BAB
V
DAMPAK
MIKROBA PADA LINGKUNGAN LAUT
1.
Pengantar.
Dalam modul ini akan dibahas tentang
dampak mikroba bagi ekosistem laut. Secara terinci pembahasan tersebut akan
mencakup :
- Biodegradasi polutan
- Peranan mikrorganisme pada
pelekatan larva invertebrata.
- Keterlibatan mikroba pada
pembentukan bijian mangan.
- Fermentasi produk makanan.
- Biodeteriorasi dan Biofoling dari
objek laut.
- Mobilisasi logam berat.
- Sumber bibit penyakit.
- Pembusukan dan keracunan makanan.
Pemahaman materi dalam modul ini
bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan anda dampak mikroba di lingkungan laut.
2.
Tujuan Instruksional Umum
Setelah
mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan bisa memahami mikroba di lingkungan
laut.
3.
Tujuan Instruksional khusus.
Setelah
menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
-
Peranan mikrorganisme pada pelekatan larva invertebrata.
-
Keterlibatan mikroba pada pembentukan bijian mangan.
- Fermentasi
produk makanan.
- Biodeteriorasidan Biofoling dari objek laut.
- Mobilisasi logam berat.
- Sumber bibit penyakit.
- Pembusukan dan keracunan makanan.
4.
Kegiatan Belajar 8
4.1
Uraian dan Contoh. Dampak mikroba di lingkungan laut, Keuntungannya
Sangat
diperlukan informasi tentang ukuran,
asal dan aktivitas mikroorganisme laut, namun masyarakat umum hanya sering
tertarik tentang keuntungan dan bahaya mikroba tersebut bagi aktivitas manusia.
Salah satu keuntungan yang telah diaplikasikan adalah pada bioteknologi, ,
keuntungan lainnya dan kerugiannya di diskusi di bawah ini.
4.1.1 Biodegradasi polutan.
Mikroorganisme laut mempunyai kemampuan untuk
mendegradasi molekul yang komplek,
termasuk napthalene (Raymond, 1974,
voronin et al 1977), pestisida
(Gibson dan Brown, 1975), bubu kayu (Vance et al, 1974) dan minyak bumi, Yang
disebutkan terakhir bisa merupakan fokus yang menjadi pusat perhatian bersumber
dari kecelakaan yang membebaskan hydrokarbon dari kecelakaan kapal, seperti
halnya Amoco Cadiz dan Torrey Canon yang sudah terjadi.
Campuran
Minyak bumi yang komplek dari ribuan komponen
termasuk gas dan residu yang mendidih pada suhu 400oC.
Komponen tersebut termasuk n-alkana, yang merupakan paling mudah di uraikan,
iso-alkana, cycli-alkana, aromatik, naphthenoaromatik, heterocyclik
(Resin) dan asphalthene. Diduga hydrokarbon masuk ke lingkungan laut mencapai 1,9 x 106 ton (Beastall,
1977) – 6,11 x 106 ton(Johnson, 1980). Pada Perairan Inggris dilaporkan setiap
tahunnya mencapai 40 – 100 kt (Whittle et al, 1982). Sebagian besar input ini
terjadi dari hasil selama transportasi
dan dari operasi pengeboran, termasuk pembuangan (Jhonson, 1980).
Telah
berkembang dengan baik mikroorganisme yang digunakan untuk mengoksidasi dan
menguraikan hirokarbon di lingkungan laut. Zobell (1969) mencatat bahwa
organisme terdapat di air dan sedimen diambil antara lintang 40oS
- 60oS. Pada kondisi yang
tidak terpolusi, Organisme pendegradasi
hydrokarbon (referensi
hydrokarbonoklastic) berjumlah kurang dari 2% dari total mikroba (Hughes dan
McKenzie, 1975), Pada kondisi yang mengandung polutan ini, perbandingan
organisme pendegradasi hidrokarbon secara substansi meningkat, dan dengan
pengeluaran minyak bumi secara kronik, mikroba dengan kemampuan degradasi
minyak akan dominan (Atlas, 1981). Zobell dan Prokup (1966) menemukan 102-108
CFU/g sedimen dengan kemampuan untuk mendegradasi minyak parafin di teluk
Barataria, USA. Menggunakan model substrat minyak bumi, Walker et al (1976)
melaporkan terjadi peningkatan jumlah
bakteri pengurai hidrokarbon dengan jarak dari pantai. Dengan titik sampling 250
m, 50 km dan 375 km dari pantai, jumlah organisme pengguna hidrokarbon adalah
1,5 x 102 – 2,3 x 102/ml, 2,8 x 102 – 3,3 x 10
3/ ml dan 4,0 x 104/ml.
Organisme
hidrokarbonuklastik memiliki rentang yang berbeda dari taxa. Zobell (1973)
menganggap bahwa 70 genus mikroba, termasuk 28 genus bakteri, 30 genus jamur dan 12 genus
ragi. Mempunyai kemapuan untuk menguraikan hydrokarbon. Dari keseluruhannya,
bakteri merupakan yang paling penting dalam menyerang hidrokarbon (Soli, 1973).
Taxonomy yang relevan termasuk Acinetobacter,
actinomyces, Arthrobacter, Brevibaterium, corynebacterium, flavobacterium, Klebsiella aerogenes. Micrococcus,
mycobacterium, Nocardia, Pseudomonas, Sphaerotilus, natans dan vibrio. Jamur pendegradasi diantaranya adalah Candida,
Cladosporium, Rhodotorula,
Sporobolomyces, Torulopsis dan Trichosporium. Kelihatannya
kombinasi aktivitas organisme ini menjamin bahwa laut secara permanen tidak dilapisi minyak (Atlas,
1977), jika tidak degradasi hydrokarbon
terlaksana secara lambat.
Tanpa
diragukan lagi, sebagian besar pekerjaan
menyangkut degradasi minyak bumi dilakukan dengan metode in vitro.
Konsekwensinya, ini akan terjadi
terus-menerus masalah hubungan antara hasil di laboratorium dengan
kondisi alami di lingkungan. Di lapangan, tehnik memperkaya sering digunakan,
mengingat peralatan mahal dilakukan di
laboratorium. Pekerjaannya
mencakupi efek toksisitas hidrokarbon
merupakan penyeleksi spesies indikator (dicks, 1982, Dicks dan Hartley, 1982),
gas- liquid chromatography (Soli dan Bens, 1972) dan Spectroscopy massa (Walker
et al, 1976). Pengalaman, pendekatan pengukuran pertumbuhan mikroba atau aspek
akrifitas metabolik. Tehnik memperkaya menggunakan satu hidrokarbon atau model
petroleum tidak memberikan hasil secara umum, kejadian polusi di lingkungan
laut. Dengan menggunakan radiolabel
bahkan menambah persoalan, bagaimanapun
keuntungan dari metoda ini menjamin bahwa label pada substrat yang diberi
diuraikan. Kultur murni di laboratorium mungkin menyesatkan sejauh terjadi co-metabolisme mungkin penting
pada degradasi hydrokarbon dengan lingkungan alami. Jika tidak terjadi bahwa
degradasi umumnya dihasilkan oleh
penambahan oksigen pada molekul. Pada kasus penyerangan oleh bakteri, pemecahan lingkaran membutuhkan dihydroxylation
(Rosenberg dan Gutnick, 1981). Faktor yang mempengaruhi tingkat penguraian termasuk kesediaan oksigen, supply dari
nutrien inorganik, pH dan temperatur.
Pengurai
hydrokarbon merupakan aerobik kuat. Konsekwensinya, kemampuan suply oksigen
merupakan keharusan, dan ini tak mungkin terjadi secara anaerobik memberikan
pengaruh pada proses degradasi. Esensial nutrien anorganik , peranan nitrogen
adalah nitrat, phosphor adalah phosphat telah dibuktikan. Beastall (1977) menghitung 6 – 60 mg nitrogen dan 1 – 10 mg
phosphor dibutuhkan 1 g minyak bumi. Ditambahkan lagi degradasi maksimal
terjadi pada suhu 25 – 37oC (Beastall. 1977). Konsekwensinya pada
suhu yang lebih rendah pada laut terbuka, terjadi degradasi yang rendah.
Beberapa penelitian laboratorium telah memberikan petunjuk tingkat penguraian. Sebagai contoh : Pritchard dan
Starr (1973) menghitung 16,2 – 57,1 ug
oktana bisa di degradasi dalam
satu jam dengan menggunakan metoda kultur kontinue. Penggunaan kolom tanah, Hughes dan McKenzie (1975) menyatakan
bahwa, 78 – 84gr minyak di degradasi
dalam 7 hari. Sehingga dapat mereduksi 2,9 – 3,3 g per minggu pada
proporsi yang sederhana. Ramibeloarisoa et al (1984) menggunakan populasi
campuran bakteri, yang diambil dari busa permukaan, yang terpolusi kronik di
laut Mediteranean. Essensialnya data
menunjukkan bahwa populasi bakteri pendegradasi crude oil di air laut disuplai dengan besi, nitrogen, dan phosphor. Kenyataannya
81% dari minyak bumi didegradasi pada kondisi suhu 30oC, pH 8 dan
oksigen optimal. Setelah 12 hari, jumlah
HK jenuh, aromatik dan komponen polar dan
asphalten didegradasi yaitu 92%, 81%, 63% dan 48% dari total, Sejauh ini
muncul bahwa pertumbuhan bakteri hidrokarbon menyebabkan produksi surfaktan,
yang di emulsi dari substrat. Konsekwensinya disimpulkan bahwa surfaktan penting untuk mengurangi
hydrokarbon dari lingkungan laut.
Literatur
menunjukkan kemampuan mikroorganisme mempunyai kontribusi pada degradasi
hydrokarbon di lingkungan laut. Sejauh ini, suatu kesempatan dibutuhkan apakah
penelitian mungkin dapat membantu membersihkan lingkungan. Mungkin diduga
pengembangan rekayasa genetika Superbug (Horowitz dan Atlas, 1980), yang bisa
disemprot pada lapisan minyak. Dibawah pengendalian yang hati-hati, ini akan
memberikan prospek untuk produksi protein sel tunggal yang merupakan produk
yang bernilai. Bagaimanapun juga sampai saat ini organisme nya belum ada.
0 komentar "DAMPAK MIKROBA PADA LINGKUNGAN LAUT (I)", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat