Mikroorganisme Laut :: Peranan Mikroorganisme di Lingkungan Laut

BAB I

Peranan Mikroorganisme di Lingkungan Laut

Plankton

1. Pengantar.

                        Dalam bab ini akan dibahas tentang peranan bakteri dalam lingkungan laut. Secara terinci pembahasan tersebut akan mencakup :

1.     Peranan mikroba di Lingkungan Laut.
2.     Bagaimana mikroba bertahan pada salinitas tinggi.

            Pemahaman materi dalam modul ini bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan anda peranan mikroba di lingkungan laut, Bagaimana mikroba bisa bertahan pada salinitas yang tinggi, dan pendapat para ahli mungkinkah ada mikroba benar-benar asli laut.

2.Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan bisa memahami mikroba di lingkungan laut.

3.Tujuan Instruksional khusus.
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
-  Menjelaskan fungsi mikroba di lingkungan laut.
-  Menjelaskan kenapa mikroba bisa bertahan hidup pada salinitas tinggi.

4.Kegiatan Belajar 1
4.1 Uraian dan Contoh.
      Peranan Mikroorganisme di Lingkungan Laut
4.1.1 Pendahuluan.
       Pada ekosistem lalu selalu terjadi interaksi antara organisme laut sebagai komponen biotik dengan lingkungan laut sebagai komponen abiotik. Mikroorganisme merupakan salah satu komponen biotik yang sangat penting dalam ekosistem laut. Peranan penting mikroorganisme laut secara umum adalah dalam proses-proses biogeokimia, untuk bioteknologi, pencemaran dan penyakit.

            Mikroorganisme mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu ekosistem terutama dengan adanya komponen yang tidak dapat dicerna, ataupun yang sulit diuraikan, yang mana produk ini berbahaya bagi organisme di lingkungan perairan, Mikroorganisme merupakan ujung tombak organisme yang dapat memanfaatkannya.

            Pada perkuliahan kali ini kita akan dibawa untuk mengerti tentang Peranan mikroorganisme di lingkungan laut.

            Definisi mikrobiologi laut adalah suatu ilmu yang mempelajari jasad kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang yang ada dilaut. Yakni bisa berupa bakteri, fungi, ragi, protozoa, amoeba, alga, diatom, plankton, copepoda. Dll.

            Apa perbedaan antara bakteri laut dan bakteri tawar/tanah.
Perbedaan utama adalah bakteri air laut bisa hidup pada konsentrasi salinitas yang tinggi tanpa adanya komponen garam tersebut pada media maka bakteri air laut tidak bisa tumbuh dan berkembang.

Peranan bakteri gram negatif heterotrof dari ocean dan laut terdiri dari 90% bakteri gram negatif (Bouman, 1981) yang mempunyai morfologi dan komposisi kimia sama dengan sel bakteri lainnya. Sama dengan jaringan metabolisme ditulis pada spesies tertentu tidak ada keistimewaan (Bertrand et al, 1976)

Pertanyaan besar yang menarik untuk dijawab adalah “Apakah peran yang dimainkan oleh mikrobia (khususnya bakteri heterotrofik) dalam laut?” Para ahli mikrobiologi kelautan modern umumnya sepakat untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan pendekatan autekologi ala kotak hitam (black box) pada pesawat. Segala “informasi” yang keluar dan masuk ke dalam kotak hitam (baca: bakteri heterotrof dan mikrobia lainnya) telah dapat dipahami dengan baik. Namun, justru dinamika internal yang ada dalam tiap individu atau jenis bakteri heterotrof belum banyak diketahui. Hal ini terjadi karena kurangnya dasar pengetahuan dan pelatihan di bidang mikroorganisme kelautan. Di samping itu, sebagian besar peneliti daur biogeokimiawi laut tidak mempunyai latar belakang dan pengalaman di bidang mikrobiologi.
 
Menjawab pertanyaan Hobbie dan Williams (1984) tentang kemajuan 20 tahun terakhir di bidang mikrobiologi kelautan, yang menyampaikan empat (4) hal, yaitu: 1) kelimpahan bakteri heterotrof, dalam ukuran biomassa, sesungguhnya dapat disejajarkan dengan biomassa fitoplankton laut. Temuan ini mendukung hipotesis Pomeroy (1974) tentang pentingnya peran bakteri heterotrof dalam jejaring makanan laut. Di samping itu, keragaman bakteri laut memperlihatkan pentingnya pemanfaatan metode molekuler untuk identifikasi dan taksonomi kecepatan proses heterotrofisme yang meliputi pertumbuhan, respirasi, dan mineralisasi (khususnya N & P) telah mengarah kepada pemahaman akan efisiensi pertumbuhan (dengan metode timidin) mikrobia ini, meskipun masih terbatas di kawasan pantai. Bahkan, hal ini dapat memperlihatkan peran lebih lanjut dari bakteri heterotrof sebagai tujuan-akhir (sink) daur C dan sumber (source) dari amonium dan Fe, 3) Proses heterotrofisme tersebut ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pemangsaan (grazing) oleh protista dan juga membahas berbagai metodologi pemangsaan terhadap bakteri heterotrof), lisis oleh virus, ketersediaan nutrien,  dan faktor abiotik lainnya antara lain suhu dan sinar ultra violet (uv). Faktor-faktor di atas dapat mengatur jumlah bakteri agar tetap konstan, tapi dapat pula menguranginya. Dengan kata lain, faktor-faktor tersebut sangat berperan dalam berlangsungnya proses heterotrofisme oleh bakteri laut, dan 4) peran penting bakteri heterotrof laut sesungguhnya meliputi modifikasi/mineralisasi senyawa organik atau dikenal juga sebagai proses humifikasi serta daur N (nitrifikasi-denitrifikasi, termasuk pengikatan gas N oleh sianobakteri laut; Selain itu struktur komunitas bakteri ini juga sangat menentukan fungsi (peran) mereka dalam ekosistem laut termasuk pergantian fungsi heterotrof dan autotrof .

Keempat hal pokok di atas sebenarnya telah dapat menunjukkan bahwa selama 20 tahun terakhir ini sudah banyak kemajuan yang dicapai oleh bidang mikrobiologi kelautan. Namun demikian, bahwa masih diperlukan banyak buku sejenis (baca: buku- teks Ekologi Mikroorganisme Laut) untuk dapat memberikan dasar pemahaman dan pengetahuan seluk-beluk mahluk renik laut ini secara lebih mendalam. Hal ini sangat beralasan, mengingat masih banyaknya peran ekologis dari mikroorganisme laut, yang tentunya tidak terbatas pada bakteri hetrotrof saja, yang belum disingkap oleh buku ini. Selain itu, berbagai penelitian mutakhir di bidang mikrobiologi kelautan seperti peran bakteri laut dalam pembentukan toksin oleh alga beracun-berbahaya (harmful algae), pemanfaatan metabolit sekunder bakteri laut untuk industri farmasi dan kesehatan, dan peran bakteri laut dalam proses biodeteriorasi serta bioremediasi lingkungan laut tidak diulas dalam buku ini.

            Kemudian dilaut juga terdapat bakteri yang memiliki aktifitas Mekanisme bioluminesens dalam semua kelompok organisme tersebut umumnya sama dan sangat menarik. Tampaknya bahwa aktivitas bioluminesens telah ada di sepanjang evolusi hidup mereka. Bakteri yang memiliki aktivitas bioluminesens kebanyakan adalah spesies-spesies dalam lingkungan laut (marine environments). Pemancaran cahaya yang dilakukan sangat menguntungkan organisme tersebut karena berguna untuk mencari makan, menghindari musuh, dan mengenal spesiesnya atau untuk mencari mangsa, komunikasi, dan aktivitas kamuflase.

Di perairan Indonesia, tepatnya di perairan Jepara terdapat hewan cumi jenis komersial yang dapat memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan disebabkan adanya hubungan simbiosis antara cumi dan bakteri yang hidup di dalamnya. Bakteri tersebut merupakan jenis Photobacterium phosphoreum yang hidup di dalam organ cahaya cumi jenis Laligo duvaucelli. Cumi jenis ini merupakan populasi yang sangat dominan di perairan Indonesia sehingga dengan mudah dapat ditemukan.

Penelitian mengenai Photobacterium phosphoreum di Indonesia masih kurang. Padahal, bakteri jenis ini merupakan bakteri yang memancarkan cahaya paling terang dari semua bakteri luminesens. Spesies bakteri ini memancarkan cahaya pada daerah visibel yang memungkinkan terlihat dengan kasat mata karena berada di sekitar panjang gelombang 460-490 nm.

Dalam kerja laboratorium bakteri ini amat mudah diisolasi dan ditumbuhkan, dan juga tidak menyebabkan penyakit sehingga dapat bekerja dengan aman dan leluasa serta tidak membutuhkan ruangan dan peralatan khusus. Selain itu, bakteri ini dapat tumbuh dengan subur pada ruangan bertemperatur 20-250C dan tidak membutuhkan banyak nutrisi serta hanya membutuhkan waktu 18-20 jam untuk membutuhkan sel mikrobiologi dalam media pertumbuhan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, bakteri Photobacterium phosphoreum yang hidup dalam organ cahaya cumi jenis Laligo duvaucelli akan memancarkan cahaya bila kerapatannya mencapai jumlah 4,6x109 CFU/ml. Apabila kerapatannya kurang dari jumlah tersebut, bakteri tidak dapat memancarkan cahaya. Dalam media agar, koloni bakteri memancarkan cahaya selama 3 hari secara kontinu dan setelah itu tidak memancarkan cahaya lagi. Namun, bila dimurnikan kembali, akan memancarkan cahaya kembali. Sementara ini penulis pertama tengah melakukan penelitian tentang bakteri ini yang dapat memancarkan cahaya di ruang gelap (Gambar 1). Hal ini diduga karena enzim lusiferase sedah mencapai kondisi tidak aktif yakni senyawa lusiferin dalam media sudah habis.

Reaksi yang terjadi pada bakteri yang tergolong luminesens sehingga dapat memancarkan sinar dikatalisis oleh enzim lusiferase. Enzim lusiferase ini terdiri atas dua subunit, yaitu subunit ? dan _ . Kedua subunit ini dikode oleh gen luxA dan luxB. Substrat-substrat lusiferase memiliki rantai aldehid yang panjang dan FMNH2. Reaksi awal untuk mengoksidasi FMNH2 menjadi FMN dan oksidasi aldehid menjadi asam-asam lemak organik. Asam-asam lemak yang dihasilkan ini dikatalisis oleh enzim lusiferase kemudian direduksi menjadi aldehid oleh suatu reduktase spesifik. Pada reaksi yang sama, NADPH + H+ diubah menjadi NADP+ dan ATP terhidrolisis menjadi ADP. FMNH2 sangat diperlukan dalam reaksi luminesens yang dihasilkan dari FMN melalui NAD(P)H-FMN oksidoreduktase.

Selain bakteri Photobacterium phosphoreum, ada beberapa contoh bakteri yang hidup di laut yang dapat memancarkan sinar adalah Vibrio fischeri dan Vibrio harveyi. Berbeda dengan Photobacterium phosphoreum yang hidup dalam tubuh cumi, V. fischeri merupakan suatu bakteri yang hidup bersimbiosis dalam tubuh ikan dari family Monocentridae, sedangkan V. harveyi adalah suatu jenis bakteri yang hidup bebas, yang kadang-kadang terdapat pada permukaan tubuh hewan-hewan laut dan juga ada yang terdapat dalam usus hewan laut tersebut.

Regulasi genetik dari gen-gen bakteri bioluminesens, seperti yang ada pada V. fischeri dan V. harveyi, gen-gennya terorganisasi dalam suatu operon bersama dengan gen-gen yang terlibat dalam reaksi bioluminesens. Pada V. fischeri operon ini terdiri dari gen-gen luxI, luxC, luxD, luxA, luxB, luxE, dan luxG. Sementara itu, pada V. harveyi, lux operon terorganisasi dengan urutan yang sama dengan V. fischeri, tetapi luxI tidak ada dan luxG setelah gen luxH. LuxC, luxD, dan luxE mengkode protein-protein dalam suatu bentuk kompleks dari asam lemak reduktase. Produk gen luxG dan luxH merupakan gen yang bertanggung jawab untuk mensintesis flavin tereduksi.

Sistem regulasi lux pada V. harveyi tampaknya lebih sulit dipahami daripada V. fischeri. Terpisah dari operon luxCDABEGH, V. harveyi memiliki beberapa gen tambahan yang terlibat dalam regulasi bioluminesens. Gen-gen regulasi tersebut adalah luxR, luxO, dan luxU, gen-gen pengkode untuk 2 autoinducer sintetase (luxL, dan luxM untuk mengkode sintetase dari suatu autoinducer yang disebut AI-1, luxS, untuk mengkode sintetase dari autoinducer AI-2), dan gen-gen untuk mengkode sensor-sensor autoinducer luxN (sensor AI-1), dan luxP dan luxQ (sensor AI-2). Produk gen luxR adalah suatu aktivator dari operon luxCDABEGH (protein ini menunjukkan tidak homology dengan luxR dari V. fischeri). Yang bertindak sebagai regulator negatif dari operon ini adalah protein luxO.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Czyz dan koleganya tahun 2000, memberi penjelasan mengenai misteri fungsi biologi dari bakteri luminesen. Tahap permulaan dari studi ini dilakukan mutagenesis acak dari V. harveyi dan isolasi beberapa mutan yang sensitif UV. Ternyata sangat mengejutkan, secara umum mutan-mutan tersebut kehilangan kemampuan untuk memancarkan sinar.

Penelitian yang dilakukan Nealson dan koleganya yang dimuat pada jurnal ilmiah prestisius Microbial Review mengungkapkan bahwa aktivitas bioluminesens merupakan suatu reaksi yang mengeluarkan energi. Pada kenyataannya untuk suatu bakteri memancarkan cahaya bisa menggunakan lebih dari 20% energinya dari keseluruhan energi seluler. Fenomena pemancaran cahaya yang dilakukan bakteri ini amat menarik untuk diteliti karena pemancaran cahaya merupakan suatu proses fisika yang berkaitan erat dengan elektron yang dalam keadaan tereksitasi kembali ke tingkat dasarnya.

Spektrum radiasi yang diamati dalam bioluminesens adalah sangat lebar dan berada pada daerah warna violet menjadi merah, dan biru/biru hijau juga sangat umum. Dasar pendeteksian dan penentuan warna dalam bioluminesens sangat bergantung pada struktur dari lusiferin itu sendiri.

Perbedaan lusiferin akan menghasilkan warna yang berbeda-beda dalam aktivasi sebagai hasil dari struktur kimianya. Warna juga dapat dipengaruhi oleh struktur 3 dimensi dan urutan asam amino dari protein lusiferase. Gambar-gambar struktur 3 dimensi dari bakteri dan lusiferase dapat dilihat atau diperoleh dari Protein Data Bank (http://www.rcsb.org/pdb) dan dianalisis dengan RasMol.

Pemanfaatan bakteri yang memiliki sensitivitas yang tinggi ini dapat dipakai dalam aplikasi bioteknologi. Penggunaan bakteri luminesens dalam mendeteksi bahan-bahan kimia beracun yang dijadikan acuan dalam penentuan kualitas air telah dilakukan dalam 20 tahun terakhir ini.

Dalam penelitian ini, sifat toksisitas dari bahan-bahan kimia beracun yang berbeda ditentukan melalui metode yang relatif sederhana. Metode tersebut didasarkan pada penurunan bioluminesens (cahaya yang terpancar dari organisme) pada penambahan senyawa-senyawa toksik (beracun) tersebut.

Dalam bidang kedokteran bakteri ini dapat digunakan untuk assay lipopolisakarida, dalam menentukan jumlah ikatan albumin, memonitor substansi psikofarmakologi, dan mendiagnosis penyakit gigi. Selain itu, manfaat yang telah diketahui dari bakteri Photobacterium phosphoreum yang hidup dilaut Indonesia ini dapat dijadikan dasar dalam bidang-bidang aplikasi, seperti biosensor dan pembuatan film tipis. Riset lain yang tengah dikembangkan berkaitan dengan aktivitas dan sifat bioluminesens ini adalah dalam bidang riset bioteknologi, riset pengujian lingkungan, aplikasi-aplikasi pada Industri, dan riset dalam bidang kedokteran-farmasi.

Penemuan fungsi biologi pada gen-gen dari organisme luminesens membawa manfaat signifikan bagi kita untuk memahami dengan pasti tahap-tahap awal pada saat evolusi organisme bioluminesens dalam proses ini, yang merupakan salah satu problem yang belum terjawab dalam teori Darwin. Akhirnya, terlepas dari model-model penelitian dalam riset-riset dasar, bakteri-bakteri laut yang dapat menunjukkan aktivitas luminesens memiliki potensi dalam aplikasi-aplikasi bioteknologi, terutama dalam mendeteksi senyawa-senyawa kimia yang bersifat beracun dan bisa membuat mutasi (mutagen) pada lingkungan perairan.


4.1.2 Fungsi bakteri laut :
Proses dekomposisi materi organik . Jika tidak ada bakteri dapat dibayangkan bangkai-bangkai hewan, tumbuhan maupun materiorganik lainnya akan memenuhi perairan laut tersebut dalam waktu singkat.

1. Fungsi bakteri ini akan menguraikan komponen-komponen yang komplek menjadi komponen yang  sederhana, yang mana awalnya komponen ini tidak dapat digunakan oleh organisme di lingkungan, dengan adanya bakteri, maka komponen tersebut dapat dimanfaatkan.

2. Berperanan pada produksi primer sebagai mana diketahui bakteri ada yang autotrof maupun heterotrof. Bakteri autotrof yaitu bakteri yang menggunakan CO2 dan H2O untuk membentuk materiorganik dengan bantuan energi yang berasal dari matahari (photoautotrof) ataupun energi yang berasal dari reaksikimia (Chemoautotrof).

3. Peranan bakteri pada industrialisasi. Yang dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan hasil metabolisme bakteri tersebut yaitu :

3.a Metabolit primer merupakan komponen yang dihasilkan oleh organisme yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Komponen yang mengandung berat jenis yang rendah seperti asam-asam amino, nukleotida, asam-asam organik dan vitamin. Sebagai informasi American Type Culture Collection’s telah mempunyai 1400 komponen organik yang diproduksi oleh mikroba, mereka telah mempunyai hak paten pada tahun 1981. Pada table 1 dapat dilihat produksi dari bakteri yang sudah diproduksi secara industri.

Tabel 1 Produk mikroba yang sudah diproduksi secara industri

Jenis Asam Amino

Ton
Jenis Asam Amino
Ton
DL-Alanin
700
Isoleucine
150
L-Alanin
130
L-Leucine
150
L-Asam aspartik
4000
L-Lysin
70000
L-Asparagine
50
L-Methionin
150
L-Cystine
700
L-ornithine
50
L-Asam glutamat
370000
L-Phenylalanin
3000
L-Glutamin
500
L-Prolin
100
Glysin
6000
L-serin
50
L-histidin
200
L-trithophan
200
L-tyrosin
100
L-valin
150
Lthreonin
160



Penggunaan asam amino ini terutama adalah untuk konsumsi manusia, sebagai bahan makanan tambahan yaitu sebagai flavor.

Vitamin B2 (Riboflavin), B12 (cyanocobalamin) yang diproduksi oleh bakteri air tawar.

Produksi asam amino semakin banyak di sintesa dengan bioteknologi, dengan rekombinasi genetik. Spesies baru yang hyperproduksi secara reguler terbentuk. Sebagai contoh sintesa prolin dari glutamat (Pro A, Pro B dan Pro C) yang disatukan (clone) pada plasmid pLC 7-19. Plasmid ditransformasikan tadi di masukkan ke E Coli hyperproduksi glutamat yang memproduksi 27 g/l dicapai selama 50 jam.

Selain produksi diatas metabolit primer juga memproduksi vitamin, antara lain :
Vitamin B12, produk ini diperoleh melalui kultur propionibacterium shemanii, dimana media inkubasi selama 24 jam pada suhu 30oC pH 6,5 tanpa aerasi. Komposisi media kulturnya adalah sebagai berikut :  Corn steep liquor : 20 g, Glucose : 90 gr, Aquades 1 L.

            Dengan menggunakan bakteri Pseudomonas denitrificans, media yang digunakan gula (melasse berravette) 60 g, ekstrak levure = 1 gr, NZ amine : 1 g (NH4)HPO4 : 2 gr, Mg SO4 = 0.1 gr, MnSO4 : 0.2 Gr, Na2MoO4 : 0,0005 gr. Aquades 1 L. diinkubasi selama 72 jam pada suhu 28oC.

Vitamin B2, bisa diproduksi oleh Ahbya gossypii dan Eromothereum ashbyyii dengan media kulturnya adalah : glucose : 4 g, urea 0,184 gr, K2HPO4: 0,05 g, biotin 1 ug, Zn : 140 ug , Bo, Mn Co, Mo : 20 ug/l

Vitamin D diproduksi oleh Saccharomyces cerevisae dan Aspergillus niger.

Asam organik.
Produksi tahunan di dunia dengan cara bioteknologi adalah:
Asam Acetat                        : 300000 ton
Asam laktat              : 40 000 ton
Asam citrat               : 400 000 ton
Asam glukonat        : 45 000 ton.

3.b Komponen metabolit skunder.

- Komponen yang mempunyai berat jenis rendah
- Tidak dibutuhkan pada pertumbuhan oleh
  organisme tersebut.
-  Komponen ini diproduksi ketika organisme pada
   kondisi phase stationer
- Maksimum dan pada phase pertumbuhan.
-  Memiliki struktur  kimia yang beraneka ragam dan khas.
- Berfungsi melindungi dirinya terhadap lingkungan.
- Komponen yang telah dipropduksi secara komersil adalah : Antibiotika, obat-obatan, enzim, insektisida, herbisida, anti tumor, anti virus dan anti toxin.
-  Pigmen B-carotenoid dihasilkan oleh bakteri blakeslea trispora dengan menggunakan komposisi media yang berbeda juga bisa dihasilkan oleh Rhodotorulla gracilis.

Komponen Antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang mempunyai konsentrasi yang rendah bisa menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme lainnya.
Beberapa jenis antibiotik yang dihasilkan mikroorganisme : genus Bacillus memproduksi antibiotik type peptida, Psudomonas menghasilkan antibiotik Phenazine, derivat pyrol dan derivat indole.

Beberapa produk antibiotik : Penicilin disintesa oleh penicillium chrysogenum, Streptomysin, tetracycline.

4. Fungsi selanjutnya adalah Produksi enzim

            Walaupun semua makhluk hidup dapat menghasilkan enzim, tetapi enzim yang berasal dari mikroba merupakan enzim yang paling banyak dikomersilkan. Enzim berfungsi mempercepat reaksi kimia.

Enzim yang berasal dari tumbuh-tumbuhan mempunyai kekurangan :
- Tergantung kepada variasi musim
- Mempunyai konsentrasi yang rendah.

Enzim yang berasal dari hewan mempunyai kekurangan :
- Persediaan terbatas.
- Persaingan dengan pemanfaatan lainnya.





Tabel 2 . Enzim dan organisme produktornya.
                       
Nama Enzim
Organisme produktor
Nama enzim
Organisme produktor
Amylase
Bacillus subtilis
B-gluconase
Bacillus subtilis
Iso Amylase
Bacillus cereus
Glucoamylase
Aspergillus Oryzae
Anthocyanase
Aspergilus niger
Glucosa oxydase
P Vitale
Catalase
Micrococcus lysodeikitus
Inulase
Rhyzopus Phoenicis
Cellulase
Aspergillus wentii
Lipase
Mucor Japanicus
Chitinase
Bacillus chitinosporus
Nisinase
Bacillus cereus
Dextranase
P. funiculosum
Pectinase
Tricoderma reesi
Fumarase
Brevibacerium
Protease neutre
Bacillus subtilis
B-galactolase
Aspergilus nidulans
Xylanase
A. Ochraceus



5. Peranan yang kelima dari mikroba adalah memproduksi energi.

            Produksi methane banyak digunakan sebagai pelengkap pada negara tertentu seperti pada negara India dan China. Dari 15 Kg materi organik  dapat menghasilkan 3m3 biogas dengan konsentrasi 55%.

            Ethanol sebanyak 80% yang diproduksi berasal dari proses fermentasi dan baru sisanya diproduksi dari sintesa ethilen oleh industri. Ethanol semakin banyak berfungsi sebagai sumber energi untuk menggantikan sumber energi dari minyak. Seperti di Brazil yang telah memproduksi 10 juta ton ethanol dari proses fermentasi sebagai sumber karbonnya adalah sacharosa. Ethanol bisa digunakan secara langsung dengan problem ekologi yang bisa di perbaharui dan tersedia dalam jumlah yang banyak seperti gula, tepung (kanji), cellulose dari sampah industri dan urbains.

6. Peranan yang keenam adalah bakteri tersebut dapat melakukan penangan air limbah. Karena Bakteri dapat digunakan untuk meguraikan senyawa-senyawa organik dalam air limbah menjadi senyawa sederhana.


7. Peranan yang ketujuh yaitu dapat digunakan dalam Penanganan polusi minyak bumi. Bakteri dapat menggunakan komponen minyak sebagai sumber karbon. Jadi komponen minyak yang berbahaya bagi lingkungan dapat digunakan oleh bakteri sebagai bahan makanan. dan akhirnya dapat menghasilkan CO2 yang bisa di manfaatkan oleh bakteri organisme autotrof.


4.1.3 Aspek Bioenergetik Halophisme.

Adaptasi osmotiK Mikroorganisme mempunyai 2 strategi.

Mikroorganisme bisa hidup dan ditemukan pada range salinitas nol air tawar sampai kepada salinitas tinggi di laut mati (mencapai 40 o/oo). Halophilik dan halotoleran mikroorgansime di temukan pada 3 domain hidup yaitu  Arhae, bacteria dan eukaryo, Mikroorganisme ini bisa hidup pada lingkungan hypersalin seperti pada laut mati, makanan salin sering dijumpai.

            Jika membran biologi permeable pada air, sel tidak bisa menjaga water activity dari cytoplasma lebih tinggi dari kandungan garam lingkungan, sebab bisa menyebabkan kehilangan kandungan air dari tubuhnya ke lingkungan, Jadi banyak mikroorganisme yang hidup dilingkungan pada konsentrasi yang tinggi, diperkirakan bahwa cytoplasma sekurang-kurangnya isoosmotik  dengan ekstra seluler lingkungan
Ada dua perbedaan dasar dalam dunia mikroba yang menyebabkan mikroorganisme  dapat hidup pada tekanan osmotik yang tinggi  :

1. Sel mungkin mempunyai komponen intraseluler yang mempunyai garam yang tinggi, dimana  osmotiknya lebih kurang sama dengan konsentrasi eksternal (The salt-in Strategy), seluruh system intra seluler  beradaptasi dengan konsentrasi garam yang tinggi.
2. Sel mungkin  mempunyai komponen konsentrasi garam yang rendah  dalam cytoplasma mereka, yang disebut dengan THE COMPATIBLE–SOLUTE STRATEGY. Tekanan osmotik media diseimbangkan oleh Larutan organik kompatible. Tidak ada spesial adaptasi dari sistem intraseluler yang dibutuhkan.

The salt-in strategy  digunakan oleh phylogenetik unrelated groups: Aerobik ekstrmely  halophylic archae dari ordo Halobacteriales dan anaerobic  halophibic bacteria dari ordo Haloanaerobiales. Tidak ada larutan osmotik ditemukan  pada group ini, dari laporan  penelitian terbaru  konsentrasi ion intraseluler sama dengan media di sekelilingnya. Komposisi ion cytoplasma  umumnya berbeda dari media, ini menyangkut kasus yang mengandung NaCl sebagai garam utama. Intraseluler lingkungan mempunyai ciri-ciri  konsentrasi KCl.

Sel yang menggunakan  strategi ini untuk  osmotik adaptasi, semua enzimnya dan struktur komponen sel harus beradaptasi dengan tingginya konsentrasi garam menjamin memastikan fungsi yang  pantas dari mesin enzymatic intraseluler. Enzim toleransi pada garam adalah aturan. Keduanya pada aerobik archae,  dan anaerobic  bakteri pada ordo  Haloanaerobiales.

Seperti halophilic protein  menunjukkan keunikan adaptasi molekular. Ini termasuk adanya jumlah yang besar dari asam amino dan sejumlah kecil hydrophobic asam amino. Rendahnya konsentrasiasam amino hydrophobic serine dan threonin. Aspek dari evolusioner mungkin memegang peranan penting beradaptasi pada salinitas tinggi dari protein tersebut. Sebahagian protein halophilic archa tergantung  dengan adanya relativitas  konsentrasi tinggi dari garam untuk menjaga bentuk konformasi mereka dan aktifitasnya. Mikroorganisme ini tergantung pada secara terus menerus  konsentrasi salinitas tinggi dari lingkungan mereka.

            Halophilik lainnya dan halotoleran mikroorganisme keseimbangan osmotiknya membutuh molekul organik yang kecil  yang dibuat oleh sel atau yang diambil dari media yang tersedia. The compatible solute strategi  tidak mempengaruhi kebutuhan  spesial protein. Kompatible solutes didefinisikan sebagai konsentrasi tinggi yang membuat enzim berfungsi efisien.  Enzim convetinal berfungsi baik dengan adanya beberapa molar konsentrasi dari larutan ini. Sejumlah larutan ini dijumpai banyak sekali. Compatible ini ditemukan pada pada halophilik dan halotoleran mikroorganisme. Beberapa solute compatible ini antara lain : polyols, glycerol, arabitol, gula,  dan derivatnya (sukrosa, trehalose, glucosylglycerol, asam amino dan derivatnya.
            Pengetahuan tentang osmotik, pada larutan organik, sedang berkembang saat ini. Larutan pada konsentrasi yang tinggi di air juga tidak bermuatan listrik pada pH normal. Kelautan zat  lebih efisien  dibandingkan  dibawah perlindungan  enzim, pada konsentrasi garam yang tinggi. Dasar interaksi larutan kompartible dengan protein masih sedikit yang dapat di mengerti, sehingga sangat dimungkinkan untuk memproduksi struktur molekul  untuk mempertahankan  kestabilan osmotik. Sebagai contoh mikroba  non halophilik Halomonas elongata yang kaya asam amino, kemungkinan adaptasi pada garam, intraseluluer menggunakan larutan kompatible selama adapatasi osmotik.

Fisiologi bakteri Halomonas halodenitrifians (lebih dikenal Micrococcus halodenitrifians) oleh Baxter dan Gibbons memiliki adapatasi seluler, mekanismenya memungkinkan ketergantungan energi garam intraseluler  yang dapat diseimbangkan dengan lingkungan. Halopilik memiliki proses energi yang spesifik, tidak perhitungan sistematik dari sejumlah energi yang dibutuhkan oleh bakteri dan mikroorganisme lain untuk mencapai konsentrasi garam pada lingkungan.



4.1.4 Latihan

1. Apa yang disebut dengan mikrobiologi Laut.
2. Sebutkanlah fungsi mikroba dalam industri.
3. Bagaimana mikroorganisme bisa hidup pada salinitas tinggi.

Petunjuk latihan.
1.     Untuk mengerjakan latihan ini anda dapat membaca dan mempelajari kembali kegiatan belajar 1 point 4.1.1
2.     Untuk mengerjakan latihan ini anda dapat membaca dan mempelajari kembali kegiatan belajar 1 point 4.1.2
3.     Untuk mengerjakan latihan ini anda dapt membaca dan mempelajari kembali kegiatan belajar 1 point 4.1.3



4.1.5 Rangkuman.
1.     Definisi mirobiologi laut adalah suatu ilmu yang mempelajari jasad kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang yang ada dilaut. Yakni bisa berupa bakteri, fungi, ragi, protozoa, amoeba, alga, diatom, plankton, copepoda. Dll.

2.     Fungsi mikroba di lingkungan laut dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu menguraikan komponen yang komplek menjadi komponen yang sederhana, berperanan dalam proses produser primer, berperanan dalam industrialisasi yaitu metabolit primer dan metabolit skunder, memperoduksi enzim, penanganan limbah dan penanganan polusi minyak bumi.

3.     Mikroorganisme bisa hidup pada salinitas tinggi karena sel mempunyai komponen intraseluler yang mempunyai garam yang tinggi (the salt in –strategy) teori kedua sel mempunyai komponen organic compatible solutes disebut dengan teori The compatible – solute strategy.

4.1.6 Tes Formatif.

Pilihlahlah jawaban yang benar dari soal-soal dibawah ini.
1.Ilmu yang mempelajari jasad kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang yang ada di laut merupakan adalah. A. Mikrobiologi laut. B. Organisme Hidup. C. Organisme mati, D Makroorganisme laut.

2.Komponen yang dihasilkan oleh organisme yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi merupakan . A.Metabolit skunder. B Metabolit Primer. C. Produser Primer. D. Komponen tertier.

3.Komponen yang diproduksi pada phase stationer dan tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi disebut. A. Metabolit skunder. B Metablit primer. C Produser primer. D Komponen tertier.

4.  Asam amino merupakan salah satu produksi dari mikroba dari produk. A Metabolit Skunder. B. Metabolit Primer. C Produser Primer. D. Komponen Tertier.

5. Antibiotik merupakan salah satu produksi dari mikroba dari produk. A Metabolit Skunder. B. Metabolit Primer. C Produser Primer. D. Komponen Tertier.

6. Enzim yang dihasilkan mikroba merupakan enzim yang sudah banyak dikomersilkan. Sedangkan enzim yang berasal dari tumbuhan mempunyai kelemahan : A. Persediaan terbatas. B. Konsentrasi yang tinggi. C Bersaing dengan pemanfaatan lain. D. Tergantung kepada musim.

7.Salah satu fungsi mikroba adalah dapat  menguraikan produk minyak bumi. Produk akhir dari penguraian tersebut adalah. A. O2. B O3. C. CO. D. CO2.

8. Produk antibiotik merupakan salah satu produk yang dihasilkan olek mikroba. Salah satunya adalah penicillin, antibiotik ini diproduksi oleh . A Bacillus.   B Penicilin Chrysogenum. C. Pseudomonas. D, Vibrio sp.

9.Mikroorganisme bisa hidup pada salinitas tinggi karena komponen intraseluler tersebut mempunyai garam yang tinggi sehingga osmotiknya sama dengan osmotik air laut, disebut dengan : A The Compatible-Solute stategy. B The salt in-startegy. C. Fermentative.  D. Komponen organik.

10. Mikroorganisme bisa hidup pada salinitas tinggi karena sel tersebut mempunyai komponen organic untuk menyeimbangkan osmotiknya dengan air laut disebut :  A The Compatible-Solute stategy. B The salt in-startegy. C. Fermentative.  D. Komponen organic.

4.1.7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.

            Cocokkan jawaban anda dengan kunci Jawaban Test formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda dalam materi kegiatan Belajar 1.

Rumus :
Tingkat Penguasaan =  Jumlah Jawaban yang benar x 100%
                                                10
Arti tingkat penguasaan yang anda capai :
80-100%       = Baik sekali
70-80 %        = Baik
60 – 70%      = Sedang
> 60                = Kurang

Jika anda mencapai tingkat penguasaan diatas 80%, anda dapt meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Tetapi kalau dibawah 80%, sebaiknya lakukan ulangan kegiatan Belajar 1 terutama yang belum anda kuasai.

5. Kunci jawaban tes formatif
1.     A. Mikrobiologi Laut.
2.     B. Metabolit Primer.
3.     A. Metabolit skunder.
4.     B. Metabolit primer
5.     A. Metabolit Skunder
6.     D. Tergantung kepada musim
7.     D = CO2
8.     B. Penicilin Chrysogenum
9.     B. The salt in strategi
10.                        A. The compatible-Solute Strategy.



DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1977. Introduction to soil microbiology. John Willey & Sons, New York.

Baumann, P. & Baumann, L. 1981. The marine gram negatif Eubacteria: Genera

Bertrand,J.C;Bazin,H.& Azonlay, E. 1976. Isoloment et etude  d’une bacterie marine se development sur hydrocarbunes. H. etude de la lyse et de la viabilite. Ann. Microbiol.(Ins. Pasteur) 127B;393-409.

Photobacterium, Beneckea, Alteromonas, Pseudomonas and Alcaligenes 1302-1331. In M.P. Star

Campbell, R. 1977.  Microbiol ecology. Blackwell Scientifique Publ. Oxford.
Efendi.I. 1999a. Ekologi Mikroba Unilak Press. 143 hal.

Effendi.I. 1999b. Pengantar Mikrobiologi Laut. Unilak Press 118. hal.

Gourgaud M.L. 1992. Biotechnologies Principes et methodes. Doin editeurs. Paris. 668.

Ichikawa, K. 1973. Water pollution and waste water treatment in Japan. Proc.

Unesco/Icro Unep Regional Course microbiology. Bandung.       

Pelmon J. 1993. Bacteries et environment, Adapatations  Physiologiques. Presses Universitaires Grenobles. France. 899 hal.

0 komentar "Mikroorganisme Laut :: Peranan Mikroorganisme di Lingkungan Laut", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar

Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat