BAB
II
BAKTERI
LAUT ANTARA MITOS DAN KENYATAAN
1.
Pengantar.
Dalam
modul ini akan dibahas tentang kebenaran adanya bakteri laut. Secara terinci
pembahasan mencakup :
-
Kebutuhan ion organik untuk pertumbuhan
-
Kehidupan sel-sel pada media dengan kadar garam berbeda.
-
Transport nutrisi tergantung pada natrium dan kalium.
-
Aktifitas rantai respirasi
-
2.
Tujuan Intruksional Umum
Setelah
mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang mikroba di
lingkungan laut.
3.Tujuan
Instruksional Khusus
Setelah
menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan mampu untuk menjelaskan tentang:
-
Mikroba asli laut.
-
Kebutuhan sel-sel pada media dengan kadar garam berbeda
-
Transport nutrisi pada Natrium dan Kalium.
-
Aktifitas rantai respirasi
4.
Kegiatan Belajar 2 dan 3.
4.1
Uraian dan Contoh.
Bakteri
Laut Antara Mitos Dan Kenyataan
4.1.1. Pendahuluan
Mikroorganisme laut pada dasarnya sangat beragam, sebagaimana halnya dengan kerabat Mikroorganisme sebagaimana halnya dengan kerabat mereka yang ada di darat. Organisme yang dapat dikelompokkan sebagai mikrobia laut antara lain adalah protista, sianobakteri (cyanobacteria), bakteri, jamur, dan virus. Mikroorganisme tersebut berperan penting dalam proses-proses yang berlangsung dalam kolom-kolom air laut. Salah satu proses penting, seperti yang diajukan oleh Ducklow (1983) yang dikenal sebagai microbial loop atau lingkar mikrobia, yang meliputi proses mineralisasi senyawa organik terlarut (SOT; DOM= dissolved organic matter), respirasi, daur nutrien, pertumbuhan, dan pemangsaan (grazing) terhadap bakteri.
Pemahaman mengenai peran ekologi mikrobia laut didasari oleh dua (2) metode utama dan mendasar dalam Ekologi Mikrobia yakni autekologi dan sinekologi. Autekologi mempelajari mikrobia dalam tataran spesies (jenis), yang meliputi proses dan reaksi khusus serta interaksi di antara individu mikrobia. Metode mendasar yang digunakan adalah isolasi dan identifikasi jenis mikrobia untuk mempelajari kemampuan mtabolisme mikrobia tertentu. Metode ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode Robert Koch (1841-1910). Pada skala laboratorium metode ini dapat dilakukan dengan meneliti peran ekologi dan fisiologi suatu jenis mikrobia, yang kemudian dapat dideduksi untuk menetapkan sebuah kesimpulan. Keuntungan dari metode ini adalah eksperimen atau percobaan dapat dilakukan dengan menggunakan mikrobia yang telah diketahui atau dikenali potensinya dalam keadaan lingkungan yang ditetapkan.
Metode sinekologi, sebaliknya, mempelajari mikrobia pada tataran yang lebih kompleks atau berupa gabungan beberapa jenis mikrobia dalam satu tempat. Metode yang telah dilakukan oleh sejak masa Louis Pasteur (1822-1895) ini umumnya diterapkan untuk memahami proses-proses daur biokimiawi (misal daur karbon) dan jejaring makanan (food webs) laut. Metode sinekologi ini ternyata dapat menjawab pertanyaan besar para ahli mikrobiologi kelautan jaman ZoBell (1946) tentang jumlah bakteri laut yang viable serta bakteri yang tak-dapat-dikulturkan/diisolasi (uncultured bacteria). Keberadaan bakteri laut yang tak-dapat-dikulturkan sangat berpengaruh terhadap munculnya komposisi taksonomi yang lebih kompleks.
Untuk menetahui bakteri laut itu ada atau tidak adanya
bakteri spesifik laut. Diantara sejumlah spesies adalah Halotolerans, dimana
artinya bahwa bakteri ini hanya mampu berkembang atau tumbuh dengan adanya
bakteri laut maupun air tawar. Dan untuk
bakteri lainnya hanya bisa tumbuh pada dengan adanya garam yang dikenal dengan
bakteri Haloplilik. Bakteri-bakteri ada secara khusus dengan kebutuhan spesifik dari Na+ untuk mencapai
perkembangan maksimum. Ditambah lagi dengan besarnya stabilitas dari komposisi
kimia dari air laut dan samudera, dengan beranggapan bahwa beradaptasinya
dengan biotop apapun tidak membatasi pertumbuhan tetapi juga dipengaruhi oleh
aspek lainnya dari kehidupan sel.
Setelah mengetahui kondisi
perkembangan fungsi komposisi ion pada media kultur, kita persiskan pengaruh
sel-sel dan tentang ekpresi dari fungsi physiologic tertentu. Dan kita melihat
perbandingan antara bakteri asal laut dan bakteri halophilik moderes dan ekstren.
Dengan memberikan satu visi synthetik dari halophilisme pada bakteri.
4.1.2.
Kebutuhan Ion Organik Untuk Pertumbuhan
Air laut
mengandung berbagai garam, utamanya garam dapur (NaCl), di samping itu terdapat
juga garam lain berupa kombinasi kation basa (K, Ca, Mg) dan anion sulfat,
bikarbonat dan klor. Kandungan ion tersebut dapat mencapai > 500 mg/l, suatu
kondisi tingkat kegaraman yang sangat jauh di atas kondisi tanah pertanian pada
umumnya (< 1 mg/l).
Sebagian
besar bakteri yang berasal dari air laut tidak mampu berkembang dengan abses
total dari NaCl. Adanya NaCl adalah sangat spesifik, tetapi konsentrasi
dibutuhkan untuk mencapai satu pertumbuhan optimal bervariasi dalam batas yang
sempit 50-1000 mM. Konsentrasi lebih sering
rendah dari yang ada di air laut. Malah dia lebih sering rendah dari
yang ada di air laut dan dia lebih kecil untuk spesies tertentu. Lagi pula
sejumlah bakteri menurut definisi Larsen (1986) adalah bakteri halophilik
lemah, yaitu tidak dapat berkembang pada media yang mengandung hanya NaCl saja
tetapi juga membutuhkan ino K, Mg dan Ca, diamana kebutuhan akan ion ini lebih
besar dari bakteri air tawar dan bakteri tanah.
Selain
itu mikroorganisme juga dapat berkembang jika
terdapat bahan makanan yang sesuai dan kelembaban yang memadai serta suhu yang
sesuai. Limbah domestik menyediakan
lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikroba terutama golongan
bakteri, serta beberapa virus dan protozoa. Kebanyakan mikroba tidak
berbahaya dan dapat dihilangkan dengan proses biologi yang mengubah zat organik
menjadi produk akhir yang stabil.
Tetapi limbah domestik dapat pula mengandung patogen (organisme yang
menimbulkan penyakit) berasal dari ekskreta manusia yang terinfeksi penyakit
menular yang dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi.
Penyakit akibat bakteri yang
berasal dari air
antara lain kolera,
tifus dan tuberkulosis, serta
penyakit akibat virus seperti hepatitis dan disentri akibat protozoa.
Ion-ion yang terkandung didalam limbah seperti limbah padat, jumlah zat padat dalam limbah cair adalah residu limbah cair setelah bagian cairnya diuapkan dan sisanya dikeringkan hingga mencapai berat yang konstan pada suhu 103oC. Perbandingan antara padatan terlarut dan tidak larut dilakukan dengan menguapkan sampel limbah cair yang disaring dan yang tidak disaring. Selisih berat zat padat antara kedua sampel merupakan berat padatan terlarutnya. Kandungan anorganik, mencakup : klorida dan sulfat, biasanya berasal dari air dan limbah yang berasal dari manusia, nitrogen dan fosfat, dalam berbagai bentuk (organik dan anorganik) dalam limbah dari aktivitas manusia dan fosfat dari deterjen, karbonat dan bikarbonat, biasanya terdapat dalam bentuk garam kalsium dan magnesium, zat toksik: arsen, sianida, logam berat seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Pb dan Zn yang berasal dari limbah industri.
Kondisi yang paling menguntungkan untuk isolasi ditemukan
pada penggunaan media kultur yang disiapkan dengan air laut alamni dan
sintetik, diinkubasi pada temperatur antara 18-20 0C. Konsentrasi
ion organik dipengaruhi oleh lama phase latennya dan sel.
Kenyataan
dari pengisolasian dari isolat-isolat tertentu membuktikan bahwa isolat-isolat
tersebut dapat berkembang dengan waktu yang lebih panjang dengan konsentrasi
natrium yang sedikit dan sebaliknya akan kebutuhan ion menjadi lebih
stabil.(Growt et al, 1981).
4.1.3. Pengaruh Lingkungan Ionik Terhadap Komponen Sel
pada Media Hypotonik
Bakteri
yang diisolasi dari medium lau, yang membutuhkan ion Na untuk pertumbuhannya,
ada yang lebih sering terjadi se lyser pada media hypotonik khusunya pada
akuades. Cytolise bersamaan dengan modifikasi sel permeable, dapat diartikan
dengan penurunan turbidinitas pada pembebasan metabolisme, ion Na dan K dari
molekul yang diserap pada ultraviolet sekitar 260 nm. Pada sejumlah kasus yang
dipelajari ultrastruktur menyetujui secara persis phenomena ini. Perbandingan
sinthesa dari hasil yang diterima dari sejumlah sumber yang dipelajari (Laddaga
dan Mcleod, 1982). Dapat disimpulkan :
1.
Sifat-sifat
dari sumber benar-benar bervariasi
2.
Lyse dapat
dijelaskan dengan unik dengan penurunan osmolaritas, efek komponen yang
terakhir dengan pertambahan ddalam akuades dengan membedakan molekul organik
(sakarosa, glyserol), tidak dapat mencegah lyse, sering sendirian kekuatan ion
pada inkubasi sering intervensi.
3.
Beberapa ion
organik mampu dihindari lyse dan sifat ini bervariasi sangat jelas dengan
fungsi alami dengan konsentrasi ion, juga Na dan Li lebih aktif dari K atau NH4. Dengan kata lain kation divalen seperti Mg
atau Ca bereaksi pada konsentrasi lebih rendah dari kation monovalen.
4.
Biasanya
bereaksi dengan dua tahap:
Pertama
sangat cepat beroperasi dengan skala 0,1 detik dengan bersamaan dengan
kejatuhan yang brutal dari turbiditas.
Yang kedua
jauh lebih lambat dengan ciri-ciri oleh penurunan secara lambat tapi terjadi
secara terus-menerus dari densitas optik larutan seluler sepanjang waktu.
5.
Dia tidak
berhubungan langsung dengan aksi enzim.
6.
Lyse pada
media hypotonik adalah fungsi dari perlakuan permeabel disediakan oleh sel.
Sebagian besar sumber yang direndam dengan larutan MgSO4 (diamana Mg
mempunyai konsentrasi yang sama dengan air laut) tidak terjadi se lyser atau
sangat lemah sekali, dalam waktu transfer mereka ke akuades. Sebaliknya jika
direndam dengan larutan NaCl 0,5-1 M. Kita mendapatkan labih sering pengurangan
turbiditas larutan selular, lebih kurang penting fungsi dari sumber yang
dipelajari. Dengan perlakuan sering entraine alterasi membran eksternal.
Pengamatan untuk 24 spesies menunjukkan bahwa 10 diantaranya, membran eksternal
hilang (total atau sebahagian). Setelah direndam suksesif pada larutan NaCl (3 pencucian) dan
Ssacharosa (Laddage dan Mcleod, 1982)
Secara persis
dapat diketahui sudut aksi dari kation dan eksplikasi peranan mereka pada
komponen dari integritas dari lapisan sel. Seperti yang telah ditandai, ion Mg
secara khusus untuk menghindari lyse. Kita beranggapan bahwa bentuk jembatan
antara group anion yang terdiri dari membran, walaupun sudut hydrophiles
phospholipid dan group karboxyles dari
protein. Jembatan ini cukup stabil untuk menjafa pada akuades. Adanya kation
dengan polarisasi yang tinggi, seperti Na (Bertrand et al, 1976). Pada kondisi
ini kohesi dari struktur membran ditemukan berkurang pada saat inkubasi pada
akuades entraine apda lyser seluler. Hypotesa ini menunjukkan kandungan
bakteri-bakteri setelah direndam pada larutan NaCl. Ada kompetisi antara ino Na
dengan Mg untuk pengembangan interaksi elektrotastik dengan konstitusi lapisan
seluler. Hypotesa ini menunjukkan kandungan bakteri-bakteri setelah direndam
pada larutan NaCl. Ada kompetisi antara ion Na dan Mg untuk pengembangan
interaksi elektrostatik dengan konstitusi lapisan seluler.
Efek
protektor dari ion terhadap deterjen dan agen-agen Chaootropic dikonfirmasikan
pada Salteromonas haloplankis dan vibrio alginolyticus interaksi mereka dengan
kandungan membran.
4.1.4. kehidupan sel-sel pada media dengan kadar garam
berbeda
Informasi
yang diterima dari study tentang lyse menarik perhaitan yang besar untuk
mengetahui peranan ion-ion organik pada komponen sel. Hasil ini tidak berbeda
pada pengukuran atau secara persis tentang keadaan physiologi sel, kususnya
tingkat kehidupan mereka.
Kematian
lyse yang direndam dengan akuades, lebih kurang cepat, ini bervariasi
berdasarkan fungsi dari sumber dan dia diperkirakan mempunyai hubungan antara
intensitas dari turbiditas suspensi dan presentase dari kehidupan (Partt,
1974). Penyebab dari kematian berlipat dan kita tidak tahu aktualnya dengan mengukur
formula suatu eksplikasi persis dan aplikable secara keseluruhan dari spesies.
Sebagai contoh semua unsur dari membran eksternal, partikel dan total dari
penurunan sejumlah sel hidup dari suatu populasi. Suatu study yang lebih detail
tentang spesies Alcaligenes sp (Bertrand et al 1976) mampumenentukan pengaruh
ion-ions terhadap kemampuan hidup. Sel-sel yang direndam pada larutan NaCl 1M
dan dimasukkan suspensi kedalam suatu larutan yang mengandung beberapa kation
mampu menghindari lyse (Na, Li, K, Mg, dan Ca). Setelah diinkubasi selam 7
hari, tidak satupun sel yang diuji mampu hidup. Jika diinkubasi pada air laut sekitar 90-95% sel masih bisa
hidup, persentase sel hidup dapat dijaga sampai 50% dalam NaCl (400 mM) - MgSO4
(50mM). Hasilnya menunjukkan kebutuhan akan ion organik untuk kehidupan bakteri
halophilik lemah, yang diisolasi pada laut komplek.
4.1.5. Oksidasi substrat exogen oleh sel-sel dengan
adanya garam-garam
McLeod
et al 1985, menemukan bahwa penambahan Na dan K pada sistem reaksi adalah
penting pada oksidasi substrat oksigen oleh sel Alteromonas haloplanktis. Untuk
mencapai nilai maksimum oksidasi, kwantitas Na ditambahkan bervariasi dengan
fungsi asal dari substrat yaitu 50 mM untuk acetat, butyrate dan propianat dan
150-200 mM untuk citrat, fumarat, succianat dan malat, sebaliknya aktifitas
enzim dari siklus asam trikarboksilat tergantung pada ion-ion. Hasil-hasil yang
ditulis oleh Payne (1960) ditemukan pada sisi sama: oksidasi asam gluconik oleh
sel-sel Pseudomonas natrigens maksimal dengan adanya NaCl (250mM) dan KCl
(10mM). Pratt dan Happold mengatakan produksi trytopane oleh sel vibrio ada
hubungan dengan ion Na sama oksidasi beberapa ion aromatik oleh sel
Acinetobakter sp (souche OP – 1) tergantung dari Na. Adanya sel-sel yang ditemukan
pada souch Alcaligenes sp L 16.1 (bertrand et al 1976). Oksidasi hexadecana
diukur oleh sel-sel yang direndam dan yang diinkubasi pada larutan yang asin
dengan komposisi bervariasi. Untuk inkubasi 24 jam, jika sel-sel diletakkan
pada suspensi dalam air laut, aktifitas respiratori initial (diukur selama 3
jam inkubasi) tidak berubah. Sel-sel tetap sangat tinggi 88% untuk sel-sel yang
diinkubasi pada larutan yang mengandung NaCl 400mM dan KCl 10mM. Oksidasi
substrat selalu lemah pada system yang mengandung satu sel : dibandingkan
dengan nilai yang ditemukan dengan adanya air laut. Dan menjadi 45%, 20% dan
18% pada larutan yang mengandung NaCl 400 mM, MgSO4 50mM dan CaCl2
15mM. Dan nol pada larutan LiCl 600 mM, KCl dan CaCl. Dari beberapa eksperimen
relevant kebutuhan komplek ion inorganik untuk eksperimen aktifitas respirasi
sel-sel. Observasi ini dikonfirmasikan oleh pekerjaan Sakai (1980), yang
disimpulkan oksidasi maksimal asamsuksinat dan fumarat oleh isolat Pseudomonas
yang berbeda mengandung bebrapa ion masuk dalam komposisi air laut, khususnya
Natrium.
4.1.6. Transport nutrisi tergantung pada natrium dan kalium
Kebutuhan
akan ion Na+ ditemukan pada spesies Alteromonas haloplanktis
untuk oksidasi substrat dengan reflek adanya Na+ untuk transport.
Kesimpulan ini didasarkan atas kesamaan konsentrasi Na+ yang
dibutuhkan untuk oksidasi D-Galaktosa
dan L-Alanin dan untuk akumulasi analog mereka yang tidak dimetabolisme, yaitu
D-Fucosa dan asam alpha aminoisobuthyirat (AIB) (DRAPEAN et al, 1966).
Studi tentang transport AIB dapat diambil dua kesimpulan:
1.
Na+ dibutuhkan untuk transport, efek sinetik akumulasi
pada sel menunjukkan Km transport AIB menurun ketika dinaikkan konsentrasi Na+,
tidak K+, Li+ dapat menggantikannya (WONG at al,
1969).
2.
Transport AIB tergantung pada konsentrasi intra seluler K+,
walaupun setelah perendaman dengan sel-sel MgSO4 50 mM, kita
dapatkan sel-sel yang miskin akan K+ (98% K+ hilang ),
yang tidak mampu terakumulasi substrat jika K+ tidak ditambah pada
media inkubasi (HAAN dan McLEOD, 1975) telah mempelajari transport
sejumlah besar asam amino pada Alteromona haloplanktis dan mereka telah
menuliskan dua sistem trasport aktif (sistem DAG dan sistem LIV) yang
membutuhkan Na+ untuk aktifitas mereka (konsentrasi Na+ adalah
0,3 M untuk mencapai suatu aktifitas maksimal). Studi yang telah dipelajari
tentang metabolisme lainnya pada Alteromonas haloplanktis dan Vibrio
fisheri, kecepatan mereka menggunakan sangat jelas di stimulasi oleh
penambahan natrium pada media (DRONIUK et al, 1978). Beberapa
penelitian sebelumnya menuliskan realisasi
dari sel-sel dikendalikan oleh membraine AIB (TOKUDA et al,
1982) pada sakrosa (KAKINUMA dan UNIMOTO, 1985) seperti pada kasus Alteromonas
haloplanktis, akumulasi nutrisi pada sel-sel hanya mungkin jika konsentrasi
intraseluler K+ mengandung jumlah yang normal (400 mM).
Pada
kondisi yang sama, menunjukkan akumulasi asam suksinat dan alanin pada beberapa
souches Pseudumonas asal laut hanya berproduksi pada konsentrasi tertentu Na+
dan K+ (SAKAI dan SAKAI, 1980).
Kebutuhan
akan natrium untuk transport beberapa metabolisme inorganik telah dilakukan
juga pada Phosphate untuk Potassium (HASASAN
dan McLEOD, 1975).
4.1.7. Aktivitas Rantai Respirasi
Oksidasi dan transport substrat tergantung pada Na+. ini penting diketahui pada sudut mana Na+
pada rantai respirasi dan diidentifikasi oleh membran enzim yang distimulasi
oleh ion tersebut. Rantai
respirasi dan inhibitornya juga merupakan ringkasan jalur metabolik mitokondria. Semua kompleks ini berada di membran dalam
dan mereka dapat dicapai oleh substrat baik yang berada pada membran maupun
pada matriks. Telah diketahui pula berbagai inhibitor rantai respirasi dan efek
kliniknya yang dapat dianggap sebagai pengetahuan awal dari mitochondrial
medicine.
Dalam tiap-tiap sel, mitokondria dapat
disamakan dengan mesin mobil. Mesin biologi yang kecil ini mengkombinasikan
makanan yang kita makan dengan oksigen untuk memproduksi energi bagi
kelangsungan hidup. Energi yang dibentuk oleh mitokondria disimpan dalam bentuk
zat kimia yang disebut adenosine triphosphate (ATP).12,14 Selain
memproduksi energi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mitokondria juga
terlibat dalam berbagai aktivitas yang penting seperti memproduksi hormon steroid
dan membangun blok DNA. Adanya defek pada bagian mitokon-drion yang disebut rantai
respirasi atau rantai transport elektron akan menyebabkan miopati
mitokondria yang melibatkan otot, dan bila melibatkan otak disebut
ensefalomiopati mitokondria. Proses yang terjadi tersebut menimbulkan gang-guan
suplai energi, timbunan sekunder produk toksik seperti radikal bebas dan
asidosis laktat, atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Bila komponen kunci rantai respirasi dalam
mitokondria hilang atau terjadi kerusakan maka akan terjadi proses yang saling
berkelanjutan. Peristiwa tersebut dapat terjadi dalam dua tahap yaitu; (a)Yang
pertama terjadi adalah tidak terbentuk elektron. ATP tidak terbentuk secara
efisien dan sel kehilangan energi untuk melakukan fungsi normal. (b) Kedua,
semua dari tahap-tahap sesudahnya menjadi terhenti, selanjutnya sering
menimbulkan bahan kimia abnormal yang akan memproduksi bahan toksik. Produk
tersebut adalah radikal bebas dan metabolik yang berlebihan seperti asam laktat
yang dalamjumlah besar akan membahayakan.
UNMOTO et al (1977) telah mempelajari mengenai peranan
dan fungsi komponen-komponen yang berbeda dari rantai respirasi Vibrio
alginoytis pada oksidasi HADH. Mereka juga menunjukan bahw NADH oxidase ada
Na untuk aktivitasnya dan ia mencapai nilai maximum konsentarasi NaCl 0,3 M.
kation lainnaya hanaya sebagain yang bisa mengggantikan natrium. Jika
persentase aktivitasnya sama 100% dngan adanya Na maka dengan menggunakan Li+.,
K dan Mg+.hanya 38 %, 19 % dan 12 %.
UNIMOTO dan HAYASHI (1979) yang selanjutnya mengamati
yang lebih persis tentang kebutuhan ion-ion pada konsitusi yang berbeda dari
rantai respirasi. NADH Dehydrogenase dan Cytochrom Oksidase tidak membutuhkan
sama sekali garam-garam untuk aktivitas mereka. Berlawanan dengan penelitian
penghilang dan reingkooperasi dari Quinone (MK4 dan Q10). Pengarang yang sama
dengan jelas menunjukkan reduksi transporteur (pembawa) elektron, khususnya
Menaquino tergsntung pada Na. Kesimpulan ini cendrung membuktikan titik aksi Na
ditentukan pada tingkat NADH: Quinone Oxydoreduktase (gambar 1)
Gambar 1. rantai respirasi Vibrio alginolytus. Pompa natrium dalam bentun Na+.. formasi
Radikal QH2 tergantung pada natrium. HQNO menghambat fungsi pompa natrium.
Hambatan ini hilang dengan hadirnya YMPQ dalam bentuk oksida.
Q= quinone; GH= semi quinone; QH2= Hydroquinone; HQNO= 2 heptyl-4 hydro
xyquinone-N-Oxyde ; TMPD=N,N’,N’’ tetramethyl-p-phenilinediamine.
Aktivitas NADH oksidase pada Na sam dengan bakteri
lainnya yang diisolasi dari air laut (isolat 1055-1) oleh ICHKAWI et al (1981).
KCL dan LiCl hanya sebagaian yang dapat menggantikan Na+., hanya 40%
dan 30% dari aktivitas jika dibandingkan dengan Nacl. Bagian aktivitas enzim
yang berbeda dari rantai respirasi membtuhkan Na+. , komponen yang
terbentuk terletak antara NADH Dehydrogenase dan Ubiquinone.
Vibrio sp merupakan
salah satu Bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri klas Schizomicetes,
ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteir ini bersifat gram negatif,
fakulttif anaerobik, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang
antara 2-3 um, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan
satuflagella pada ujung sel (Austin, 1988).
Vibrio merupakan patogen oportunistik yang dalam keadaan
normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang
saprpfitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan.Bakteri
Vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar
tubuh dengan jalan menempel, maupun padaorgan tubuh bagian dalam seperti hati,
usu dan sebagainya. Menurut Wagiyo (1975) dampak langsung Bakteri patogen dapat
menimbulkan penyakit, parasit, pembusukan dna toksin yang dapat menyebabkan
kematian biota yang menghuni perairan.
Pada Alealigenes sp (isolat 1.16.1) bakteri mampu
berkembang pada hidrokarbon. Aktivitas NADH oksidase, alkohol dan aldehyd
dehydrogenenase maksimal (100%) dengan membran cytoplasmik yang disiapkan
dengan air laut ataua larutan yang mengandung NaCl (400 mM) dengan MgCl (50
mM) (BERTRAND et al, 1976c). nilai dari
aktivitas ini tetap tinggi dengan menyipkan membran dengan larutan NaCl
(88-99%). Ion-ion dehidrogenerase, MgSO4 (50 mM), LiCl (600 mM),
CaCl2 (15 mM) memberikan aktivitas diukur dengan adanya air laut.
Pengaruh garam menunjukkan esensial V max.
KAHNNA et al (1984) menemukan pada Alteromonas
haloplankin oksidasi NADH oleh sel-sel yang dilakukan pada dua titik yang
pertama pada luar ,membran cytoplasma aktif oleh Na+. dan Li+.,
yang kedua ditempatkan pada membran internal khususnya aktif oleh Na .
Psoudomonas dan Vibrio fisheri menunjukkan hanya oksidasi maksimal NADH hanya
jika ada Na+..
Nitrat reduktase Pseudomonas nautica 617 mereduksi
nitrat menjadi nitrogen molekuler, dintimulasi khususnya oleh Na+.. analisa cynetik ini mempengaruhi peningkatan
enzim untuk nitrat (BONIN et al, 1987).
Kesimpulan, bahwa seluruh spesies yang diuji dengan
adanya Na+. untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal aktivitas
membran tertentu membutuhkan Na+. spesifik.
4.1.8. Bioenergetik bakteri-bakteri halopilik rendah
Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang
melakukan metabolisme dengan
bantuan oksigen. Aerob,
dalam proses dikenal sebagai respirasi
sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat (sebagai contoh gula dan lemak) untuk memperoleh
energi.
- Aerob
obligat membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi sel aerobik.
- Aerob
fakultatif dapat menggunakan oksigen tetapi dapat juga menghasilkan energi
secara anaerobik.
- Mikroaerofil
adalah organisme yang bisa menggunakan oksigen tetapi dalam konsentrasi
yang sangat kecil (mikromolar).
- Organisme
aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di sekitarnya, tetapi
mereka tetap anaerobik karena mereka tidak menggunakan oksigen sebagai
terminal electron acceptor (akseptor elektron terminal).
Baru saja ditunjukkan
bahwa beberapa bakteri halophilik rendah, transfer elektron berhubungan dengan
respirasi yang menyediakan energi yng dibutuhkan untuk transport nutrisi pada
sel, tergantung pada Na+. pada tingkat ini menimbulkan pertanyaan
peranan dari Na+. pada proses energinik tersebut membran
cytoplasmik.
Vibrio alginolytis
akumulasi nutrisi berhubungan dengan adanya gradien elektrokimia Na+..
oksidasi substrat menjamin dua fungsi dua sistem transport yang alamiahnya
bervariasi sesusi dengan pH (TUKUDA dan UNEMOTO,1982). Pada pH asam (6,5) ada
pembangunan kekuatan proton motrice yang mengizinkan membnagaun suatu gradien
elektrokimia Na+. oleh suatu sistem yaitu pada Na+./H+.
(sistem sekunder). Deposit pertama (gambar 2A) total dihambat oleh CCCP
(Carbonylidep-tricoholorovenylhyrazone). pH alkaline (8,5-9) kita mencatat
potensial elektrokimia Na+. (bersama dengan respirasi, tetapi tidak sensitif terhadap CCCP). Yang
menjamin 3 fungsi : Osmotik (akumulasi substrat di dalam sel );
mekanik(perputaran flagela); dan kimia(pembentukan ATP) (SKULACHEP,1985)
(gambar 2B).
Ada susunan iorce Na+.
Motrice (Na+. analogik dengan iorce motrice proton yang menjamin
pertumbuhan Vibrio alginoliticus dengan adanya CCCP dengan artinya
absennya sirkulasi proton. TOKUDA (1983) yang telah mengisolasi mutan yang
tidak mempunyai pompa natrium. Pada kondisi ini extruction Na effectue mutans.
Aktivitas ini NADH oksidase maksimal dengan absennya Na berlawanan dengan
isolat liar yang tergnatung dengan Na+.. hasil ini menunjukan adanya
korelasi antara ekpresi dari enzim dan fungsinya dengan pompa natrium.
Kebutuhan akan Na+. tidak hanya ditunjukkan NADH quinone
oxydoresuktase. Itu mungkin pompa sodium
terdapat pada bagian rantai respirasi. (TUKUDA dan UNEMOTO,1984 gambar 1).
Hipotesa ini ini diperoleh dari eksprimen larutanya dan rekonstruksi aktifitas
NADH oksidase yang menunjukkan pengembangan gradien elektrokimia Na yang berhubungan dengan
oksidasi NADH TOKUDA,1984).
Dalam suatu keadaan di mana tanpa pemberian oksigen yang
telah larut, maka kegunaan dari oksigen sebagai penerima elektron yang terakhir
untuk pernafasan terhambat GAUDY et al (1980). Dalam keadaan seperti ini, maka
kebanyakan dari mikroorganisme fakultatif harus bertumpu pada fermentasi guna
menimbulkan lagi NAD+ Bagaimanapun, tentu chemoorganotrops mampu di
dalam menempatkan O2 dengan NO3 sebagai penerima elektron
terakhir dan respirasi dapat dilakukan dengan cara mereduksi nitrat ke dalam
bentuk nitrit, oksidasi nitrit dan oksidasi nitrous atau nitrogen.
Pada vibrio parahaemolyticus sering diisolasi dari air laut dan kerang-kerangan.
TSUCHIYA dan SHINODA (1985) juga telah menetapkan tentang pompa nutrien. Dia
berfungsi disebabkan oleh energi yang disediakan oleh respirasi, diizinkan
extrusion Na+. sel dapat dibuktikan dengan pH alkalin.
4.1.9. Bakteri Halophilik rendah asal laut
Penelitian dimulai dengan melihat tingkat produksi
enzim-enzim protease dan lipase yang diproduksi secara ekstra selluler oleh
bakteri halophilik Pseudoalteromonas haloplanktis, yang ditumbuhkan dengan
media sintetik VNSS yang cocok untuk jenis bakteri laut. Aktifitas enzim
protease dan lipase dari sample yang dikumpulkan selama proses fermentasi telah
diassay. Kita temukan bahwa produksi enzim ini telah dimulai sejak phase awal
pertumbuhan, dan terus meningkat sampai dengan phase stationer akhir. Hal ini
juga telah dikonfirmasikan dari hasil analisa SDS-PAGE dan Zymography. Teknik
zymography telah berhasil dimodifikasikan guna menjaga aktifitas enzimatis dari
halophilik bakteria ini. Sehingga telah berhasil ditemukan paling sedikit empat
(4) spesies (atau molekul yang memiliki aktifitas katalisis) proteases dengan
berat relatif molekul 10; 21,6;66,5; dan 75 kDa. Berbagai macam metoda assay
(phase padat dan cair) telah dilakukan guna mencari metoda yang cepat dan
akurat dari enzim halophilik tersebut, dan berdasarkan kepada kurva standard
tertentu. Ammonium suplhate digunakan untuk meningkatkan konsentrasi protein
sebelum diassay. Effect daripada kekuatan ionik larutan terhadap assay enzim
standard dan enzim halophilik juga telah dianalisa dan hasilnya menunjukkan
bahwa assay enzim protease tetap stabil sampai dengan konsentrasi garam 3 M
sedangkan assay daripada enzim lipase hanya sampai dengan maksimum 2 M. Usaha
untuk mencari pH optimum enzim-enzim ini belum berhasil ditemukan secara pasti.
4.1.10. Penemuan Genus Laut
Di laut Indonesia terdapat cumi-cumi yang dapat
memancarkan cahaya akibat hubungan simbiosa dengan bakteri Photobacterium
phosphoreum yang hidup didalam organ cahaya cumi jenis Loligo duvaucelli.
Penyebab dan mekanisme fotonik dari bakteri sangat menarik untuk dikaji karena
merupakan contoh fabrikasi fotonik alamiah. Proses pemancaran cahaya pada
bakteri luminsensi melibatkan enzim yang disebut luciferase yang mengkatalis
tiga substrat yaitu flavin mononukleotida tereduksi (FMNH2), molekul oksigen
(02) dan aldehid rantai panjang (RCOH). Reaksi tersebut membebaskan flavin
(FMN), asam lemak rantai panjang.(RCOOH), molekul air (H20) sambil memancarkan
cahaya tampak (hv). Reaksi pemancaran cahaya dapat dibagi atas empat
intermediat yaitu intermediat I, II, III dan IV. Intermediat I adalah keadaan
substrat FMNH2 terikat ke luciferase, intermediat II adalah keadaan penambahan
substrat 02 pada reaksi intermediat I, intermediat III adalah keadaan
penambahan substrat RCOH pada reaksi intermediat II dan intermediat IV adalah
keadaan eksitasi yang akan meluruh keadaan dasar sambil memancarkan cahaya
tampak.
Pola-pola
aktivitas setiap intermediat dari bakteri luminisensi lain telah banyak
diungkap oleh para peneliti-peneliti terdahulu. Namun mekanisme pembentukan
intermediat-intermediat sampai terjadi keadaan eksitasi belum bisa dijelaskan.
Hal ini disebabkan energi yang terlibat dalam pembentukan setiap intermediat
tidak diketahui. Disamping itu identifikasi senyawa aktif, karakterisasi
sifat-sifat fisis senyawa aktif dan identifikasi pembentukan keadaan eksitasi
pada bakteri Photobacterium phosphoreum yang diisolasi dari cumi laut Indoensia
belum pernah dilaporkan.
Berdasarkan
hal tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi senyawa aktif, mengkarakterisasi sifat fisis senyawa aktif dan
mengidentifikasi pembentukan keadaan eksitasi sehingga terjadi proses fotonik
pada bakteri Photobacterium phosphoreum yang diisolasi dari cumi laut
Indoensia. Ruang lingkup penelitian adalah mendapatkan model mekanisme
pemancaran cahaya dari bakteri Photobacterium phosphoreum. Model ini diperoleh
berdasarkan karakteristik fisis cahaya dari bakteri yang diperoleh secara
eksperimen dan karakteristik fisis pembentukan keadaan eksitasi yang diperoleh secara
komputasi.
Asumsi utama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah karena reaksi pemancaran cahaya pada
bakteri Photobacterium phosphoreum merupakan reaksi reduksi-oksidasi maka
transfer proton atau elektron menyebabkan perubahan energi potensial sehingga
dapat dihitung dengan metoda MNDO-PM3. Hipotesa yang digunakan pada penelitian
ini adalah karakter fisis fotonik bakteri Photobacterium phosphoreum yang
diisolasi dari cumi laut Indonesia berbeda dengan karakter fisis dari bakteri
luminisensi yang lain. Energi cahaya yang dipancarkan bersumber dari proses
reduksi oksidasi. Perubahan energi potensial terhadap perubahan jarak antar
atom pada sisi aktif dengan susbtrat-substrat adalah akibat perpindahan proton.
Hasil identifikasi senyawa aktif menunjukkan bahwa
luciferase bakteri Photobacterium phosphoreum terdiri dari dua sub unit a dan ¢
dengan berat molekul masing-masing adalah 41 kD dan 38 kD. Selanjutnya, hasil
karakteristik fisis pemancaran cahaya yang diperoleh secara eksperimen
menyimpulkan bahwa absorbsi maksimum intermediat II terjadi pada panjang
gelombang 366 dan intermediat III pada panjang gelombang 350 nm. Intensitas
pemancaran maksimum terjadi pada panjang gelombang 516 nm. Perubahan pH,
temperatur dan konsentrasi oksigen pada reaksi tidak menyebabkan pergeseran
panjang gelombang. Lebih jauh, hasil karakteristik fisis pemancaran cahaya
menemukan bahwa konstanta peluruhan cahaya adalah 0,007/detik, quantum yield
adalah 0,3 pada kondisi pH 7 dan temperatur 25 °C dan energi aktivasi adalah 19
kkal/mol (0,8 eV).
Hasil analisis pembentukan keadaan eksitasi yang
diperoleh secara komputasi menyimpulkan bahwa luciferase bakteri Photobacterium
phosphoreum hanya memiliki satu jumlah pengikatan FMNH2 dimana Asparagin (Asn)
dan Lysin (Lys-H+) diprediksi sebagai dudukan aktif. Karakteristik energi
aktivasi dari urutan reaksi LBPP memperlihatkan bahwa deprotonasi pada
kedudukan Ni dari FMNH2 oleh residu asam amino Asn untuk membentuk intermediat
I mengalami energi aktivasi sebesar 67 kkal/mol. Reaksi intermediat I dengan 02
membentuk intermediat II dengan energi aktivasi sebesar 18,5 kkal/mol. Reaksi
intermediat II dengan RCOH membentuk intermediat III dengan energi aktivasi
sebesar 20 kkal/mol. Pelepasan molekul RCOOH dari intermediat III membentuk intermediat
IV* yang disebut dengan keadaan eksitasi. Perubahan energi bebas Gibss pada
keadaan eksitasi adalah sebesar -59,22 kkal/mol. Kondisi ini mendekati dengan
hasil analisis pengukuran panjang gelombang cahaya dimana perubahan energi
bebas Gibss adalah -55,22 kkal/mol. Oleh karena itu, mekanisme yang diusulkan
untuk pembentukan keadaan eksitasi sudah memenuhi syarat energi bagi terjadinya
bioluminisensi pada bakteri Photobacterium phosphoreum. Kontribusi penting
penelitian ini adalah informasi penyebab dan mekanisme fotonik bioluminisensi
dari bakteri Photobacterium phosphoreum yang diisolasi dari cumi laut Indonesia
4.2 Latihan.
1. Bagaimana
kebutuhan ion organik untuk pertumbuhan bakteri
2. Bagaiman
pengaruh lingkungan ionic terhadap komponen sel pada media hypotonik.
3. Diskusikan
dengan teman anda bagaimana oksidasi substra exogen oleh sel-sel dengan adanya
garam
Petunjuk Latihan.
1.Untuk mengerjakan latihan ini dapat mempelajari kegiatan belajar
2-3
point 4.1.2
2.Untuk mengerjakan latihan ini dapat mempelajari kegiatan belajar
2-3
point 4.1.3
3.Untuk mengerjakan latihan ini dapat mempelajari kegiatan belajar
2-3
point 4.1.5
4.3 Rangkuman.
Berdasarkan
informasi yang diperoleh dapat memberikan defenisi bakteri laut, pertanyaannya
sederhana, problemnya komplek, dan jawabannya bisa mengawan, dia menyangkut
banyak bakteri, yang diisolasi dari bakteri laut, yang membutuhkan garam-garam,
khususnya natrium untuk mencapai pertumbuhan yang maksimum. Pada kondisi tertentu
bakteri sering ada pada kondisi se lyser pada aquadest. Cytolise dapat
dihindari pada beberapa kation; jadi pada titik tertentu, kebutuan Na+
tidak spesifik, walaupun evolusi kehidupan sel pada larutan bergaram dengan
komposisi yang bervariasi dipelajari bersamaan dengan lyse, kehadiran natrium
sangat dibutuhkan, peranan yang utama adalah ditemukan untuk ekspresi aktifitas
pada yang terdapat pada membran cytoplasmik, oksidasi dan transport nutrisi,
tetapi kebutuhan ion inorganik tidak dibatasi pada natrium. Efeknya isolat
tertentu, suatu yang bercampur ion komplek, jadi komposisi kimianya mendekati
yang ada pada air laut, yang dapat
komponen-komponen mengadakan aktifitas physiologik normal.
Harus
diingat bahwa kesimpulan itu berdasarkan pada sejumlah limit spesies. Jika kita
saat ini dapat mengetahui ada bakteri yang membutuhkan garam-garam spesifik
(natrium khususnya). Pada biotop laut atau regnent pada kondisi kehidupan yang
bervariasi (temperatur, oksigen, tekanan, konsentrasi elemen mineral dan organik).
Tidak mungkin memberikan jawaban kategori ada atau tidak adanya bakteri
spesifik laut. Untuk membentuk konsep ini, beberapa penelitian telah dilakukan
tentang pertumbuhan lyse, oksidasi dan transport nutrisi harus intensif.
Penelitian mengenai Alteromonas haloplanktis dapat memberikan model
studi (McLEOD, 1985), yang bisa diaplikasi pada bakteri lainnya. Mereka
harus menerangkan dengan tema molekuler, peranan ion-ion. Penerapan pompa
natrium pada Vibrio alginolyticus dan Vibrio partahaemolyticus
adalah dengan cara pandang yang signivicatif. Kehadirannya yang memberikan
keuntungan untuk bakteri yang hidup pada media yang kaya natrium (SKULACHEV,
1985, TOKUDA dan UNEMOTO, 1985), membiarkan harapan yang ditemukan pada
mekanisme spesifik bioenergetik pada mikroorganisme. Analisa kimia harus
menjelaskan secara khusus pada bakteri halophilik lemah atau pada domen ini
perlunya analisa menyangkut lemak, sedikit pekerjaan yang menyangkut protein
dan khususnya protein membrain. Pengetahuan mengenai komposisi mereka dan
konfirmasi adalah elemen dasar untuk komprehension halophilik pada bakteri (LANYI,
1974), menambahkan pertumbuhan studi taksonomi yang dilakukan oleh BAUMANN
dan BAUMANN (1981) menentukan dengan jelas dan persis posisi phylogenetik
bakteri halophilik lemah.
Walaupun
Lacunes dan tidak mungkin mengumumkan hasil yang diterima, kita dapat
menghadirkan kesimpulan bahwa kehidupan dalam laut dan samudera luas, pada
beberapa bakteri suatu adaptasi pada lingkungan hadir suatu komposisi ion
khususnya stabil. Dia bereaksi pada pertumbuhan untuk mengorganisasi sampul sel
dan untuk ekspresi beberapa aktifitas yang terdapat pada membrain cytoplasma.
Kita
mengakhiri evaquant komponen bakteri pathogen pada media laut eutrophi. Beberpa
spesies yang hidup disana mempunyai kemampuan yang sama untuk berkembang. Apa
asal dan konsekuensi dari adaptasi ? pertukaran gen antara bakteri heterotrophe
autocton dan allocthonee pada media
laut.
4.4 Tes formatif
Tunjukkan pengertian anda dengan memberikan tanda B (benar) atau S
(salah) di sebelah kiri setiap pertanyaan di bawah ini.
1.
B – S. Sifat essensial dan nyata dari bakteri asal laut mampu
berkembang tanpas absen total NaCl.
2.
B – S Penambahan Na+ dan K+ pada system
reaksi adalah penting pada oksidasi substrat eksogen oleh sel Alteromonas
Haloplanktis.
3.
B – S Na+ dibutuhkan untuk tranport, efek sinetik akumulasi pada
sel menunjukkan km transport AIB meningkat ketika digantikan dengan ion K+
dan Li+.
4.
B – S NADH dehydrogebase dan Cytochrome oksidase membutuhkan
garam-garam untuk aktifitas mereka.
5.
B – S Bakteri halophilik dibagi menjadi 3 yaitu halophilik lemah,
modere dan ekstrem.
6.
B – S Glycine betaine merupkan osmoregulator yang sering digunakan oleh eubacteriaceae
halotolerans.
7.
B – S Fungsi Na+ pada semua organisme menyangkut transport aktif elemen nutrisi
8.
B – S Bakteri Alteromonas haloplanktis membutuhkan Na+ sebesar 3 M
untuk aktifitas maksimal.
9.
B – S Bakteri Alteromonas haloplanktin oksidasi NADH oleh sel-sel
dilakukan pada dua titik yang pertama pada luar membran cytoplasma aktif Na+
dan Li+, yang kedua aktif pada membran internal yang akhitif khusunya Na+.
4.5.
Umpan Balik dan Tindak Lanjut.
Cocokkan jawaban anda dengan kunci Jawaban
Test formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah
jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda dalam materi kegiatan Belajar 1.
Rumus
:
Tingkat
Penguasaan = Jumlah Jawaban yang benar x 100%
9
Arti
tingkat penguasaan yang anda capai :
80-100%
= Baik sekali
70-80
% = Baik
60
– 70% = Sedang
>
60 = Kurang
Jika
anda mencapai tingkat penguasaan diatas 80%, anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar 4. Tetapi kalau dibawah 80%, sebaiknya lakukan ulangan
kegiatan Belajar 1 terutama yang belum anda kuasai.
5.Kunci
Jawaban tes formatif
1.
B
2.
B
3.
S
4.
S
5.
B
6.
B
7.
B
8.
S
9.
B
DAFTAR
PUSTAKA
Austin B. dan D.A.Austin. 1993. Bacterial fish pathogens. Disease
in farmed and wild fish. Second edition. Ellis Horword limited. Chichester,
England 383 p.
Bonin, P.:
Berthand, J.C.; Giordano, G. & Gelewitez, M. 1987. Specific sodium dependence of a nitrate reductase in a marine
bacterium. FEMS Microbiol. Lett. 48:5-9.
DiMauro
S, Schon E.A. Mitochondrial Respiratory-Chain Diseases. N
Eng J Med. 2003 ; 348 : 2658-68. http://www.nejm.org
Gaudy, A.Fand Gaudy, E. T,
“Microbiology for Environmental Scientisi and Engineers,
Mc. Grauo Hil,1980
Grow, J.; McLeod, R.A. 1981. Growth Characteristics Acid at Low Na
oncentration and Stability of the Na Requirement of a Marine Pseudomonas. J.
Bakteriol.
Khanna, G.; De Voe, L; Niven D.F. &
McLeod, R.A. 1984. Relationship between on requirement for respiration and membrane
transfort in a marine bacterium. J. Bacteriol. 157:59-63.
Laddage, R. A. & McLeod, R.A. 1983. Factor Affecting the Release of
Outer Membrane From a Gram Negatif Marine Bacterium.
McLeod, R.A. 1986. Cloning in Escherichia coli K-12 of a Na
Dependent Transport System From a Marine Bacterium.
Partt, D. 1974. Salt Requirement For Growth and Function of Marine
Bacteria. University Park Press. Baltimore
Tukoda, H. & Unimoto, T.1982. Na in translocated at NADH
Quinone oxidoreductase segement in the respiratory chain of vibrio
elginolitycus . J. Biol. Chem. 259:7785-7790.
Tsuchiya, T.; Schinone, S. 1985. Respiration-driven Na circulation
in Vibrio parahaemolytichus. J. Bacteriol. 162;704-798.
Sakai, D.K. 1980. Diferentiation of Marine Bakteria: Physiological
Roles of in Organig Salts Required for Spesific Marine Bacteria.Osaka
Sidharta, Rahardjo. 2002. Peran Ekologi Bakteri Heterotrof
Laut. Yogyakarta
Wagiyo C.E. 1975. Microbial and
environment in L H.Stevenson and R.R Colwell (eds)
Estuaries
Microbial Ecology. University of South Carolina Press. Columbia.
0 komentar "Mikroorganisme Laut :: BAKTERI LAUT ANTARA MITOS DAN KENYATAAN", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat