BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip keja irgasi tetes adalah
pemberian air ke tanah untuk pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman, dengan cara
meneteskan air melalui emiter,
yang mengarah langsung pada zona perakaran. Irigasi tetes merupakan
pengembangan dari irigasi yang sudah ada sebelumnya, misalnya saja irigasi
permukaan, irigasi pancar dll. Irigasi ini sangatlah efektif untuk efisiensi
penggunaan air, karena sasaran irigasi tetes ini langsung ke akar sehingga
kecil kemungkinan air mengalami penguapan.
Di
Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak
bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau
dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis
sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah
caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang
menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial
dan prospek sangat baik.
Dalam
kegiatan budidaya pertanian, berbagai macam faktor memiliki peran serta dalam
keberhasilan usaha budidaya tersebut. Salah satu faktor yang tidak dapat
dilupakan dan ditinggalkan yaitu permasalahan tentang kebutuhan air yang
diperlukan oleh tanaman. Air merupakan unsur kedua yang memiliki peranan
penting dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian di lahan setelah tanah.
Peran tersebut sangat fundamental dan harus selalu terpenuhi. Jika kebutuhan air
yang seharusnya telah diberikan pada tanaman belum juga terpenuhi, maka hal
tersebut akan menjadi salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan usaha
budidaya tersebut.
Beberapa
literatur (Roscher, 1990) mengatakan hanya sekitar 10% dari air yang diberikan
yang diserap oleh akar tanaman, selebihnya (90%) terbuang melalui perkolasi,
evaporasi dan lain-lain. Selain itu bila penempatan mesin pompa air terlalu
berdekatan, pada beberapa hari kemudian air menjadi sulit untuk dihisap,
sehingga penggunaan mesin pompa menjadi mubazir.
Untuk
mengatasi hal tersebut di atas maka dipilih alternatif untuk menggunakan sistem
irigasi hemat air yaitu sistem irigasi tetes dengan pengadaan bahan baku
jaringan seluruhnya berasal dari daerah tersebut. Sistem irigasi tetes dapat
mencapai efisiensi 95% dalam penyerapan air oleh tanaman. Jaringan irigasinya
menggunakan pipa-pipa PVC/Paralon yang kemudian air dikeluarkan dari pipa
dengan menggunakan penetes ulir plastik sebagai regulator penetes, yang
diteteskan di dekat tanaman. Sumber air berasal dari sumur bor pantek yang
dihisap dengan pompa air listrik.
Perhitungan jumlah keperluan air bagi
kelangsungan hidup tanaman atau sering diistilahkan dengan modulus irigasi,
adalah merupakan suatu tahapan perhitungan yang mengawali perancangan suatu
sistem irigasi baik yang bersifat terbuka dengan mengandalkan hukum gravitasi
maupun yang bersifat tertutup dengan perpipaan yang dilengkapi dengan teknik
pemompaan untuk dapat memberikan tekanan yang cukup bagi pangaliran airnya.
Modulus irigasi suatu tanaman, didalam perhitungannya belum memasukkan factor efisiensi karena kehilangan air akibat sistem irigasi yang digunakan seperti evaporasi, perkolasi dll.
Modulus irigasi suatu tanaman, didalam perhitungannya belum memasukkan factor efisiensi karena kehilangan air akibat sistem irigasi yang digunakan seperti evaporasi, perkolasi dll.
Modulus irigasi dari suatu tanaman akan
berbeda dengan tanaman lainnya, juga tidak kalah pentingnya adalah keadaan
curah hujan dan evapotranspirasi di lokasi kegiatan budidaya berlangsung.
Analisis modulus irigasi dilakukan setelah pola tanam dan kalender tanam dari
tanaman yang akan dibudidayakan ditentukan. Pola tanam dan kalender tanam yang
baik akan mengoptimalkan modulus irigasi dari setiap jenis tanaman, dengan
demikian akan mengoptimalkan pula efisiensi penggunaan air irigasi.
Suatu luasan lahan yang ditanami berbagai
jenis tanaman akan memerlukan penanganan managemen air irigasi yang cukup
kompleks dan harus terpadu untuk dapat terpenuhinya kebutuhan air bagi
pertumbuhan berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu selain
dari analisis perhitungan modulus irigasi perlu pula dilakukan analisis
perhitungan interval irigasi yang tergantung dari jenis tanah lahan yang
dibudidayakan terutama laju deplesi kandungan air tanahnya.
Perancangan sistem irigasi tetes meliputi
perancangan layout jaringan perpipaan beserta pompa air dsb., perancangan
kalender tanam dan pola tanam, perhitungan kebutuhan air irigasi pada tingkat
tanaman (modulus irigasi), perhitungan maximum interval irigasi, perhitungan
maximum lama penyiraman, perhitungan kebutuhan debit dan daya pompa untuk
operasional sistem tersebut. Perhitungan Reference Crop Evapotranspiration
(ETo) menggunakan metoda Blaney-Criddle. Untuk mengetahui jarak optimal
penempatan pompa air untuk tujuan irigasi sistem tetes pada sumur pompa yang
satu dengan yang lainnya pada luasan lahan yang sama, digunakan pendekatan
persamaan aliran air ke dalam sumur dengan kondisi aliran air yang tetap pada
aquifer phreatic dan semi-tertekan.
Contoh irigasi tetes
Berbagai
macam cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air yang diperlukan oleh
tanaman tersebut terdiri dari berbagai macam cara, dan prinsip yang berbeda
beda. Permasalan tentang air menjadi sangat penting saat musim kemarau.
Kegiatan pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman atau menyiram tanaman di musim
kemarau bagi sebagian petani tradisional menjadi rutinitas yang cukup
merepotkan. Mulai dari mengambil air dari sumbernya, mengangkutnya ke kebun,
hingga menyiramkannya satu per satu pada setiap tanaman. hal tersebut yang
selalu dianggap sebagai aktivitas yang melelahkan.
Namun bagi petani yang paham teknologi
kegiatan menyiram tanaman menjadi hal yang mudah dan praktis, tinggal putar
kran maka semua tanaman pun akan tersiram secara merata.
Salah satu cara mempermudah rutinitas penyiraman tersebut adalah dengan penerapan sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes adalah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa dan emitor. Irigasi tetes telah digunakan pada zaman kuno dengan mengisi pot tanah liat yang terkubur dengan air, yang pelan-pelan merambat ke rumput. Jaringan irigasinya menggunakan pipa-pipa PVC/Paralon yang kemudian air dikeluarkan dari pipa dengan menggunakan penetes ulir plastik sebagai regulator penetes, yang diteteskan di dekat tanaman. Sumber air berasal dari sumur bor pantek yang dihisap dengan pompa air listrik.
Salah satu cara mempermudah rutinitas penyiraman tersebut adalah dengan penerapan sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes adalah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa dan emitor. Irigasi tetes telah digunakan pada zaman kuno dengan mengisi pot tanah liat yang terkubur dengan air, yang pelan-pelan merambat ke rumput. Jaringan irigasinya menggunakan pipa-pipa PVC/Paralon yang kemudian air dikeluarkan dari pipa dengan menggunakan penetes ulir plastik sebagai regulator penetes, yang diteteskan di dekat tanaman. Sumber air berasal dari sumur bor pantek yang dihisap dengan pompa air listrik.
Irigasi tetes pertamakali digunakan di kawasan
gurun dimana air sangat langka dan berharga. Pada pertanian skala besar,
irigasi tetes cocok untuk sistem pertanian berjajar, untuk buah-buahan, juga
sistem irigasi di dalam greenhouse. Irigasi tetes juga menjadi sarana penting
di negara-negara maju di seluruh dunia dalam mensiasati pasokan air yang
terbatas. Drip irrigation dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran,
tanaman keras, greenhouse, bedengan, patio dan tumbuhan di dak. Selain oleh
petani tradisional, sistem mikro irigasi ini cocok untuk kebun perkotaan,
sekolah, rumahan, operator greenhouse. Pada dasarnya siapapun yang bercocok
tanam yang butuh pengairan yang tepat dan efisien, bisa menggunakan sistem ini.
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit.
Komponennya utama adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang
berdiameter lebih besar digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil
digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke
setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke
setiap tanaman dengan jarak sesuai jarak antar tanaman. Untuk mengalirkan air
dari sumbernya diperlukan pompa air, juga dilengkapi kran dan saringan air ke
pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk sambungan. Untuk instalasi sistem
perpipaan memang membutuhkan biaya. Tapi banyak alternatif yang layak dicoba
selain menggunakan pipa-pipa dan pompa. Contoh irigasi tetes yang paling
sederhana adalah dengan menggunakan bambu yang dilubangi antar ruasnya atau
memanfaatkan botol plastik bekas kemasan air mineral yang diletakkan terbalik.
Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot perlu jumlah air yang banyak. Diperlukan sebanyak 400 galon air per jam, sementara tanah tidak diberi waktu untuk menyerap air. Hasilnya air lolos di permukaan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi tetes air bisa dihemat hingga 50%. Drip irrigation tidak membuang-buang air, tidak menyebabkan erosi dan sedikit air yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan secara kapiler ke seluruh area perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50% – 65%. Dengan penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro ini secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot perlu jumlah air yang banyak. Diperlukan sebanyak 400 galon air per jam, sementara tanah tidak diberi waktu untuk menyerap air. Hasilnya air lolos di permukaan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi tetes air bisa dihemat hingga 50%. Drip irrigation tidak membuang-buang air, tidak menyebabkan erosi dan sedikit air yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan secara kapiler ke seluruh area perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50% – 65%. Dengan penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro ini secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan
sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar.
Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman bunga, sayuran,
pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sytemnya yang terus menerus
mengalirkan air tetes demi tetes. dengan menggunakan sytem ini kita akan banyak
sekali menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan
setiap waktu yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat
tanaman rusak.
Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan baterai yang dioperasikan timer dan menghemat waktu Anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama diperlukan.
Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan baterai yang dioperasikan timer dan menghemat waktu Anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama diperlukan.
Sistem irigasi tetes bekerja dengan tekanan
rendah, volume rendah penyemprot yang ideal untuk menjaga tanaman benih basah.
Penggunaannya sangat mudah. dengan dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan
irigasi tetes yang dioperasikan dengan timer sehingga menghemat waktu anda yang
berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timer dapat diatur
untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama
diperlukan.
Manfaat dengan melakukan irigasi tetes ini, adalah :
Manfaat dengan melakukan irigasi tetes ini, adalah :
1.
menyediakan
air selama musim kemarau;
2.
membantu
penyimpanan air dan menghemat persediaan air selama seminggu;
3.
menyalurkan
air ke tempat yang kami inginkan; dan yang terpenting
4.
mengusahakan
tanah tempat media tumbuh tanaman selalu basah terairi tetesan air dan cukup
untuk mengairi tanaman buah atau tanaman lain di halaman belakang rumah kami
yang ada di dalam pot.
Dengan
meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain, sedangkan
potensi air terus menurun, menuntut suatu usaha untuk pemanfaatan air di bidang
pertanian secara hemat dan efisien. Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang
dapat menekan atau meniadakan kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, dan
aliran permukaan, tanpa menurunkan produktivitas lahan (Murty, 2002).
Sistem irigasi adalah suatu sistem pengairan
tanaman atau suatu sistem yang diciptakan untuk menyuplai atau memberikan air
bagi kebutuhan tanaman yang dapat dilakukan dengan lima cara diantaranya; (1)
dengan penggenangan (flooding); (2) dengan menggunakan alur, besar atau
kecil; (3) dengan menggunakan air di bawah permukaan tanah melalui sub irigasi,
sehingga
Menyebabkan permukaan air tanah naik; (4)
dengan penyiraman (sprinkling); atau dengan sistem cucuran (trickle)
(Hansen dkk, 1986). Sistem irigasi merupakan suatu sistem pengairan tepat guna
yang memiliki dua fungsi, yaitu fungsi umum dan fungsi spesifik. Secara garis
besar, fungsi umum dari suatu sistem irigasi adalah untuk memenuhi kebutuhan
air tanaman, sedangkan fungsi spesifik dari sistem irigasi diantaranya;
mengambil air dari sumber (diverting), membawa/mengalirkan air dari
sumber ke lahan pertanian (conveying), mendistribusikan air kepada
tanaman (distributing) dan mengatur dan mengukur aliran air (regulating
and measuring).
1.2
Tujuan
Agar
mahasiswa mengetahui manfaat dan cara menggunakan irigasi tetes bagi tanaman
yang dapat bermanfaat untuk menjaga kelembaban tanah dan mampu mempertahankan
pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Irigasi Tetes
Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk
memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emitter).
Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air
akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena adanya gaya
kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergntung jenis tanah, kelembaban,
permeabilitas tanah, dan jenis tanaman (Keller dan Bliesner, 1990).
Pemberian
air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi yang dapat
memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus
menerus) disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi
sekitar 1,0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan
tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah.
Sehingga
irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Sistem
irigasi tetes didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per
hari) dan tingkat kelembaban tanaman dapat diatur.
Irigasi
tetes mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
a.
Meningkatkan
nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada
irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lain.
b.
Meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan hasil
Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah
dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman
c.
Meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pemberian.
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode
ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan
menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya
di sekitar daerah perakaran
d.
Menekan
resiko penumpukan garam.
Pemberian air secara terus-menerus akan
melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.
e.
Menekan
pertumbuhan gulma.
f.
Pemberian
air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan
g.
Menghemat
tenaga kerja.
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah
dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan lebih
sedikit (James, 1982).
2.1.1 Komponen Irigasi Tetes
A. Jaringan pipa pada irigasi tetes.
Pipa
yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa lateral, pipa sekunder dan
pipa utama komponen penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes
dapat sangat bervariasi tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah,
bentuk dan keadaan topografi. Irigasi tetes tersusun atas dua bagian penting
yaitu pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang
biasanya terbuat dari plastik yang berdiameter 12 mm (1/2 inci) – 25 mm (1
inci) (Hansen dkk, 1986).
Pipa utama (main line, head unit)
terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter utama, pengukur tekanan, pengukuran
debit dan katup pengontrol. Pipa utama umumnya terbuat dari pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized
steelatau besi cord yang berdiameter antara 7,5 – 25 cm. Pipa utama dapat
dipasang di bawah permukaan tanah (Prastowo, 2003). Pipa pembagi (sub-main,
manifold m), katup solenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup
pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (m) dilengkapi dengan filter kedua yang
lebih halus (80-100highdensity polyethylene) dan diameter antara 50 – 75
mm. Penyambungan pipa pembagi dengan pipa utama (Prastowo, 2003).
Pipa lateral umumnya terbuat dari pipa PVC
fleksibel atau pipa politelinedengan diameter 12 mm – 32 mm. Emiter
dimasukkan ke dalam pipa lateral pada
jarak
yang ditentukan yang dipilih sesuai dengan tanaman dan kondisi tanah. Pipa
lubang ganda, pipa porous dan pipa dengan perforasi yang kecil digunakan pada
beberapa instalasi untuk menggunakan keduanya sebagai pipa pembawa dan sebuah emitter
system (Hansen dkk, 1986). Menurut Keller dan Bliesner (1990) dalam
sistem irigasi tetes tersusun atas pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa
dengan banyak percabangan yang biasanya terbuat dari plastik yang diameter 12
mm (1/2 inci) – 25 mm (1 inci).
B. Emiter
Emiter
merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter mengeluarkan air
dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Emiter
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari emiter air keluar menyebar
secara menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah
gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang dibasahi emiter tergantung pada
jenis tanah, kelembaban tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus menghasilkan
aliran yang relatif kecil menghasilkan debit yang mendekati konstan. Penampang
aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi tersumbatnya emiter (Hansen dkk,
1986).
Menurut
Keller dan Bliesner (1990) emiter merupakan alat pembuangan air, emiter
dipasang di dekat tanaman dan tanah. Semakin dekat ke tanah semakin efisien air
yang diterima tanah dan tanaman karena semakin besar daerah yang terbasahi
semakin tinggi kelembaban tanah. Semakin dekat jarak emiter maka semakin banyak
daerah yang terbasahi.
Berdasarkan pemasangan di pipa lateral,
penetes dapat menjadi (a) on-line emitter, dipasang pada lubang
yang dibuat di pipa lateral secara langsung ataudisambung dengan pipa kecil;
(b) in-line emitter, dipasang pada pipa lateraldengan cara memotong
pipa lateral. Penetes juga dapat dibedakan berdasarkanjarak spasi atau
debitnya, yaitu (a) point source emitter, dipasang dengan
spasiyang renggang dan mempunyai debit yang relatif besar; (b) line
source emitter,dipasang dengan spasi yang lebih rapat dan mempunyai debit
yang kecil. Pipa
porous dan pipa
berlubang juga dimasukkan pada kategori ini (Prastowo, 2003).
C. Tabung marihot
Tabung Marihot merupakan tabung untuk
mengalirkan air dengan headsesuai dengan rancangan (20 cm – 250
cm). Prinsip kerja tabung marihot adalahpengaliran air dengan tekanan atmosfir
atau dengan kata lain low pressure,sehingga air yang keluar pada
setiap emiter akan seragam (Tusi, 2006).
Menurut Tusi (2006) tabung marihot digunakan
sebagai wadah atau tangki air irigasi (dan larutan nutrisi) yang dapat
mengalirkan aliran debit tetap, dan debit akan berubah pada elevasi yang
berbeda (pada headyang berbeda). Bagian dari tangki dilengkapi
dengan selang-selang kecil untuk saluran pemasukan udara dan saluran pengairan.
Cara kerja tabung marihot yaitu udara luar
yang mempunyai tekanan 1 atm masuk ke dalam tabung marihot melalui lubang masuk
udara, karena berat udara yang lebih ringan dari larutan nutrisi (air irigasi)
maka udara luar yang masuk akan naik ke bagian atas tabung marihot. Udara yang
berada di bagian atas tabung akan menekan air irigasi (larutan nutrisi) yang
ada dalam tabung marihot dengan tekanan tetap sebesar 1 atm sehingga larutan
nutrisi akan mengalir keluar melalui lubang pengaliran dengan kecepatan yang
tetap. Adanya tekanan udara dan beda headyang tetap ini akan
menyebabkan kecepatan aliran nutrisi tetap.
D. Tekanan
Menurut
Erizal (2003) keseragaman pemberian air ditentukan berdasarkan variasi debit
yang dihasilkan emiter. Karena debit merupakan fungsi dari tekanan operasi,
maka variasi tekanan operasi merupakan faktor keseragaman aliran. Oleh karena
tekanan berpengaruh pada debit emiter maka semakin besar tinggi air tangki
penampungan akan semakin tinggi pula tekanan. Sehingga debit akan semakin
besar.
E. Debit
Debit
adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada irigasi tetes
debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit rata-rata dari
emiter tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes bergantung
dari jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum digunakan 4
ltr/jam, namun ada beberapa pengelolaan pertanian menggunakan debit 2, 6, 8
ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan waktu operasi (Keller dan
Bliesner, 1990). Debit air keluaran emiter rata-rata adalah volume dari
keseluruhan air yang tertampung dari semua emiter per satuan waktu dan jumlah
emiter yang ada.
F. Keseragaman Irigasi
Menurut
Sapei (2003), keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor penentu
efisiensi irigasi yang dihitung dengan persamaan koefisiensi
G. Tingkat Pembasahan
Parameter yang digunakan untuk menyatakan
tingkat pembasahan tanah adalah persentase terbasahkan (Pw, wetted
percentage), yaitu merupakan nisbah antara luas areal yang terbasahkan
(pada kedalaman 15-30 cm dari permukaan tanah). Persentase terbasahkan
dipengaruhi oleh debit dan volume pemberian air dari setiap alat aplikasi,
spasi alat aplikasi dan jenis tanah.
H. Efisiensi Penyebaran Irigasi Tetes
Dalam
pemberian air irigasi adalah distribusi air irigasi normal yag merata pada
daerah perakaran. Pada hampir seluruh keadaan, makin merata air yang
didistribusikan makin baik reaksi tanaman. Penyebaran air yang tidak sama
mengandung banyak karakteristik yang tidak diinginkan. Daerah yang kering
terlihat perbedaan yang diberi air irigasi secara tidak merata kecuali
kelebihan air yang tidak digunakan, yang sebaliknya berakibat pada pemborosan
air.
Apabila
ada kecenderungan untuk akumulasi garam, daerah tersebut yang menerima air
lebih sedikit dari kedalaman air yang diinginkan akan menunjukkan akumulasi
garam yang paling besar.
2.2 Sawi pakcoy (Brassica rapa)
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya
sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi
mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip
satu sama lain.
Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau(Brassica rapa) kelompok parachinensis, yang disebut juga
sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapakelompok pekinensis,
disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau
diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang
disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim).Kailan (Brassica
oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun
lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi
bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis
sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.
2.2.1
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub
Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
2.2.2
Kebutuhan Air Tanaman
A. Kebutuhan air tanaman teoritis
Kebutuhan
air tanaman adalah jumlah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
evapotranspirasi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Doorenbos and
Pruitt, 1984).
B. Kebutuhan air tanaman riil
Kebutuhan
air tanaman riil adalah besarnya pemakaian air untuk metabolisme tanaman yang
ditentukan dengan mengukur volume pemakaian air oleh tanaman. Permatasari
(2001) menyimpulkan bahwa kebutuhan air tanaman riil lebih kecil dari kebutuhan
air tanaman teoritis.
Jika
air bebas diberikan kesempatan merambah ke dalam suatu kolom tanah yang kering
dan posisi mendatar dan yang mempunyai keragaman struktur berat isi, tingkat
kekeringan, maka akan menunjukkan hubungan yang erat antar jarak perambatan,
kecepatan, dan waktu yang diperlukan untuk mencapai jarak tersebut (Kertonegoro
dkk, 1998).
C. Tingkat Produktivitas Tanaman
Tingkat
produktivitas tanaman dihitung berdasarkan berat tanaman keseluruhan (akar,
batang, daun) secara langsung di lapangan, yaitu dengan menimbang tanaman
setelah di panen. Pengukuran berat masing-masing tanaman pada setiap polibag
bertujuan untuk mengetahui berat tiap tanaman apakah memiliki berat yang merata
atau tidak.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan waktu
Adapun pelaksanaan praktikum
pengelolaan air ini dilaksanakan di samping laboratorium mekanisasi pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Hari/tanggal :
dilaksanakan dari bulan Mei – Juni 2012.
3.2 Alat dan Bahan
v Alat
§ Kayu
§ Polibag
§ Ember
§ Selang infus
§ Selang irigasi
§ Gergaji besi
§ Penggaris
§ Alat tulis
v Bahan
§ Air
§ Pupuk
§ Tanah
§ Benih caisim yang sudah disemai
§ Pupuk kandang
§
3.3 Cara Kerja
1.
Sediakan
alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum.
2.
Isilah
polibag yang berukuran 3 kg dengan campuran tanah dan pupuk kandang.
3.
Buatlah
jaringan irigasi sesuai dengan struktur yang telah diberikan.
4.
Sambungkanlah
selang infus yang telah disediakan dengan pipa jaringan irigasi.
5.
Letakkan
polibag tepat dibawah selang infus dan ikatkan dengan kayu sehingga selang
infus tidak bergeser kesana kemari.
6.
Aturlah
tetesan air sesuai dengan kelompok.
7.
Tanam
lah benih caisim yang telah disemai dengan jarak 10 cm dan 5 cm sebanyak 4
buah.
8.
Campurlah
air penyiraman dengan pupuk.
9.
Kemudian
amatilah parameter dari tinggi tanaman, jumlah daun dan persentase kehidupan
dari masing-masing tanaman setiap minggu .
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pemberian air sebanyak 19 tetes permenit
Tabel Pengamatan Tanaman Caisim
Minggu ke – 1
Parameter
Tanaman
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Persentase
kehidupan
|
Tanaman 1
|
8
|
4
|
75 %
|
Tanaman 2
|
11
|
6
|
|
Tanaman 3
|
7,5
|
2
|
Minggu ke – 2
Parameter
Tanaman
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Persentase
Kehidupan
|
Tanaman 1
|
10
|
4,5
|
75 %
|
Tanaman 2
|
19
|
4,5
|
Minggu ke – 3
Parameter
Tanaman
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Persentase
Kehidupan
|
Tanaman 1
|
12
|
6,6
|
75 %
|
Tanaman 2
|
22
|
6,6
|
4.2 Pembahasan
Dari
data diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian air irigasi dengan menggunakan
irigasi tetes sebanyak 19 tetes per menit pertumbuhannya bagus, karena dengan
sistem irigasi tetes maka :
·
Meningkatkan
nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada
irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lain.
·
Meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan hasil
·
Dengan
irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman.
·
Meningkatkan
efisiensi dan pemberian
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada
metode ini dicampur denagn air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang
digunakan menjadi lebih sedikit, fekuensi pemberian dan distribusinya hanya di
sekitar daerah perakaran.
·
Menekan
resiko penumpukan garam
Pemberian air secara terus-menerus
akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.
·
Menekan
pertumbuhan gulma
Pemberian air pada irigasi tetes hanya
terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
·
Menghemat
tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan
mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja hanya diperlukan
lebih sedikit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Prinsip
dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke tanaman dengan
perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak
antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari
pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air
secara lambat dan akurat pada akar- akar tanaman, tetes demi tetes.
Manfaat dengan melakukan irigasi tetes ini,
adalah : (1) menyediakan air selama musim kemarau; (2) membantu penyimpanan air
dan menghemat persediaan air selama seminggu; (3) menyalurkan air ke tempat
yang kami inginkan; dan yang terpenting (4) mengusahakan tanah tempat media
tumbuh tanaman selalu basah terairi tetesan air dan cukup untuk mengairi
tanaman buah atau tanaman lain di halaman belakang rumah kami yang ada di dalam
pot.
Untuk metodologi merancangan sistem irigasi tetes meliputi perancangan layout jaringan perpipaan beserta pompa air dsb, perancangan kalender tanam dan pola tanam, perhitungan kebutuhan air irigasi pada tingkat tanaman (modulus irigasi).
Untuk metodologi merancangan sistem irigasi tetes meliputi perancangan layout jaringan perpipaan beserta pompa air dsb, perancangan kalender tanam dan pola tanam, perhitungan kebutuhan air irigasi pada tingkat tanaman (modulus irigasi).
Untuk
mengetahui jarak optimal penempatan pompa air untuk tujuan irigasi sistem tetes
pada ember yang berisi air yang satu dengan yang lainnya pada luasan lahan yang
sama, digunakan pendekatan persamaan aliran air ke dalam ember dengan kondisi
aliran air yang tetap pada aquifer phreatic dan semi-tertekan.
5.2 Saran
Jumlah
air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan
tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.
Dibutuhkan
naungan yang sesuai sehingga jika terjadi hujan maka air tidak meluapi polibag
sehingga pemberian air sesuai dengan jumlah tetes yang telah diberikan
atau ditentukan karena telah tercampur oleh air hujan.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/sawi. Diakses 13 juni 2012. Pukul 14.30 WIB.
AAK.1992.Petunjuk
Praktis Bertanam Sayuran.Yogyakarta:Kanisius
Kloppenburg.1993.Petunjuk
Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan
Tradisional. Yogyakarta:Yayasan Dana Sejahtera.
0 komentar "Laporan Praktikum Pengolahan Air (Irigasi Tetes)", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat