4.1.4
Ammonifikasi
Ammonifikasi adalah suatu proses perubahan senyawa
nitrogen organik menjadi molekul yang lebih sederhana.
Proses:
(NH2)2
CO + H2O à 2NH3 + CO2
NH3
yang terbentuk akan kembali dimanfaatkan oleh tumbuh – tumbuhan dan sebagian
lagi akan di oksidasi menjadi NO2
dan NO3 melalui proses nitrifikasi (konversi ion ammonium menjadi
nitrat yang esensial). Hasil konversi sebagian digunakan oleh tumbuh – tumbuhan
.
Reaksi: 4NO2 + 2O2 à 4NO3
Sebagian
NO3 akan tercuci ke kolom perairan dan sedimen dan sebagian lagi ke
atmosfir dalam bentuk N2 dan N2O melalui proses
denitrifikasi.
Reaksi : 5CH2O
+ 4NO3 + 4H- à 2N2 + 5CO2 + 7H2O
Reduksi NO2 menjadi gas nitrogen
membutuhkan unsur zat lain seperti metan dan ion hydrogen dan terjadi pada
bagian sedimen.
4.1.5 Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan suatu
proses oksidasi ensimatik yang dilakukan oleh sekelompok jasad renik/bakteri
dan berlangsung dalam dua tahap yang terkoordinasikan. Masing-masing dilakukan
oleh bakteri/jasad renik yang berbeda pada tahap-tahapan proses nitrifikasi
(Mas’ud, 1993), sebagai berikut:
Tahap pertama nitrisasi oksidasi
2 NH4 + 3 O2 2 HNO2+ 2 H2O + E (79
kalori).
Tahap kedua (nitrisasi) oksidasi
2 HNO2 + O2 2 HNO3+ E (43 kalori).
Bakteri autotrofi (bakteri nitrifikasi) dapat
menggunakan N-anorganik untuk melakukan nitrifikasi, seperti genera bakteri Nitosomonos,
Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitrosovibrio, dan Nitrosolobus Pada
proses tahap pertama reaksi berlangsung dari ammonium ke nitrit yang melibatkan
bakteri Nitrosomonos dan Nitrosococcus dengan persamaan reaksi
sebagai berikut:
NH4 + 3/2 O2 NO2+ H2O + 2 H E = - 65 kcal
Sedangkan reaksi kedua
diperankan oleh bakteri Nitrobacter dan Nitrococcus spp yang melakukan oksidasi
dari nitrat ke nitric dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NO2 + ½ O2 NO3+ E = - 18 kcal.
Reaksi nitrifikasi seperti di
atas dapat berlangsung jika adanya oksigen. Proses oksidasi dari NO2 ke nitrit
umumnya lebih cepat dari pada proses oksidasi dari NH4 ke nitrit, dan nitri ini
terakumulasi di lingkungan.
4.1.6
Denitrifikasi
Denitrifakasi
adalah proses pengubahan nitrir menjadi nitrat melalui proses reduksi kemudian
menjadi gas nitrogen. Proses ini dilakukan secara mikrobiologi oleh banyak
bentuk bakteri. Dalam system anaerobic (oksigen rendah) banyak bakteri
menggunakan oksigen terikat seperti NO3-. Ketika
konsentrasi oksigen dalam suatu system menurun, bakteri akan menggunakan
oksigen dalam nitrat, sulfat dan campuran yang lain.
(Mas’ud,
1993) produksi nitrogen bebas dari senyawa-seyawa organic tidaklah melalui aksi
mikroorganisme, namun terbentuk secara tidak langsung oleh tindak antara asam nitrat
bebas dengan senyawa amino, yang keduanya dihasilkan secara bersama melaui
biang bakteri. Menurut Rompas (1998) dalam keadaan anaerob dapat memanfaatkan
nitrat untuk menggantikan oksigen sebagai penerima electron, sehingga
mengurangi gas-gas produk akhir seperti NO, N2O atau N2.
Didalam subtropics, pada musim panas dan
gugur kadar ntrogen diperairan cenderung rendah dan sumber energi berupa alga
yang mati sebelumnya cukup tersedia sehingga menguntungkan pertumbuhan mikroba
yang melakukan fiksasi nitrogen. Walaupun hasilnya tidak banyak, namun cukup
penting terutama bila musim gugur yang lain terbatas/ bila kadar nitrat rendah
maka secara otomatis alga ini akan aktif menfiksasi nitrogen dengan membebaskan
nitrat keluar sel sebagai metabolit.
Kadar nitrogen pada lapisan permungkaan
relatif tinggi, bahkan ghas nitrogen diudara melrut kedalam air melalui
permungkaan. Kadar mineral nitrogen dipengaruhi oleh musim, terutama erat
kaitannya dengan hanyutnya mineral dari daratan bersama air hujan. Terkadang minerak
nitrogen dapat terakumulasi didalam perairan, yakni hasil dekomposisi senyawa
organik. Kadar nitrat umumnya rendah pada lapisan permungkaan, yakni karena
dipakai oleh fitoplankton. Sedangkan pada perairan anaerobik, nitrat terurai
pada proses denitrifikas oleh bakteri. Nitrogen organik pada lapisan
permungkaan umumnya dalam bentuk asam amino, protein, peptida-peptida dan
urea.Kadar nitrogen dilaut lepas umumnya sekitar 0,45 mg/ l dan perairan pantai
dan muara sungai angka ini lebih tinggi, dimana sekitar 95% dalambentuk gas
nitrogen terlarut. Selebihnya berupa zat organik, sedimen dan didalam tubuh
organisme hidup. Pada perairan laut tropis yang lebih dalam, dimana kondisi
anaerob, nitrat dapat direduksi menjadi amonium. Sepertihalnya nitrat, kadar amonium
juga dipengaruhi oleh musim dan kepadatan plankton didalam perairan yang
bersangkutan.
Kandungan nitrogen dengan jenis yang berbeda akan
menghasilkan sirkulasi yang kompleks dalam sistem alamiah. Sirkulasi nitrogen
sidasarkan atas sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis. Kondisi biogekimia dari
setiap proses dalam satu sistem berbeda satu sama lain baik dalam bentuk maupun
ruang. Dan setiap proses menghasilkan kandungan dan keseimbangan sirkulasi
nitrogen dalam ekosistem. Hidrosfer dan atmosfer adalah dua media umum untuk
sirkulasi nitrogen yang terdapat dalam permukaan bumi.(Wada. E. &
Hattori. A. 1991)
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan
anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4+, NO3-,
NO2-, NO2, NO dan unsur N. Juga terdapat
bentuk lain yaitu hidroksi amin (NH2OH), tetapi bentuk ini merupakan
bentuk antara, yaitu bentuk peralihan dari NH4+, menjadi
NO2- dan bentuk ini tidak stabil (Hakim, dkk,1991).
Penyediaan ion dalam tanah dapat dipandang dari sudut
mineral dengan masukan dan kehilangan dari ekosistem dan laju transfer diantara
komponen sistem.
Pendekatan ini berharga bagi nitrogen, dimana masukan
karena curah hujan dan fiksasi serta kehilangan akibat pencucian dan
denitrifikasi merupakan sebagian besar dari jumlah seluruhnya yang ada dengan
siklus sistem tersebut. Untuk ion yang di absorbsi, masukan ini tidak berarti
dibandingkan dengan dengan jumlah seluruhnya yang ada, termasuk kehilangana
karena pencucian dalam tanah-tanah subur.
Kesimpulan:
- Pool N terbesar di udara sebagai gas N2
- N
menjadi tersedia melalui proses fiksasi (kimia maupun mikrobiologis)
(nitrogen fixer: rhizobium dll)
- N organik (dalam jaringan mahluk hidup -
bentuk protein, asam amino dan asam nukleat) menjadi N anorganik melalui
proses mineralisasi NH4+ (ammonium) == MO dekomposer
- NH4+ mengalami Nitrifikasi oleh
Nitrosomonas, Nitrosococcus dan Nitrosovibrio
- NO2- menjadi NO3- oleh Nitrobacter
dan Nitrococcus
- NO3- mengalami Denitrifikasi menjadi
NO2- oleh Pseudomonas, Bacillus dan Alcaligenes
- N
anorganik dapat diasimilasi oleh mikroorganisme == Imobilisasi
5.1 Kegiatan Belajar 5
5.1.1 Sirkulasi Sulphur
Pada poeriran, sumber senyawa sulphur
adalah air hujan dan air yang sebelumnya melewati tanah daratan. Diperkirakan
unsur sulphur yang terdapat pada perairan laut mencaai 2700mg/l. Dalam
sirkulasinya dialam, senyawa sulphur melalui beberapa tahapan. Asam amono dan
sulphat adalah bentuk yang paling utama. Bahan sulphur organik dimetabolisir
dalam proses dekomposisi protein oleh beberapa jenis mikroba. Kemudian
dilepaskan sebagai sulphat suasana aerob dan hydrogen sulphida pada kondisi
anaerob.
Hidrogen sulphida yang dihasilkan dari
dekomposisi protein dalam situasi anaerob akan dapat melarutkan logan sulphida.
Proses ini lebih dikenal sebagai biokorasi atau pengkaratan logan yang
disebabkan oleh organisme. Sulphida dapat dioksidasi oleh bakteri komosintetik
bila kondisi perairan anaerob. Beberapa bakteri heterotrof, termasuk bakteri
Actinomycetes dan fungi dapat pula mengoksidasi hidrogen sulfida. Namun yang
paling penting adalah bakteri kemosintetik thiobacillus didalam laut yang dapat
mengoksidasi unsur sulphur, sulphida, thiosulphat, dan thetrathionat menjadi
sulphat. Terbentuknya sulphat akan menyebabkan turunnya Ph, namun sebagian
proses dari genus ini dapat mentolerir keadaan asam, bahkan ada yangdapat
bertahan pada Ph >1.
Di dasar laut dalam, dimana suasana
hampir anaerob, akan terjadi dekomposisi protein organik oleh mikroba seperti
Thibacillus menghasilkan sulphat, sehingga Ph turun, misalnya thiobacillus
denitrificans. Thiobacillus thioparus dapat mengoksidasi substrat seperti
thiosulphat dan thetrathinat dengan menghasilkan sulphat, Begiota, thiotrix
spp. Dan thiovolum, adalah bakeri filamen umumnya hidup pada permungkaan
sedimen yang mengandung hidrogen sulphida. Mikroba ini juga menyimpan senyawa
sulphur dalam selnya walaupun dalam suasana aerob, hydrogen sulohida diubah
menjadi sulphur dan sulphat. Energi yang diperoleh mikroba cukup rendah.
Oksidasi sulphida menjadi sulphur menghasilkan energi 50 kkal/ mol dan 148,8
kakal/mol sampai menjadi sulphat.
H2s + O2 S
+ H2O + 50,1 kkal/mol
S = O2 + H2O H2SO4
+ 149, kakal/mol
Bakteri sulphur yang melakukan
fotosintesa, misalnya Chlorobium dan Chromatium berarti penting hanya pada perairan
dangkal yang akan kaya akan senyawa organik. Bakteri ini tinggal pada kedalaman
yang masih terjangkau cahaya namun mulai terjadi suasana anaerob. Walaupun
demikian ditemukan juga bahwa beberapa spesies dari bakteri chromatium bersifat
fakultatif aerob, bahkan ada yang aerob kemosintetik. Bakteri ini mengoksidasi
hydrogen sulphida dengan adanya karbon dioksida.
Didalam suasana anaerob sulphida dapat
pula dapat dioksidasi oleh mikroba fototrop, misalnya bakteri sulphur yang
melakukan fotosintesa dari famili Chlorobiacheae dan chromatiaceae. Mikroba ini
banyak terdapat pada dasar perairan pantai. Mereka mereduksi karbon dioksida
dam mengoksidasi sulphida.
NCO2 + nH2 S (CH2O) n +
nS
Didalam sedimen yang anaerob dan kaya
akan sulphida, bakteri desulforomonas memanfaatkan asam asetat sebagai sumber
energi utama dan selanjutnya mereduksi sulphur menjadi hidrogen sulphida.
CH3COOH + H2O + S CO2
+ H2S +5,7 kkal/mol
Bakteri pereduksi sulphur (sulphur
reducting bacteria) seperti : Desulfobacter, Desulfobulbus, Desulfococcus,
Desulfosarcina dan desulfovibrio mereduksi sulphat dan membentuk sulphida,
karbondiosida dan air.
C6H12O6 +SO4-2 +H+ CO2 +H2S + H2)
Reaksi ini terjadi hanya dalam suasana
anaerob, dan akanterhambat dengan adanya oksigen dan nitarat. Terjadi dalam
sedimen dengan kedalaman sampai 20cm. Akan tetapi arti penting mikroba ini bagi
lingkungan akan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan semakin
jauhnya dari garis pantai. Sungguhpun demikian mereka sangat berperan dalam
mereduksi sulphat yang masuk ke laut diperkirakan 1011 kg/tahun.
Dalam reaksi ini, selain karbihidrat beberapa substratlain dapat pula
digunakan. Misalnya, asetat, butirat, hydrogen, isobutirat, dan propionat. Data
lain menyebutkan bahwa etanol, laktat, malate, piruvat, dan suksinat dapat pula
dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Dampak negatif terbentuknya hidrogen
sulphida adalah korosi bahan logam yang digunakan didalam air, misalnya pipa
dan tangki. Hidrogen sulphida yang dihasilkan oleh bakteri Desulfovibrio
akan mengikat Fe3+ atau logam lainnya terutama pada permungkaan
bahan. Kemudian mengendap dalam bentuk FeS atau Fe2S3 (depolarisasi anoda).
Pada bagian katoda hydrogen dibebaskan sehingga terjadi depolarisasi katoda.
Untuk jelasnya berikut ini disajikan beberapa reaksi perkaratan tersebut.
Reaksi pada anoda 4Fe 4Fe+2
+ 8e
Dissosiasi air 8h20 8H+
+ 8OH-
Reaksi pada katoda 8H+ + 8e- 8H
Depolarisasi katoda SO4 + 8H+ S-2 + $H2O
Pembentukan karat Fe +2 + S-2 FeS
3Fe+2 + 6OH 3Fe
(OH)2
Reaksi keseluruhan pembentukan karat
4Fe+2 + SO4 + 4H2O 3Fe (OH)2 +FeS + 2OH-
Selain desulfovibrio, bakteri lain
seperti Thibacillus thioporus, Thiobacillus furoxidan dan Thiobacillus
thioxidan serta desulfotoma culum berfungsi pula dalam bikorasi tersebut.
Jenis mikroba yang terlinat sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, terutama
oksigen dan pH. Misalnya Thiobacillus cenderung pada perairan dengan potensial
redoks yang tinggi dan pH yang rendah.
Kesimpulan:
- Oksidasi sulfur menjadi sulfat oleh
Thiobacillus, Arthrobacter dan Bacillus
2H2S + O2 2S + 2H2O
2S + 2H2O + 3O2 2SO42- + 4H+
S2O32- + H2O +
2O2
2SO42- + 2H+
- Reduksi Sulfat menjadi sulfida (S2-) oleh
Desulphovibrio desulphuricans
2SO42- + 4H2 S2- + 4H2O
5.1.2 Sirkulasi Phospsor
Sumber
utama berasal dari batuan phosfat yang terbentuk dalam kurun waktu tahunan
geologis, karena adanya erosi, maka secara perlahan-lahan batuan itu terkikis
dan melepaskan phosfat ke dalam air laut/ekosistem. Dojlido. R. J. and Best.
A. T (1992) mengatakan bahwa phosfor tidak terdapat sebagai elemen bebas di
alam, tapi secara luas terdistribusi dalam batu-batuan, mineral-mineral,
tumbuh-tumbuhan, dan hewan-hewan. Phosfor terbentuk terutama sebagai mineral
yang dikenal sebagai Phosforit dan Apatit. Secara umum rumus
kimianya adalah Ca5(PO4)3 (F atau OH)dan dapat
dikenal sebagai Fluoroapatit saat F menjadi Hidroksilapatit, OH
menjadi anion. Mineral phosfat yang penting lain adalah Strengite FePO42H2O),
Whitlockite (Ca\3 (PO4)2, dan Berlinite (AlPO4)
Phosfor
terbentuk dalam seluruh organisme hidup, merupakan satu dari elemen yang paling
penting untuk aktifitas sel. Hampir 80 % phosfor yang dihasilkan berubah
menjadi pupuk. Kegunaan phosfor antara lain untuk : kimia organik, dan kimia
anorganik, pabrik sabun dan deterjen, pestisida, makanan suplemen hewan,
katalis, dll. Seperti kita ketahui bahwa phosfor sangat penting bagi kehidupan
mahluk hidup di laut. Kandungan phosfor yang terdapat di zona Eufosit (zona
yang lebih dalam) berfungsi sebagai limiting factor (faktor pembatas)
bagi phitoplankton.
Unsur phosphor dialam hampir semuanya
terdapat dalam bentuk phosphat, biasanya orthophosphat. Oksidasi phosphat yang
dilakukan mikroba menghasilkan phosphin (PH3), Hidrogen phosphida (P4H2),
Phosphit (PO3-2) dan lain lain. Unsur ini sangat esensial bagi mikroorganisme,
yakni sebagai komponen phospholida, asam nukleat, dan ATP. Memang tidak
diperlukan dalam jumlah banyak seperti lainnya karbon dan nitrogen, tetapi
dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan.
Diperairan, kadar unsur ini lebih rendah,
sehingga ada kalanya menjadi faktor pembatas pertumbuhan mikroba. Diperkirakan
berkisar antara 0.01 – 0,07 mg/l. Namun jumlah ini dapat berlipat ganda pada
perairan yang tercemar mengandung phosphor. Walaupun konsentrasinya rendah,
laut dapat dikatakan sebagai gudang phosphor dialam, mengingat sebagian senyawa
ini tidak terbawa lagi kedaratan karena tertahan dalam bentuk sedimen.
4.1.4
Ammonifikasi
Ammonifikasi adalah suatu proses perubahan senyawa
nitrogen organik menjadi molekul yang lebih sederhana.
Proses:
(NH2)2
CO + H2O à 2NH3 + CO2
NH3
yang terbentuk akan kembali dimanfaatkan oleh tumbuh – tumbuhan dan sebagian
lagi akan di oksidasi menjadi NO2
dan NO3 melalui proses nitrifikasi (konversi ion ammonium menjadi
nitrat yang esensial). Hasil konversi sebagian digunakan oleh tumbuh – tumbuhan
.
Reaksi: 4NO2 + 2O2 à 4NO3
Sebagian
NO3 akan tercuci ke kolom perairan dan sedimen dan sebagian lagi ke
atmosfir dalam bentuk N2 dan N2O melalui proses
denitrifikasi.
Reaksi : 5CH2O
+ 4NO3 + 4H- à 2N2 + 5CO2 + 7H2O
Reduksi NO2 menjadi gas nitrogen
membutuhkan unsur zat lain seperti metan dan ion hydrogen dan terjadi pada
bagian sedimen.
4.1.5 Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan suatu
proses oksidasi ensimatik yang dilakukan oleh sekelompok jasad renik/bakteri
dan berlangsung dalam dua tahap yang terkoordinasikan. Masing-masing dilakukan
oleh bakteri/jasad renik yang berbeda pada tahap-tahapan proses nitrifikasi
(Mas’ud, 1993), sebagai berikut:
Tahap pertama nitrisasi oksidasi
2 NH4 + 3 O2 2 HNO2+ 2 H2O + E (79
kalori).
Tahap kedua (nitrisasi) oksidasi
2 HNO2 + O2 2 HNO3+ E (43 kalori).
Bakteri autotrofi (bakteri nitrifikasi) dapat
menggunakan N-anorganik untuk melakukan nitrifikasi, seperti genera bakteri Nitosomonos,
Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitrosovibrio, dan Nitrosolobus Pada
proses tahap pertama reaksi berlangsung dari ammonium ke nitrit yang melibatkan
bakteri Nitrosomonos dan Nitrosococcus dengan persamaan reaksi
sebagai berikut:
NH4 + 3/2 O2 NO2+ H2O + 2 H E = - 65 kcal
Sedangkan reaksi kedua
diperankan oleh bakteri Nitrobacter dan Nitrococcus spp yang melakukan oksidasi
dari nitrat ke nitric dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NO2 + ½ O2 NO3+ E = - 18 kcal.
Reaksi nitrifikasi seperti di
atas dapat berlangsung jika adanya oksigen. Proses oksidasi dari NO2 ke nitrit
umumnya lebih cepat dari pada proses oksidasi dari NH4 ke nitrit, dan nitri ini
terakumulasi di lingkungan.
4.1.6
Denitrifikasi
Denitrifakasi
adalah proses pengubahan nitrir menjadi nitrat melalui proses reduksi kemudian
menjadi gas nitrogen. Proses ini dilakukan secara mikrobiologi oleh banyak
bentuk bakteri. Dalam system anaerobic (oksigen rendah) banyak bakteri
menggunakan oksigen terikat seperti NO3-. Ketika
konsentrasi oksigen dalam suatu system menurun, bakteri akan menggunakan
oksigen dalam nitrat, sulfat dan campuran yang lain.
(Mas’ud,
1993) produksi nitrogen bebas dari senyawa-seyawa organic tidaklah melalui aksi
mikroorganisme, namun terbentuk secara tidak langsung oleh tindak antara asam nitrat
bebas dengan senyawa amino, yang keduanya dihasilkan secara bersama melaui
biang bakteri. Menurut Rompas (1998) dalam keadaan anaerob dapat memanfaatkan
nitrat untuk menggantikan oksigen sebagai penerima electron, sehingga
mengurangi gas-gas produk akhir seperti NO, N2O atau N2.
Didalam subtropics, pada musim panas dan
gugur kadar ntrogen diperairan cenderung rendah dan sumber energi berupa alga
yang mati sebelumnya cukup tersedia sehingga menguntungkan pertumbuhan mikroba
yang melakukan fiksasi nitrogen. Walaupun hasilnya tidak banyak, namun cukup
penting terutama bila musim gugur yang lain terbatas/ bila kadar nitrat rendah
maka secara otomatis alga ini akan aktif menfiksasi nitrogen dengan membebaskan
nitrat keluar sel sebagai metabolit.
Kadar nitrogen pada lapisan permungkaan
relatif tinggi, bahkan ghas nitrogen diudara melrut kedalam air melalui
permungkaan. Kadar mineral nitrogen dipengaruhi oleh musim, terutama erat
kaitannya dengan hanyutnya mineral dari daratan bersama air hujan. Terkadang minerak
nitrogen dapat terakumulasi didalam perairan, yakni hasil dekomposisi senyawa
organik. Kadar nitrat umumnya rendah pada lapisan permungkaan, yakni karena
dipakai oleh fitoplankton. Sedangkan pada perairan anaerobik, nitrat terurai
pada proses denitrifikas oleh bakteri. Nitrogen organik pada lapisan
permungkaan umumnya dalam bentuk asam amino, protein, peptida-peptida dan
urea.Kadar nitrogen dilaut lepas umumnya sekitar 0,45 mg/ l dan perairan pantai
dan muara sungai angka ini lebih tinggi, dimana sekitar 95% dalambentuk gas
nitrogen terlarut. Selebihnya berupa zat organik, sedimen dan didalam tubuh
organisme hidup. Pada perairan laut tropis yang lebih dalam, dimana kondisi
anaerob, nitrat dapat direduksi menjadi amonium. Sepertihalnya nitrat, kadar amonium
juga dipengaruhi oleh musim dan kepadatan plankton didalam perairan yang
bersangkutan.
Kandungan nitrogen dengan jenis yang berbeda akan
menghasilkan sirkulasi yang kompleks dalam sistem alamiah. Sirkulasi nitrogen
sidasarkan atas sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis. Kondisi biogekimia dari
setiap proses dalam satu sistem berbeda satu sama lain baik dalam bentuk maupun
ruang. Dan setiap proses menghasilkan kandungan dan keseimbangan sirkulasi
nitrogen dalam ekosistem. Hidrosfer dan atmosfer adalah dua media umum untuk
sirkulasi nitrogen yang terdapat dalam permukaan bumi.(Wada. E. &
Hattori. A. 1991)
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan
anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4+, NO3-,
NO2-, NO2, NO dan unsur N. Juga terdapat
bentuk lain yaitu hidroksi amin (NH2OH), tetapi bentuk ini merupakan
bentuk antara, yaitu bentuk peralihan dari NH4+, menjadi
NO2- dan bentuk ini tidak stabil (Hakim, dkk,1991).
Penyediaan ion dalam tanah dapat dipandang dari sudut
mineral dengan masukan dan kehilangan dari ekosistem dan laju transfer diantara
komponen sistem.
Pendekatan ini berharga bagi nitrogen, dimana masukan
karena curah hujan dan fiksasi serta kehilangan akibat pencucian dan
denitrifikasi merupakan sebagian besar dari jumlah seluruhnya yang ada dengan
siklus sistem tersebut. Untuk ion yang di absorbsi, masukan ini tidak berarti
dibandingkan dengan dengan jumlah seluruhnya yang ada, termasuk kehilangana
karena pencucian dalam tanah-tanah subur.
Kesimpulan:
- Pool N terbesar di udara sebagai gas N2
- N
menjadi tersedia melalui proses fiksasi (kimia maupun mikrobiologis)
(nitrogen fixer: rhizobium dll)
- N organik (dalam jaringan mahluk hidup -
bentuk protein, asam amino dan asam nukleat) menjadi N anorganik melalui
proses mineralisasi NH4+ (ammonium) == MO dekomposer
- NH4+ mengalami Nitrifikasi oleh
Nitrosomonas, Nitrosococcus dan Nitrosovibrio
- NO2- menjadi NO3- oleh Nitrobacter
dan Nitrococcus
- NO3- mengalami Denitrifikasi menjadi
NO2- oleh Pseudomonas, Bacillus dan Alcaligenes
- N
anorganik dapat diasimilasi oleh mikroorganisme == Imobilisasi
5.1 Kegiatan Belajar 5
5.1.1 Sirkulasi Sulphur
Pada poeriran, sumber senyawa sulphur
adalah air hujan dan air yang sebelumnya melewati tanah daratan. Diperkirakan
unsur sulphur yang terdapat pada perairan laut mencaai 2700mg/l. Dalam
sirkulasinya dialam, senyawa sulphur melalui beberapa tahapan. Asam amono dan
sulphat adalah bentuk yang paling utama. Bahan sulphur organik dimetabolisir
dalam proses dekomposisi protein oleh beberapa jenis mikroba. Kemudian
dilepaskan sebagai sulphat suasana aerob dan hydrogen sulphida pada kondisi
anaerob.
Hidrogen sulphida yang dihasilkan dari
dekomposisi protein dalam situasi anaerob akan dapat melarutkan logan sulphida.
Proses ini lebih dikenal sebagai biokorasi atau pengkaratan logan yang
disebabkan oleh organisme. Sulphida dapat dioksidasi oleh bakteri komosintetik
bila kondisi perairan anaerob. Beberapa bakteri heterotrof, termasuk bakteri
Actinomycetes dan fungi dapat pula mengoksidasi hidrogen sulfida. Namun yang
paling penting adalah bakteri kemosintetik thiobacillus didalam laut yang dapat
mengoksidasi unsur sulphur, sulphida, thiosulphat, dan thetrathionat menjadi
sulphat. Terbentuknya sulphat akan menyebabkan turunnya Ph, namun sebagian
proses dari genus ini dapat mentolerir keadaan asam, bahkan ada yangdapat
bertahan pada Ph >1.
Di dasar laut dalam, dimana suasana
hampir anaerob, akan terjadi dekomposisi protein organik oleh mikroba seperti
Thibacillus menghasilkan sulphat, sehingga Ph turun, misalnya thiobacillus
denitrificans. Thiobacillus thioparus dapat mengoksidasi substrat seperti
thiosulphat dan thetrathinat dengan menghasilkan sulphat, Begiota, thiotrix
spp. Dan thiovolum, adalah bakeri filamen umumnya hidup pada permungkaan
sedimen yang mengandung hidrogen sulphida. Mikroba ini juga menyimpan senyawa
sulphur dalam selnya walaupun dalam suasana aerob, hydrogen sulohida diubah
menjadi sulphur dan sulphat. Energi yang diperoleh mikroba cukup rendah.
Oksidasi sulphida menjadi sulphur menghasilkan energi 50 kkal/ mol dan 148,8
kakal/mol sampai menjadi sulphat.
H2s + O2 S
+ H2O + 50,1 kkal/mol
S = O2 + H2O H2SO4
+ 149, kakal/mol
Bakteri sulphur yang melakukan
fotosintesa, misalnya Chlorobium dan Chromatium berarti penting hanya pada perairan
dangkal yang akan kaya akan senyawa organik. Bakteri ini tinggal pada kedalaman
yang masih terjangkau cahaya namun mulai terjadi suasana anaerob. Walaupun
demikian ditemukan juga bahwa beberapa spesies dari bakteri chromatium bersifat
fakultatif aerob, bahkan ada yang aerob kemosintetik. Bakteri ini mengoksidasi
hydrogen sulphida dengan adanya karbon dioksida.
Didalam suasana anaerob sulphida dapat
pula dapat dioksidasi oleh mikroba fototrop, misalnya bakteri sulphur yang
melakukan fotosintesa dari famili Chlorobiacheae dan chromatiaceae. Mikroba ini
banyak terdapat pada dasar perairan pantai. Mereka mereduksi karbon dioksida
dam mengoksidasi sulphida.
NCO2 + nH2 S (CH2O) n +
nS
Didalam sedimen yang anaerob dan kaya
akan sulphida, bakteri desulforomonas memanfaatkan asam asetat sebagai sumber
energi utama dan selanjutnya mereduksi sulphur menjadi hidrogen sulphida.
CH3COOH + H2O + S CO2
+ H2S +5,7 kkal/mol
Bakteri pereduksi sulphur (sulphur
reducting bacteria) seperti : Desulfobacter, Desulfobulbus, Desulfococcus,
Desulfosarcina dan desulfovibrio mereduksi sulphat dan membentuk sulphida,
karbondiosida dan air.
C6H12O6 +SO4-2 +H+ CO2 +H2S + H2)
Reaksi ini terjadi hanya dalam suasana
anaerob, dan akanterhambat dengan adanya oksigen dan nitarat. Terjadi dalam
sedimen dengan kedalaman sampai 20cm. Akan tetapi arti penting mikroba ini bagi
lingkungan akan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan semakin
jauhnya dari garis pantai. Sungguhpun demikian mereka sangat berperan dalam
mereduksi sulphat yang masuk ke laut diperkirakan 1011 kg/tahun.
Dalam reaksi ini, selain karbihidrat beberapa substratlain dapat pula
digunakan. Misalnya, asetat, butirat, hydrogen, isobutirat, dan propionat. Data
lain menyebutkan bahwa etanol, laktat, malate, piruvat, dan suksinat dapat pula
dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Dampak negatif terbentuknya hidrogen
sulphida adalah korosi bahan logam yang digunakan didalam air, misalnya pipa
dan tangki. Hidrogen sulphida yang dihasilkan oleh bakteri Desulfovibrio
akan mengikat Fe3+ atau logam lainnya terutama pada permungkaan
bahan. Kemudian mengendap dalam bentuk FeS atau Fe2S3 (depolarisasi anoda).
Pada bagian katoda hydrogen dibebaskan sehingga terjadi depolarisasi katoda.
Untuk jelasnya berikut ini disajikan beberapa reaksi perkaratan tersebut.
Reaksi pada anoda 4Fe 4Fe+2
+ 8e
Dissosiasi air 8h20 8H+
+ 8OH-
Reaksi pada katoda 8H+ + 8e- 8H
Depolarisasi katoda SO4 + 8H+ S-2 + $H2O
Pembentukan karat Fe +2 + S-2 FeS
3Fe+2 + 6OH 3Fe
(OH)2
Reaksi keseluruhan pembentukan karat
4Fe+2 + SO4 + 4H2O 3Fe (OH)2 +FeS + 2OH-
Selain desulfovibrio, bakteri lain
seperti Thibacillus thioporus, Thiobacillus furoxidan dan Thiobacillus
thioxidan serta desulfotoma culum berfungsi pula dalam bikorasi tersebut.
Jenis mikroba yang terlinat sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, terutama
oksigen dan pH. Misalnya Thiobacillus cenderung pada perairan dengan potensial
redoks yang tinggi dan pH yang rendah.
Kesimpulan:
- Oksidasi sulfur menjadi sulfat oleh
Thiobacillus, Arthrobacter dan Bacillus
2H2S + O2 2S + 2H2O
2S + 2H2O + 3O2 2SO42- + 4H+
S2O32- + H2O +
2O2
2SO42- + 2H+
- Reduksi Sulfat menjadi sulfida (S2-) oleh
Desulphovibrio desulphuricans
2SO42- + 4H2 S2- + 4H2O
5.1.2 Sirkulasi Phospsor
Sumber
utama berasal dari batuan phosfat yang terbentuk dalam kurun waktu tahunan
geologis, karena adanya erosi, maka secara perlahan-lahan batuan itu terkikis
dan melepaskan phosfat ke dalam air laut/ekosistem. Dojlido. R. J. and Best.
A. T (1992) mengatakan bahwa phosfor tidak terdapat sebagai elemen bebas di
alam, tapi secara luas terdistribusi dalam batu-batuan, mineral-mineral,
tumbuh-tumbuhan, dan hewan-hewan. Phosfor terbentuk terutama sebagai mineral
yang dikenal sebagai Phosforit dan Apatit. Secara umum rumus
kimianya adalah Ca5(PO4)3 (F atau OH)dan dapat
dikenal sebagai Fluoroapatit saat F menjadi Hidroksilapatit, OH
menjadi anion. Mineral phosfat yang penting lain adalah Strengite FePO42H2O),
Whitlockite (Ca\3 (PO4)2, dan Berlinite (AlPO4)
Phosfor
terbentuk dalam seluruh organisme hidup, merupakan satu dari elemen yang paling
penting untuk aktifitas sel. Hampir 80 % phosfor yang dihasilkan berubah
menjadi pupuk. Kegunaan phosfor antara lain untuk : kimia organik, dan kimia
anorganik, pabrik sabun dan deterjen, pestisida, makanan suplemen hewan,
katalis, dll. Seperti kita ketahui bahwa phosfor sangat penting bagi kehidupan
mahluk hidup di laut. Kandungan phosfor yang terdapat di zona Eufosit (zona
yang lebih dalam) berfungsi sebagai limiting factor (faktor pembatas)
bagi phitoplankton.
Unsur phosphor dialam hampir semuanya
terdapat dalam bentuk phosphat, biasanya orthophosphat. Oksidasi phosphat yang
dilakukan mikroba menghasilkan phosphin (PH3), Hidrogen phosphida (P4H2),
Phosphit (PO3-2) dan lain lain. Unsur ini sangat esensial bagi mikroorganisme,
yakni sebagai komponen phospholida, asam nukleat, dan ATP. Memang tidak
diperlukan dalam jumlah banyak seperti lainnya karbon dan nitrogen, tetapi
dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan.
Diperairan, kadar unsur ini lebih rendah,
sehingga ada kalanya menjadi faktor pembatas pertumbuhan mikroba. Diperkirakan
berkisar antara 0.01 – 0,07 mg/l. Namun jumlah ini dapat berlipat ganda pada
perairan yang tercemar mengandung phosphor. Walaupun konsentrasinya rendah,
laut dapat dikatakan sebagai gudang phosphor dialam, mengingat sebagian senyawa
ini tidak terbawa lagi kedaratan karena tertahan dalam bentuk sedimen.,,
0 komentar "Mikroorganisme laut :: MIKROBA DAN RANTAI MAKANAN (III)", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat