BAB
1
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang masalah
Dalam
era globalisasi ini perkembangan industry dan perekonomian dunia harus
diimbangi oleh kinerja karyawan yang baik sehingga terciptanya dan tercapainya
target target yang hendak dicapai
Salah
satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya manusia (dalam tulisan ini
disebut juga dengan istilah pegawai) dalam organisasi adalah menilai kinerja
pegawai. Penilaian kinerja dikatakan penting mengingat melalui penilaian
kinerja dapat diketahui seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya.
Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu, hasil penilaian
kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses pengembangan
pegawai.
Namun
demikian, sering terjadi, penilaian dilakukan tidak tepat. Ketidaktepatan ini
dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan
ketidaktepatan penilaian kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna
kinerja yang diimplementasikan, ketidapahaman pegawai mengenai kinerja yang
diharapkan, ketidakakuratan instrumen penilaian kinerja, dan ketidakpedulian
pimpinan organisasi dalam pengelolaan kinerja.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan di kaji dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Definisi kinerja
b. Factor yang mempengaruhi kinerja
c. Criteria system pengukuran kinerja
d.
Definisi penilaian kinerja
3.
Maksud dan tujuan penulisan
Maksud
dari penulisan ini adalah untuk menambah ilmu kami sebagai mahasiswa ekonomi
universitas islam riau pekanbaru, selain itu makalah ini juga dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah manajemen sumber saya manusia.
Kemudian
tujuan dari penulisan ini juga sebagai pelatihan untuk mempelajari masalah dan
merumuskan masalah yang terjadi sehari hari yang berkaitan dengan tema tugas
kami yaitu kinerja dan penilaian kerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI KINERJA
Pada
dasarnya pengertian kinerja dapat dimaknai secara beragam. Beberapa pakar
memandangnya sebagai hasil dari suatu proses penyelesaian pekerjaan, sementara
sebagian yang lain memahaminya sebagai perilaku yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Agar terdapat kejelasan mengenai kinerja, akan
disampaikan beberapa pengertian mengenai kinerja.
v
Menurut Bernardin and
Russel (1998: 239), kinerja dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Performance is defined as the record of outcomes
produced on a specified job function or activity during a time period“.
Berdasarkan pendapat Bernardin and Russel, kinerja cenderung dilihat sebagai
hasil dari suatu proses pekerjaan yang pengukurannya dilakukan dalam kurun
waktu tertentu.
v
Sementara itu menurut Ilgen
and Schneider (Williams, 2002: 94):
“Performance is what the person or system
does”. Hal senada dikemukakan oleh Mohrman et al (Williams, 2002: 94)
sebagai berikut: “A performance consists of a performer engaging in behavior
in a situation to achieve results”. Dari kedua pendapat ini, terlihat bahwa
kinerja dilihat sebagai suatu proses bagaimana sesuatu dilakukan. Jadi,
pengukuran kinerja dilihat dari baik-tidaknya aktivitas tertentu untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
v
Pendapat yang lebih
komprehensif disampaikan oleh Brumbrach (Armstrong, 1998: 16) sebagai berikut:
Performance means behaviours and results. Behaviours
emanate from the performer and transform performance from abstraction to
action. Not just the instruments for results, behaviours are also outcomes in
their own right – the product of mental and physical effort applied to tasks –
and can be judged apart from results.
Brumbrach,
selain menekankan hasil, juga menambahkan perilaku sebagai bagian dari kinerja.
Menurut Brumbach, perilaku penting karena akan berpengaruh terhadap hasil kerja
seorang pegawai.
v
Menurut Mangkunegara, Anwar
Prabu, kinerja diartikan sebagai :
”Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.”
v
Sedangkan menurut Nawawi.
H. Hadari, yang dimaksud dengan kinerja adalah: ”Hasil dari pelaksanaan
suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/mental maupun non fisik/non
mental.”
Dari
beberapa pendapat tersebut, kinerja dapat dipandang dari perspektif hasil,
proses, atau perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu,
tugas dalam konteks penilaian kinerja, tugas pertama pimpinan organisasi adalah
menentukan perspektif kinerja yang mana yang akan digunakan dalam memaknai
kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya.
2.
FACTOR YANG MEMPENGARUHI
KINERJA
Kinerja
tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Armstrong
(1998: 16-17) adalah sebagai berikut:
a.
Faktor individu (personal
factors). Faktor individu berkaitan dengan keahlian, motivasi, komitmen,
dll.
b.
Faktor kepemimpinan (leadership
factors). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan kualitas dukungan dan
pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua kelompok kerja.
c.
Faktor kelompok/rekan kerja
(team factors). Faktor kelompok/rekan kerja berkaitan dengan kualitas
dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
d.
Faktor sistem (system
factors). Faktor sistem berkaitan dengan sistem/metode kerja yang ada dan
fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
e.
Faktor situasi (contextual/situational
factors). Faktor situasi berkaitan dengan tekanan dan perubahan lingkungan,
baik lingkungan internal maupun eksternal.
Dari
uraian yang disampaikan oleh Armstrong, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Faktor-faktor ini perlu mendapat
perhatian serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang optimal.
3.
SISTEM PENGUKURAN
KINERJA
Untuk
mengukur kinerja, dapat digunakan beberapa ukuran kinerja. Beberapa ukuran
kinerja yang meliputi; kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan tentang
pekerjaan, kemampuan mengemukakan pendapat, pengambilan keputusan, perencanaan
kerja dan daerah organisasi kerja. Ukuran prestasi yang lebih disederhana
terdapat tiga kreteria untuk mengukur kinerja, pertama; kuantitas kerja, yaitu
jumlah yang harus dikerjakan, kedua, kualitas kerja, yaitu mutu yang
dihasilkan, dan ketiga, ketepatan waktu, yaitu kesesuaiannya dengan waktu yang
telah ditetapkan.
Menurut
Cascio (2003: 336-337), kriteria sistem pengukuran kinerja adalah sebagai
berikut:
a.
Relevan (relevance).
Relevan mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara standar untuk
pelerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan yang
jelas antara elemen-elemen kritis suatu pekerjaan yang telah diidentifikasi
melalui analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam form
penilaian.
b.
Sensitivitas (sensitivity).
Sensitivitas berarti adanya kemampuan sistem penilaian kinerja dalam membedakan
pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif.
c.
Reliabilitas (reliability).
Reliabilitas dalam konteks ini berarti konsistensi penilaian. Dengan kata lain
sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang yang berbeda dalam
menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung sama.
d.
Akseptabilitas (acceptability).
Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang dirancang dapat diterima
oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
e.
Praktis (practicality).
Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati mudah dimenegerti
oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut.
Pendapat
senada dikemukakan oleh Noe et al (2003: 332-335), bahwa kriteria sistem
pengukuran kinerja yang efektif terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut:
a.
Mempunyai Keterkaitan yang
Strategis (strategic congruence). Suatu pengukuran kinerja dikatakan
mempunyai keterkaitan yang strategis jika sistem pengukuran kinerjanya menggambarkan
atau berkaitan dengan tujuan-tujuan organisasi. Sebagai contoh, jika organisasi
tersebut menekankan pada pentingnya pelayanan pada pelanggan, maka pengukuran
kinerja yang digunakan harus mampu menilai seberapa jauh pegawai melakukan
pelayanan terhadap pelanggannya.
b.
Validitas (validity).
Suatu pengukuran kinerja dikatakan valid apabila hanya mengukur dan menilai
aspek-aspek yang relevan dengan kinerja yang diharapkan.
c.
Reliabilitas (reliability).
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi pengukuran kinerja yang digunakan.
Salah satu cara untuk menilai reliabilitas suatu pengukuran kinerja adalah
dengan membandingkan dua penilai yang menilai kinerja seorang pegawai. Jika
nilai dari kedua penilai tersebut relatif sama, maka dapat dikatakan bahwa
instrumen tersebut reliabel.
d.
Akseptabilitas (acceptability).
Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang dirancang dapat diterima
oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Hal ini menjadi suatu perhatian serius
mengingat sekalipun suatu pengukuran kinerja valid dan reliabel, akan tetapi
cukup banyak menghabiskan waktu si penilai, sehingga si penilai tidak nyaman
menggunakannya.
e.
Spesifisitas (specificity).
Spesifisitas adalah batasan-batasan dimana pengukuran kinerja yang diharapkan
disampaikan kepada para pegawai sehingga para pegawai memahami apa yang
diharapkan dari mereka dan bagaimana cara untuk mencapai kinerja tersebut.
Spesifisitas berkaitan erat dengan tujuan strategis dan tujuan pengembangan
manajemen kinerja.
Dari
pendapat Cascio dan Noe et al, ternyata suatu instrumen penilaian kinerja harus
didisain sedemikian rupa. Instrumen penilaian kinerja, berdasarkan konsep
Cascio dan Noe et al, terutama harus berkaitan dengan apa yang dikerjakan oleh
pegawai. Mengingat jenis dan fungsi pegawai dalam suatu organisasi tidak sama,
maka nampaknya, tidak ada instrumen yang sama untuk menilai seluruh pegawai
dengan berbagai pekerjaan yang berbeda.
4.
PENILAIAN KERJA
Setiap
organisasi pada dasarnya telah mengidentifikasi bahwa perencanaan prestasi dan
terciptanya suatu prestasi organisasi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
prestasi individual para pegawai. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
prestasi kerja organisasi merupakan hasil dari kerjasama antara pegawai yang
bersangkutan dengan organisasi dimana pegawai tersebut bekerja. Untuk mencapai
prestasi kerja yang diinginkan, maka tujuan yang diinginkan, standar kerja yang
dinginkan, sumber daya pendukung, pengarahan, dan dukungan dari manajer lini
pegawai yang bersangkutan menjadi sangat vital. Selain itu sisi motivasi
menjadi aspek yang terlibat dalam peningkatan prestasi kerja. Hal ini sesuai
dengan pendapat Torington dan Hall (1995: 316) yang menyatakan bahwa “Prestasi
kerja dilihat sebagai hasil interaksi antara kemampuan individual dan
motivasi”.
Mondy
& Noe (1990: 382) mendefinisikan penilaian prestasi kerja sebagai: “Suatu
sistem yang bersifat formal yang dilakukan secara periodik untuk mereview dan
mengevaluasi kinerja pegawai”.
Sedangkan
Irawan (1997: 188) berpendapat bahwa penilaian prestasi kerja adalah ”Suatu
cara dalam melakukan evaluasi terhadap prestasi kerja pegawai dengan
serangkaian tolok ukur tertentu yang obyektif dan berkaitan langsung dengan
tugas seseorang serta dilakukan secara berkala”.
Sementara
itu Levinson seperti dikutip oleh Marwansyah dan Mukaram (1999: 103) mengatakan
bahwa “Penilaian unjuk kerja adalah uraian sistematik tentang
kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang atau
sebuah kelompok”.
Adapun
sasaran proses penilaian dikemukakan oleh Alewine (1992: 244) sebagai berikut:
”Sasaran proses penilaian prestasi kerja adalah untuk membuat karyawan
memandang diri mereka sendiri seperti apa adanya, mengenali kebutuhan perbaikan
kinerja kerja, dan untuk berperan serta dalam membuat rencana perbaikan
kinerja”. Sedangkan tujuan umum penilaian kinerja adalah mengevaluasi dan
memberikan umpan balik konstruktif kepada para pegawai yang pada akhirnya mencapai
efektivitas organisasi.
Sementara
itu, menurut Cummings dan Schwab (1973: 4), penilaian kinerja pegawai pada
umumnya memiliki dua fungsi sebagai berikut:
- Fungsi summative atau evaluative.
Fungsi ini biasanya berhubungan dengan rencana pengambilan keputusan yang
bersifat administratif. Sebagai contoh, hasil dari penilaian ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan gaji pegawai yang dinilai,
memberikan penghargaan atau hukuman, promosi, dan mutasi pegawai. Dalam
fungsi ini manajer berperan sebagai hakim yang siap memberikan vonis.
- Fungsi formative. Fungsi formative berkaitan
dengan rencana untuk meningkatkan keterampilan pegawai dan memfasilitasi
keinginan pegawai untuk meningkatkan kemampuan mereka. Salah satu
maksudnya adalah untuk mengidentifikasi pelatihan yang dibutuhkan pegawai.
Manajer berperan sebagai konsultan yang siap untuk memberikan pengarahan
dan pembinaan untuk kemajuan pegawai.
Sedangkan
Stewart dan Stewart (1977: 5) menyatakan bahwa penilaian kinerja pegawai
dimaksudkan untuk:
- Memberikan feedback bagi pegawai. Agar
efektif, maka masukan yang diberikan kepada pegawai harus jelas (tepat
sasaran), deskriptif (menggambarkan contoh-contoh pekerjaan yang benar),
objektif (memberikan masukan yang positif dan negatif), dan konstruktif
(memberikan saran perbaikan).
- Management by Objective. Manajer menentukan target dan
tujuan yang harus dicapai oleh setiap bawahan. Target dan tujuan tersebut
harus disetujui oleh kedua belah pihak, dan evaluasi dilaksanakan
berdasarkan pada hal-hal yang sudah disetujui bersama.
- Salary review. Hasil dari penilaian digunakan untuk menentukan apakah
seseorang akan mendapatkan kenaikan atau penurunan gaji.
- Career counselling. Dalam pelaksanaan penilaian, manajer mempunyai
kesempatan untuk melihat kemungkinan perjalanan karier pegawai, salah
satunya bisa melalui pengiriman pegawai kedalam program diklat.
- Succession planning. Penilaian pegawai dapat
membantu manajer dalam membuat daftar pegawai yang memiliki keterampilan
dan kemampuan tertentu, sehingga jika ada posisi yang kosong, manajer bisa
dengan cepat menunjuk seseorang.
- Mempertahankan keadilan. Adalah suatu hal yang wajar
jika seseorang lebih menyukai seseorang dibanding orang lain. Penilaian
pegawai dapat mengurangi terjadinya hal tersebut misalnya dengan
melibatkan atasan dari atasan langsung kita untuk ikut secara acak dalam
proses penilaian.
- Penggantian pemimpin. Sistem penilaian pegawai dapat
mengurangi beban pekerjaan manajer baru yang tidak tahu menahu kondisi dan
kompetensi pegawainya. Data yang ada dalam dokumen penilaian dapat
digunakan sebagai informasi yang penting untuk mengetahui kompetensi dan
mengenal bawahan lebih cepat dan mungkin akurat.
Dari
uraian sebelumnya, terlihat bahwa penilian kinerja memberikan banyak tujuan.
Tujuan penilian kinerja ini pada akhirnya akan memberikan manfaat, tidak hanya
untuk pegawai yang bersangkutan, akan tetapi juga untuk organisasi. Perlu
diingat bahwa penilaian kinerja tidak dimaksudkan untuk memberikan hukuman jika
pegawai tidak dapat memenuhi capaian kinerja yang ditentukan.
Oleh
karena itu, salah satu aspek penting dalam penilaian kinerja adalah adanya
apresiasi yang proporsional dan program pengembangan SDM yang tepat. Apresiasi
diberikan kepada prg yang mampi mencapai atau melebihi tingkat kinerja yang
diharapkan. Sedangkan program pengembangan pegawai diberikan kepada pegawai
yang memerlkukan treatment tertentu untuk meningkatkan
kinerjanya.
PENUTUP
Penilaian
kinerja merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan pegawai dalam
suatu organisasi. Pemahaman mengenai kinerja yang diharapkan menjadistarting
point dalam penilaian kinerja. Seluruh pegawai harus memahami konsep
kinerja yang diterapkan dan memahami apa yang diharapkan dari mereka.
Kemudian,
selutuh pihak yang terkait dengan penilaian kinerja harus memahami aspek-aspek
yang akan dijadikan penilaian kinerja. Melalui pemahaman ini, kesalahpahaman
mengenai penilaian kinerja dapat diminimalisir.
Instrumen
penilaian kinerja yang valid dan reliabel merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya. Melalui instrumen ini, akan dapat terdeteksi, pegawai yang
mempunyai kinerja sesuai dengan yang diharapkan dan pegawai yang belum mampu
mencapai kinerja yang diharapkan. Kepentingan adanya instrumen yang valid dan
reliabel akan sangat terasa manakala hasil penilaian dikaitkan dengan apresiasi
dan program pengembangan pegawai.
Selain
hal-hal tersebut, hal terpenting dalam proses penilaian kinerja adalah
kepedulian pimpinan organisasi terhadap perlunya penilaian kinerja. Pimpinan
organisasi yang mempunyai komitmen tinggi terhadap penilaian kinerja akan
selalu berusaha mencari cara-cara terbaik dan tepat dalam melakukan penilaian
kinerja serta melaksanakannya secara konsisten.
DAFTAR
PUSTAKA
Armstrong,
M. and Baron, A. 1998. Performance Management – The New Realities.
London: Institute of Personnel and Development.
Bernardin,
H.J. and Russel, J.E.A. 1998. Human Resource Management 2ndEdition
– An Experiental Approach. Singapore: McGraw-Hill.
Cascio,
W. F. 2003. Managing Human Resources: Productivity, Quality of Work
Life, Profits 6th Edition. New York: McGraw-Hill.
Cummings,
L.L. and Schwab, D.P. 1973. Performance in Organizations: Determinants
and Appraisal. Glenview, Illinois: Scott, Foresman and Company.
Irawan,
P., dkk. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: STIA LAN
Press.
Marwansyah
dan Mukaram. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pusat
Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung.
Mondy,
R.W. and Noe, R.M. 1990. Human Resource Management 4th Edition.
USA: Allyn and Bacon.
Noe,
R.A. et al. 2003. Human Resources Management: Gaining A Competitive
Advantage 4th Edition. New York: McGraw-Hill.
Stewart,
V. and Stewart, A. 1977. Practical Performance Appraisal. England:
Gower Press.
Williams,
Richard, R. 2002. Managing Employee Performance: Design and
Implementation in Organizations. London: Thomson Learning.
Mangkunegara,
Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Penerbit PT, Remaja
Rosdakarya, Bandung, Tahun 2000 Halaman 164.
Nawawi,
H. Hadari, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, Tahun 1997, Halaman 89.
Gomes,
Faustino Cardoso, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi Offset, Jakarta,
Tahun 2000, Halaman 162.
Mangkunegara,
Anwar Prabu, Op-cit, Halaman 107.
Handoko,
Hani, Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Penerbit
BPFE-UGM, Yogyakarta, Halaman 69
0 komentar "Makalah Kinerja", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat