suatu pernyataan yang kebenarannya
ditarima secara universal.
b. Postulat yaitu asumsi yang diterima
kelompok orang tertentu atas dasar persetujuan .
c. Premis tersembunyi yaitu suatu
asumsi yang tidak di nyatakan secara tersurat yang di harapkan di pahami atau
di terima secara umum.
Pendidikan secara etimologi bisa di artikan Paedagogie berasal dari
bahasa Yunani, terdiri dari kata ”PAIS” artinya anak, dan ”AGAIN” diterjemahkan
membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.
Sedangkan secara terminologi pendidikan (Padagogie) diartikan oleh para tokoh
pendidikan, sebagai berikut :
1.
John dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan – kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional ke arah alam
dan sesama manusia.
2.
D. R. MJ. Langeveld
Pendidikan adalah pemberian bimbingan bantuan rohani bagi
yang masih memerlukan, dalam pelaksanaan bimbingan diperlukan yang sengaja
positif kearah tujuan yang diinginkan. Sifat Pendidikan : Semua usaha,
pengaruh, perlindungan dan bantuan harus diberikan tertuju kepada kedewasaan
anak didiknya.
3.
SA. Bratanata dkk
Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung
maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam
perkembangannya mencapai kedewasaannya.
4.
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak –
anak, artinya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya. Selain itu pendidikan
merupakan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pengerti (pikiran) dan
jasmani anak.
5.
Rousseau.
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada
pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
6.
UU SPN 20/03
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuataan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
7.
Panggulowentah (Jawa)
Pendidikan berarti mengelola,
mengubah kejiwaannya, mematangkan perasaan, pikiran, kemajuan dan watak sang
anak (mengenai pemberian pengetahuan melalui pengajaran/ onderwus).
8.
Educare (Romawi Inggris)
Pendidikan berarti mengeluarkan dan
menuntun/ membangunkan kekuatan terpendam atau mengaktivkan kekuatan potensil
yang dimiliki anak.
9.
Jumberansyah Indar
Pendidikan merupakan usaha manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi baik jasmani atau pun rohani sesuai
dengan nilai yang ada di masyarakat dan kebudayaan.
10.
Edgar Dalle
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan,
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
11.
Kingsley Price
Pendidikan adalah proses yang berbentuk non pisik dari
unsur-unsur budaya yang dipelihara atau dikembangkan dalam mengasuh anak-anak
muda atau dalam pembelajaran orang dewasa.
12.
J. Adler
Pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia
(bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan,
disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara
artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau
dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.
13.
John S. Brubacher
Pendidikan merupakan proses timbal balik dari tiap individu
manusia dalam rangka penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan dengan
alam semesta.
Hakikat pendidikan tiada lain adalah humanisasi, yaitu upaya
memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai
salah satu landasannya. Konsep hakikat manisia yang di anut pendidik akan
berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Tujuan pendidikan
adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia yang di cita-citakan sesuai
nilai-nilai dan norma-norma yang di anut. Pendidikan bersifat normatif dan
mesti di pertanggung jawabkan. Maksudnya pendidikan harus dilaksanakan secara
di sadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh,sehingga jelas
tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara
pelaksanaannya. Implikasinya,dalam pendidikan mesti terdapat momen berpikir dan
bertindak. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa dalam rangka pendidikan itu
mesti terdapat momen studi pendidikan
dan momen praktek pendidikan. Momen
studi pendidikan yaitu saat bepikir atau saat mempelajari pendidikan dengan
tujuan untuk memahami/manghasilkan sistem konsep pendidikan. Momen praktek
pendidikan yaitu saat dilaksanakannya berbagai tindakan/praktek pendidikan atas
dasar hasil studi pendidikan,yang bertujuanmembantu seseorang atau sekelompok
orang (peserta didik) agar mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan
pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak praktek
pendidikan. Dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen
praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan kita akan memperoleh pemahaman
tentang landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek
pendidikan. Namun demikian, landasan pendidikan sebagai hasil studi pendidikan
tersebut juga dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi lebih lanjut.
2.3
Jenis-jenis
landasn pendidikan
Asumsi-asumsi yang menjadi titik tolak dalam rangka
pendidikan berasal dari berbagai sumber, dapat bersumber dari agama, filsafat,
ilmu, dan hukumatau yuridis. Berdasarkan sumbernya, jenis landasan pendidikan
dapat di identifikasi dan di kelompokkan menjadi :
1. Landasan religius pendidikan
Landasan
religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
2. Landasan filosofis pendidikan
Landasan
filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang
menjadi titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat, antara lain
idealisme,realisme, pragmatisme, pancasila. Landasan folosofis pendidikan tidaklah
satu melainkan ragam sebagaimana ragamnya aliran filsafat.
3. Landasan ilmiah pendidikan
Landasan
filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu
tertentu yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Sebagaimana anda ketahui
terdapat berbagai disiplin ilmu seperti :
a. Landasan psikologis pendidikan
adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah psikologi yang menjadi
titik tolak dalam pendidikan.
b. Landasan sosiologis pendidikan
adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah sosiologi yang dijadikan
titik tolak dalam pendidikan.
c. Landasan antropologis pendidikan
adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang
dijadikan titik tolak dalam pndidikan.
d. Landasan ekonomi pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumberdari kaidah-kaidah ekonomi yang dijadikan titik
tolak dalam pendidikan.
e. Landasan biologis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah biologi yang dijadikan titik
tolak dalam pendidikan.
f. Landasan politik pendidikan adalah asumsi-asumsi
yang bersumber dari kaidah-kaidah politik yang dijadikan titik tolak dalam
pendidikan.
g. Landasan historis pendidikan adalah
asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari konsep dan praktek pendidikan masa
lampau (sejarah) yang menjadi titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan
masa mendatang.
h. Landasan fisiologis pendidikan
aadalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari kaidah-kaidah fisiologi
tentang manusia yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
Landasan yuridis/hokum pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundang yang berlaku, yang dijadikan titik tolak
dalam pendidikan. Contoh: Di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tntang system
pendidikan nasiaonal dinyatakan “setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar” (pasal 6); “setiap
warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti programwajib belajar” (pasal
34). Implikasinya, kepala Sekolah Dasar atau penerimaan siswa baru di SD harus
memprioritaskan anak-anak (pendaftar) berusia tujuh tahun untuk diterimasebagai
siswa dari pada anak-anak yang baru mancapai usia enam tahun. Karena itu
panitia penerimaan siswa baru perlu menyusun daftar urut anak (pendaftar)
berdasarkan usianya, baru menetapkan batas nomor urut pendaftar yang akan di
terima sesuai kapasitas yang di miliki sekolah. Berdasarkan sifat isi
asumsi-asumsinya, landasan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1) Landasan deskriptif pendidikan
Landasan
deskriptif pendidikan adalah asumsi-asumsi tentang kehidupan manusia sebagai
suara pendidikan apa adanya (Dasein) yang dijadikan titik tolak dalam rangka
pendidikan. Landasan deskriptif pendidikan umumnya umumnya bersumber dari hasil
riset ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu, sebab itu landasan deskriptif
pendidikan di sebut juga landasan ilmiah pendidikan atau landasan factual
pendidikan. Yang termasuk landasan deskriptif pendidikan antara lain meliputi :
landasan psikologis pendidikan, landasan biologis pendidikan, landasan
sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan.
2) Landasan preskriptif pendidikan
Landasan preskriptif pendidikan adalah asumsi-asumsi tentang
kehidupan manusia yang ideal/diharapkan/di cita-citakan (Dasss Sellen) yang
disarankan menjadi titik tolak studi pendidikan dan atau praktek pendidikan.
dan Landasan perspektif pendidikan antara lain mrliputi : landasan filosofis
pendidikan, landasan religius pendidikan, dan landasan yuridis pendidikan.
2.4 Fungsi Landasan Pendidikan
Pendidikan yang yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang
kokoh, maka prakteknya akan mantap, benar dan pendidikan menjadi efissien,
efektif, dan relevan dengan kebutuhan idividu, masyarakat dan pembangunan.
Contoh, dalam praktek pendidikan para guru antara lain di
tuntut agar melaksanakan peranan sebagai semboyan “Tut Wuri Handayani”. Untuk itu
para guru idealnya memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari semboyan tersebut.
Guru berperan sebagai penentu perkembangan pribadi siswa, guru berperan sebagai
pembentuk untuk menjadi siapa para siswanya dikemudian hari. Sekalipun guru
hapal betul semboyan tersebut, tetapi jika asumsi-asumsinya tidak dipahami dan
tidak diyakini, maka perbuatan dan praktek pendidikannya tetap tidak bertitik
tolak pada semboyan tadi,tidak mantap, terjadi kesalahan, sehingga tidak
efisien dan tidak efektif.
Sebaliknya, jika guru memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari
semboyan tut wuri handayani (yaitu: kodrat alam dan kebiasaan siswa), maka ia
akan dengan sadar dan mantap melaksanakan peranannya. Guru akan memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk mengatur diri mereka sendiri dalam rangka
belajar, guru menghargaikebebasan siswa. Guru membimbing para siswa dalam rangka belajar seuai dengan kecapatan
dan kapasitas belajar masing-masing. Guru hanya akan “mengatur” atau
mengarahkan siswa ketika melakukan kesalahan atu salah arah dalam rangka
belajarnya. Berdaarkan uraian di atas, jelas kiranya bahwa asumsi atau tumpuan
bagi para guru dalam melaksanakan praktek pendidikan. Landasn pendidikan yang
di anut itulah yang akan berfungsi sebagai titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan yang di selenggarakan. Selain itu, landasan pendidikan berfungsi
pula sebagai titik tolak dalam rangka studi pendidikan lebih lanjut.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia dan pendidikan merupakan dua hal yang tak bisa
dipisahkan karena sejak manusia lahir telah diajarkan pendidikan yang mendasar
oleh kedua orang tuanya maupun orang-orang disekitarnya hingga akhir hayatnya.
Selain itu peran guru sebagai pendidik disekolah harus memahami fungsinya
dengan baik karena sebagi seorang guru tidak hanya mengajar intuk menyampaikan
ilmu tetapi juga mendidik dan mengarahkan anak didiknya untuk menggapai
prestasi dengan tanpa melupakan norma-norma kehidupan dan juga guru harus
memahami fungsi pendidikan itu sendiri.
3.2 Saran
Kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Esa. Jika terdapatkesalahan
dalam penulisan serta dalam penyajian isi materi terdapat kekurangan , kami
mohon bimbingan para pembaca agar kami bisa menjadi lebih baik dalam penulisan
makalah ataupun penyajian materi.
DAFTAR
PUSTAKA
Syrifudin, Tatang dkk.
2006. LANDASAN PENDIDIKAN. Bndung :
UPI PRESS
http://yandiyulio.wordpress.com/2009/05/25/landasan-pendidikan/
http://aryaharyanti.blogspot.com/2013/04/landasan-pendidikan.html
0 komentar "Landasan Pendidikan", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat