Budidaya Lidah Buaya

Ditulis oleh: -

BUDIDAYA LIDAH BUAYA

Latar Belakang
Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin popular karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terperek dewasa ini.
lidah_buaya.
Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang karenanya juga turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestik maupun global. Tulisan ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi lapang yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan ekonomi-sosial yang terkait dengan pengembangan lidah buaya tersebut.
b. Pesan yang disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan dalam leaflet ini adalah bagaimana cara membudidayakan secara khusus tanaman lidah buaya pada lahan gambut. Pembudidayaan tersebut meliputi proses-proses yang harus dilakukan oleh pembudidaya mulai dari awal yaitu dari penyiapan lahan hingga proses terakhir yaitu proses produksi sehingga didapat suatu hasil yang memuaskan. Disini juga dibahas tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang timbul akibat kesalahan dalam proses budidaya.
c. Sasaran yang dituju
Sasaran yang dituju adalah para petani di seluruh Indonesia yang tertarik untuk mengembangkan tanaman lidah buaya pada umumnya dan para petani pada lahan gambut yang sering kesulitan dalam usahanya meggarap lahan pada khususnya. Selain itu leaflet ini juga ditujukan kepada siapa saja yang ingin menambah pengetahuannya tentang  pertanian khususnya budidaya tanaman lidah buaya.
d. Efek yang diharapkan
Efek yang diharapkan dari dibuatnya leaflet ini adalah bertambahnya pengetahuan para petani dalam usahanya mengembangkan usahanya di bidang budidaya tanaman lidah buaya pada lahan gambut . Petani dapat menerapkan seluruh proses-proses yang harus dilakukan oleh pembudidaya mulai dari awal yaitu dari penyiapan lahan hingga proses terakhir yaitu proses produksi sehingga didapat suatu hasil yang memuaskan serta petani dapat mengatasi masalah yang timbul akibat kesalahan dalam proses budidaya.
Usaha budidaya yang tadinya sudah baik diharapkan menjadi lebih baik lagi dan petani tidak melakukan kesalahan-kesalahan lagi dalam proses pembudidayaan karena telah mendapat suatu referensi yang lebih akurat dari sebelumnya. Selain semakin bertambahnya pengetahuan bagi petani leaflet ini juga diharapkan mampu menambah pengetahuan kepada siapa saja yang membacanya dan mungkin dengan semakin bertambahnya ilmu tentang budidaya tanaman lidah buaya membuatnya semakin tertarik untuk mengembangkan budidaya tanaman lidah buaya ini menjadi lebih baik lagi.
2. Efektifitas
a. Kemampuan daya menerangkan
Kemampuan leaflet dalam menerangkan dapat dikatakan baik karena dalam upaya menyampaikan pesan leaflet telah menerankan dengan detail seluruh proses yang harus dilakukan. Tak hanya proses yang diterangkan secara detail namun juga ukuran baik berat maupun panjang,waktu mulai hari sampai bulan, serta ciri-ciri yang dibutuhkan oleh para petani sehingga tidak membuat suatu hal yang membingungkan yang dapat berakibat kesalahan dalam pelaksaaan budidaya. Selain itu kata-kata/istilah yang digunakan dalam leaflet ini merupakan kata-kata/istilah yang mudah dipahami oleh para petani sehingga petani tidak perlu bingung apa yang dimaksudkan oleh kata/istilah dalam leaflet.
Kelebihan leaflet ini adalah dapat diaplikasikan kepada siapa saja yang ingin membudidayakan tanaman lidah buaya pada lahan gambut karena semua yang dibutuhkan telah dijelaskan dalam leaflet ini. Selain itu dengan adanya leaflet ini para petani di daerah lahan gambut yang tidak bisa menggarap lahannya karena kurangnya pengetahuan tentang lahn gambut dapat memulai usaha baru yang lebih menjanjikan dari pada usaha yang dahulu.
Sedangkan kekurangan leaflet ini adalah kurang begitu efektif apabila disebarkan didaerah yang tidak berlahan gambut karena informasi yang terkandung dalam leaflet ini hanya akan efektif bila diterapkan di daerah lahan gambut. Sedangkan sebagian besar wilayah Indonesia tidak berlahan gambut, hanya sedikit daerah yang berlahan gambut.
b. Pembahasan masalah
Dalam pembahasan maasalah akan dijelaskan mengenai mengapa memilih budidaya tanaman lidah buaya untuk dijadikan sebuah leaflet. Pemilihan budidaya tanaman lidah buaya sebagai topik dalam leaflet adalah karena belum banyak masyarakat yang tahu mengenai masalah budidaya tanaman ini, kalaupun tahu mereka hanya sebatas pengetahuan ringan belaka. Untuk itu dengan dibuatnya leaflet ini diharapakan   para petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.
B. Budidaya Tanaman Lidah Buaya
budidaya-tanaman-lidah-buaya
Lidah buaya tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya meruncing berbentuk taji. Tebalnya kira-kira 1 cm. Dalamnya bening. Daun ini getas dan tepinya bergerigi. Panjangnya bisa sampai 30 cm. Yang biasa digunakan adalah daun dan akarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah yang bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena sifatnya dari mulai ekstrim masam sampai masam, maka dalam pemanfaatannya untuk dijadikan lahan pertanian terlebih dalulu lahan gambut ini harus dikondisikan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman lidah buaya.
alur-budidaya-lidah-buaya
Diagram Alur Budidaya Tanaman Lidah Buaya

Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau terdapat genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya mengandung air relatif banyak karena kemampuannya dalam mengikatkan air. Teknik budidaya tanaman lidah buaya pada lahan gambut dapat dijelaskan, sebagai berikut:
1. Penyiapan Lahan
Lahan gambut yang telah ditetapkan sebagai lokasi untuk budidaya tanaman lidah buaya, terlebih dahulu harus dibuat parit keliling yang berfungsi untuk membuang air tanah yang berlebihan (drainase).
Saat awal pembibitan merupakan tahap dimana kebutuhan air harus diperhatikan. Bibit mungkin akan berwarna kemerah-merahan karena belum beradaptasi dengan lingkungan. Dengan pengairan yang cukup, seminggu setelah pembibitan, bibit akan menunjukkan pertumbuhan normal/pulih dari stres lingkungan akibat pemisahan dari induk. Pengairan yang berlebihan harus dicegah karena bibit mudah busuk akibat serangan cendawan pada keadaan lembab. Parit/saluran air dibuat disekeliling lahan dan pada arah memotong tengah areal lahan dengan ukuran parit: lebar atas 50 cm, lebar bawah : 35 cm dan kedalaman berkisar 50-60 cm (tergantung tebal lapisan gambut dan kondisi genangan air tanahnya).
Ukuran Parit Keliling dan Parit Tengah Memotong Lahan
2. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan yang dimaksud adalah membersihkan lahan dari semua vegetasi yang ada dengan cara menebas dan menebang pohon semak belukar sampai semua vegetasi/tumbuhan terpotong. Selanjutnya tebasan dibiarkan hingga kering, untuk batang kayu yang bisa diangkut dan dikumpulkan menjadi satu ditempat pembakaran, untuk semak belukar yang kering dikumpulkan dan dibakar ditempat, setelah lahan bersih pekerjaan berikutnya adalah pembuatan bedengan/guludan.
3. Pembuatan Bedengan/Guludan
Pembuatan bedengan/guludan sekaligus merupakan pengolahan tanah atau pecangkulan, bedengan/guludan dibuat dengan ukuran disesuaikan dengan jarak tanam yang akan digunakan, antara lain :
a. Jarak tanam             : 1,25 m x 1,00 m  (Populasi : 8. 000 Pohon/Ha)
b. Jarak tanam             : 1,25 m  x 1,25 m (Populasi : 6. 000 Pohon/Ha)
Bedengan untuk jarak tanam (a) dan (b) dibuat dengan ukuran lebar 75 cm dan tinggi 20-30 cm, dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan atau tergantung selera/keinginan, tapi ada juga yang membuat bedengan dengan panjang 25 meter.
Ukuran Bedengan
(Jarak antar tanaman = 1,00 m atau 1,25 m)
Apabila bedengan untuk tanaman lidah buaya dibuat belakangan maka lahan yang sudah bersih langsung diberi tanda untuk pembuatan lubang tanam (ajir), dengan demikian bedengan tanaman akan terbentuk setelah bibit tanaman lidah buaya sudah ditanam sekaligus merupakan pembumbunan tanaman.
4. Penyiapan Sarana Produksi
Sarana produksi yang harus dipersiapkan adalah bibit, pupuk (organik dan anorganik), abu, kulit udang atau busukan ikan (bila mudah diperoleh) dan fungisida. Pada penyiapan bibit tanaman lidah buaya harus dipersiapkan dengan baik sejak pengolahan lahan dimulai yaitu bibit tanaman lidah buaya, sudah berumur 3 atau 4 bulan dan telah didederkan selama minimal 1 bulan, bibit dapat diambil dari anakan langsung yang telah mencapai ukuran sebesar ibu jari dengan tinggi 10 cm – 15 cm, selanjutnya dipisahkan dari induk tanaman dan ditanam pada tempat pendederan yang telah disiapkan (jarak tanam pendederan 15 cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm), selama pendederan bibit tanaman diberikan perlakuan pemupukan (pupuk kandang, abu dan pupuk urea).
5. Persiapan Tanaman
Lahan yang sudah dibuat bedengan selanjutnya diberikan ajir sebagai tanda jarak tanam dan tempat penanaman bibit. Minimal 1 minggu (7 hari) sebelum tanam, pada ajir/tanda tanam tadi dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Setelah lubang tanam dipersiapkan, selanjutnya masukkan/tempatkan campuran pupuk urea, TSP, KCL, abu, pupuk kandang dan kulit udang ke dalam lubang tanam dan tutup lagi dengan tanah dan letakkan lagi ajir tepat ditengah lubang, sebagai tanda untuk menanamkan  bibit lidah buaya.
6. Bibit Lidah Buaya
Bibit yang akan ditanam, harus diseleksi bersamaan dengan saat pencabutan bibit dari tempat pendederan. Bibit lidah buaya umumnya berukuran tinggi 20 – 30 cm dengan minimal 6 (enam) daun pelepah. Anakan yang telah cukup besar, berusia sekitar 1-2 bulan, dipisahkan dari tanaman induk (ditangkarkan). Anakan akan muncul dari tanaman induk pada usia 5-6 bulan. Penjarangan anakan ini sangat penting dilakukan agar tanaman lidah buaya dapat tumbuh besar.
Pembiakan dapat dilakukan melalui anakan (umum dilakukan), benih, maupun setek batang. Pembibitan dari anakan dapat dilakukan di bedengan atau di polibag. Pembibitan di bedengan dapat dilakukan dengan membuat bedengan berukuran 1-1.5 m x 10 m atau menurut kebutuhan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Bedengan harus benar-benar remah agar pertumbuhan akar bibit tidak terganggu. Bibit yang terganggu perkembangan akarnya akibat tanah yang keras tidak akan tumbuh berkembang. Sebelum ditanami bibit, bedengan ditaburi pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg (1-2 karung) per bedeng dan diaduk secara merata. Penaburan kapur pertanian dianjurkan untuk mengurangi serangan cendawan. Penambahan urea sebanyak 7,5 kg per bedeng bisa dilakukan untuk merangsang pertumbuhan bibit. Sedangkan pembibitan di polibag, bisa dilakukan dengan media tanah dicampur pupuk kandang 1 : 1 atau 1 : 2 dan ditambahkan NPK 5 gram per polibag tiap dua minggu. Setelah itu polibag ditaruh di tempat yang cukup teduh namun masih terkena sinar matahari.
7. Penanaman
Bibit yang sudah diseleksi (terpilih) harus benar-benar sehat, tidak terdapat luka pada daun pelepah. Pencabutan bibit dapat dilakukan bersamaan dengan saat hari tanam (tidak dimalamkan atau terlalu lama terkena sinar matahari langsung/berjemur). Daun-daun bagian bawah yang telah berwarna kekuningan dan daun yang terserang penyakit perlu dibuang. Daun dijaga agar tidak sampai tertimbun tanah yang akan menyebabkan busuk akibat serangan cendawan. Pengairan perlu dilakukan ketika lahan terlihat kering (lama tidak turun hujan). Pengairan yang telat akan menyebabkan tanaman layu dan daun berubah warna kuning kemerahan yang memerlukan waktu agar pulih kembali. Setelah 3-4 hari dari pemberian pupuk, bibit tanaman dicabut dan dipindah tanamkan di lapangan yakni pada lubang yang sudah diberikan campuran pupuk. Penanaman bibit dengan cara dibenamkan sedalam 4 cm – 6 cm dan tanah disekitar bibit dipadatkan agar bibit tidak mudah tumbang. Penanaman hendaknya dilakukan pada pagi hari (jam 07.00 – 10.00) atau sore (jam 16.00).
Setelah 10 – 14 hari setelah tanam, dilakukan pengamatan terhadap bibit, apabila terdapat bibit yang mati segera dilakukan penyulaman. Penyulaman di lahan dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 MST (minggu setelah tanam), yakni dengan cara mengganti tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya dengan tanaman baru. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung jarak tanam yang digunakan dan umumnya berjumlah 8.000 tanaman/hektar (jarak tanam 1,00 x 1,25 m).
8. Pengendalian Penyakit Tanaman
Penyakit pada tanaman lidah buaya umumnya sedikit dan tidak serius, namun bila terdapat luka pada daun pelepah kemungkinan akan terserang penyakit busuk yang disebabkan oleh fungi (cendawan) atau bila pada penggunaan pupuk kandang dari kotoran ayam sering terlihat serangan penyakit busuk pangkal akar yang disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi. Pada tanaman lidah buaya yang kekurangan unsur kalium sangat mudah terserang penyakit spot daun (ujung pelepah menjadi kering atau terdapat bercak-bercak hitam) yang disebabkan oleh fusarium solani atau alternaria alternata.
Hama yang menyerang lidah buaya relatif sedikit. Terkadang ulat atau belalang menyerang daun lidah buaya. Pada keadaan lembab sering juga ditemui hama yang menyerang akar dan batang lidah buaya, terutama saat pembibitan. Sedangkan penyakit yang menyerang terutama busuk basah akibat cendawan/bakteri pada daun. Penyemprotan pestisida hanya dilakukan bila serangan hama dan penyakit cukup mengganggu.
Pada tanaman lidah buaya yang dirawat secara intensif (pupuk berimbang) jarang sekali bahkan tidak pernah terlihat gejala serangan penyakit. Namun pada tanaman lidah buaya yang penyediaan unsur haranya tidak seimbang terutama apabila kelebihan unsur nitrogen (N) akan terlihat pada daun pelepah yang sekulen berlebihan mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh fungi, karena serat yang terdapat dalam daun pelepah tidak kuat. Tanaman lidah buaya yang terserang penyakit cendawan baik di akar atau di daun pelepahnya segera harus dimusnahkan dan tanaman yang belum terserang di semprot dengan fungisida.
9. Pemupukan Tanaman
Tanaman lidah buaya sangat diharapkan pertumbuhan vegetatifnya yang subur karena daun pelepahnya yang akan di panen. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman lidah buaya yang baik harus dilakukan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan dosis berdasarkan umur tanaman dan diberikan dengan kontinyu pada waktu yang telah ditentukan. Secara rinci pelaksanaan pemupukan tanaman lidah buaya sebagai berikut :
a). Pupuk Dasar : diberikan 3-4 hari sebelum tanam terdiri dari :
Pupuk  Kandang          =       200     gram/pohon
Pupuk  Urea                =         20     gram/pohon
Pupuk  TSP                  =         10     gram/pohon
Pupuk  KCL                 =         10     gram/pohon
Abu      Tanaman          =         25     gram/pohon
Kulit     Udang             =         25     gram/pohon
Ketujuh jenis sarana produksi (pupuk) ini dicampur merata dan masukan ke dalam lubang tanaman untuk selanjutnya ditutup lagi dengan tanah yang diambil dari sekitar lubang.
b). Pupuk Susulan tahun 1 : pupuk ini mulai diberikan pada umur tanaman 1,5-2 bulan setelah tanam, terdiri dari :
Pupuk  Urea                            =         20      gram/tanaman
Pupuk  TSP                 =         10      gram/tanaman
Pupuk  KCL                =         10      gram/tanaman
(selanjutnya diberikan setiap 2 bulan sekali)
Sedangkan untuk pupuk kandang, abu dan kulit udang diberikan setiap 24 minggu sekali (6 bulan sekali) dengan dosis :
Pupuk  Kandang         =       250      gram     -      300      gram/tanaman
Abu      Tanaman          =         30      gram     -        50      gram/tanaman
Kulit     Udang             =         25      gram     -        40      gram/tanaman
Pada pemberian pupuk susulan tahun II, dosis pupuk anorganik ditingkatkan lagi, begitu juga dengan tahun III dan Ke IV dan seterusnya pemupukan dilakukan dengan cara dibenamkan ditengah-tengah antara tanaman dalam bedengan.
10. Penyiangan (Pengendalian Gulma)
Penyiangan dilakukan pada saat sebelum dilakukan pemupukan susulan, namun demikian penyiangan dapat saja dilakukan secepatnya bila gulma disekitar tanaman lidah buaya sudah terlihat banyak yang tumbuh. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau kored, bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembersihan alur antar bedengan dan menaikkan tanah-tanah yang turun dari bedengan karena curah hujan.. Penyiangan pada tanaman lidah buaya sangat penting dilakukan karena peertumbuhan gulma yang cenderung pesat dan menganggu tanaman. Disamping pekerjaan yang bersamaan dengan penyiangan, bagi tanaman yang sudah berumur 1 tahun keatas akan terlihat anakan lidah buaya yang harus dibuang atau dipisahkan untuk didederkan dan ditanam kembali atau untuk di jual.
11. Panen dan Pasca Panen
Panen daun pelepah lidah buaya umumnya baru dapat dilakukan memasuki umur tanaman 10-12 bulan atau melihat perkembangan dan pertumbuhan tanaman, apabila sudah sesuai ukuran permintaan pasar dapat dilakukan pemanenan. Lidah buaya yang tumbuh dengan subur ukuran pelepah pertama (bagian bawah) berkisar   40-70 cm dengan tebal daging pelepah antara 2 – 3 cm dan berat mencapai  0,60 kg sampai 1,40 kg.
Pada hamparan tanaman yang sama panen dapat dilakukan sebulan sekali sebanyak 1-2 daun pelepah. Namun petani biasanya melakukan panen pada hamparan yang sama tidak sekaligus (1 kali) mengingat tingkat pertumbuhan tanaman yang berbeda, sehingga panen dapat dilakukan beberapa kali dalam hamparan yang sama tetapi lain tanaman. Panen dilakukan untuk daun pelepah pertama (terbawah) dengan cara menyobek bagian bawah daun pelepah yang menempel pada batang tanaman dan penyobekan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam serta tidak melukai daging pelepah maupun batang tanaman. Setelah daun pelepah dipanen selanjutnya dibersihkan atau dicuci dalam rendaman air untuk menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel.
Daun pelepah yang sudah bersih selanjutnya disusun rapi pada rak sampai tidak terlihat lagi bintik-bintik air bekas pencucian pada daun pelepah, setelah kering daun pelepah lidah buaya siap untuk di packing/dikemas dan dikirim untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk memenuhi permintaan pasar terhadap daun pelepah lidah buaya segar dari luar Kota Pontianak baik itu untuk dikirim ke Jakarta atau ekspor, umumnya lidah buaya yang sudah bersih dan memebuhi standart permintaan sebelum dikemas terlebih dahulu satu persatu pelepah lidah buaya dibungkus dengan kertas koran dan dikemas dalam peti kayu. Satu buah peti kayu berisi 40 – 50 daun pelepah lidah buaya segar.
12. Peremajaan Tanaman
Peremajaan pada tanaman lidah buaya dilakukan dengan cara memotong batang untuk memperpendek jarak antara pelepah dengan pangkal akar (bukan penggantian tanaman). Untuk menghindari stagnasi pertumbuhan, sebelumnya batang tanaman lidah buaya yang akan dipotong, dibumbun dahulu beberapa hari sampai tumbuh akar pada batang yang akan dipotong.
13. Produksi
Produksi lidah buaya berupa daun pelepah, pada satu pohon tanaman lidah buaya dapat dipanen 1 sampai 2 pelepah setiap bulannya. Untuk tanaman yang berumur 10-12 bulan berat pelepah mencapai 0,6 kg, apabila populasi tanaman mencapai 8.000 (jarak tanaman 1,00 m x 1,25 m) dan yang dapat dipanen diperkirakan mencapai 80 % dari populasi tanaman/ha, masing-masing tanaman
Dipanen sebanyak satu pelepah,maka :
Produksi/ha/bulan         =          80 % x 8.000 x 0,6 kg           =    3.840 kg.
Produksi/ha/tahun         =          12 x 3.840 kg                        =  46.080 kg
c. Kemampuan menjangkau sasaran
Kemampuan daya menerangkan leaflet sudah cukup baik karena kalimat yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa yang sudah umum dikalangan petani. Istilah-istilah yang dipergunakanpun tidak begitu banyak. Istilah yang dipergunakan merupakan istilah umum bidang pertanian dan dibelakang istilah tersebut telah dibubuhkan artinya dalah bahasa yang mudah dipahami oleh petani. Dengan demikian leaflet ini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya petani. Lidah buaya tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya meruncing berbentuk taji. Tebalnya kira-kira 1 cm. Dalamnya bening. Daun ini getas dan tepinya bergerigi. Panjangnya bisa sampai 30 cm. Yang biasa digunakan adalah daun dan akarnya.
 Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah yang bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena sifatnya dari mulai ekstrim masam sampai masam, maka dalam pemanfaatannya untuk dijadikan lahan pertanian terlebih dalulu lahan gambut ini harus dikondisikan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau terdapat genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya mengandung air relatif banyak karena kemampuannya dalam mengikatkan air.

0 komentar "Budidaya Lidah Buaya", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar

Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat