BUDIDAYA LIDAH BUAYA
Latar
Belakang
Lidah buaya
(Aloe vera (L.) Webb.) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia
karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Belakangan
tanaman ini menjadi semakin popular karena manfaatnya yang semakin luas
diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk dari
industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah
buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan
internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari
komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terperek dewasa ini.
.
Tanaman lidah
buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata dapat tumbuh
baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kota
Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di tempat-tempat
lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang karenanya juga
turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tanaman
ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar global, setidaknya
regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan berbagai
program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di
lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan
pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestik maupun global. Tulisan
ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi lapang yang mencakup
aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan ekonomi-sosial yang
terkait dengan pengembangan lidah buaya tersebut.
b. Pesan yang
disampaikan
Pesan yang
ingin disampaikan dalam leaflet ini adalah bagaimana cara membudidayakan secara
khusus tanaman lidah buaya pada lahan gambut. Pembudidayaan tersebut meliputi
proses-proses yang harus dilakukan oleh pembudidaya mulai dari awal yaitu dari
penyiapan lahan hingga proses terakhir yaitu proses produksi sehingga didapat
suatu hasil yang memuaskan. Disini juga dibahas tentang bagaimana cara
mengatasi masalah yang timbul akibat kesalahan dalam proses budidaya.
c. Sasaran yang
dituju
Sasaran yang
dituju adalah para petani di seluruh Indonesia yang tertarik untuk
mengembangkan tanaman lidah buaya pada umumnya dan para petani pada lahan
gambut yang sering kesulitan dalam usahanya meggarap lahan pada khususnya.
Selain itu leaflet ini juga ditujukan kepada siapa saja yang ingin menambah
pengetahuannya tentang pertanian khususnya budidaya tanaman lidah buaya.
d. Efek yang
diharapkan
Efek yang
diharapkan dari dibuatnya leaflet ini adalah bertambahnya pengetahuan para
petani dalam usahanya mengembangkan usahanya di bidang budidaya tanaman lidah
buaya pada lahan gambut . Petani dapat menerapkan seluruh proses-proses yang
harus dilakukan oleh pembudidaya mulai dari awal yaitu dari penyiapan lahan
hingga proses terakhir yaitu proses produksi sehingga didapat suatu hasil yang
memuaskan serta petani dapat mengatasi masalah yang timbul akibat kesalahan
dalam proses budidaya.
Usaha budidaya
yang tadinya sudah baik diharapkan menjadi lebih baik lagi dan petani tidak
melakukan kesalahan-kesalahan lagi dalam proses pembudidayaan karena telah
mendapat suatu referensi yang lebih akurat dari sebelumnya. Selain semakin
bertambahnya pengetahuan bagi petani leaflet ini juga diharapkan mampu menambah
pengetahuan kepada siapa saja yang membacanya dan mungkin dengan semakin
bertambahnya ilmu tentang budidaya tanaman lidah buaya membuatnya semakin
tertarik untuk mengembangkan budidaya tanaman lidah buaya ini menjadi lebih
baik lagi.
2. Efektifitas
a. Kemampuan
daya menerangkan
Kemampuan
leaflet dalam menerangkan dapat dikatakan baik karena dalam upaya menyampaikan
pesan leaflet telah menerankan dengan detail seluruh proses yang harus
dilakukan. Tak hanya proses yang diterangkan secara detail namun juga ukuran
baik berat maupun panjang,waktu mulai hari sampai bulan, serta ciri-ciri yang
dibutuhkan oleh para petani sehingga tidak membuat suatu hal yang membingungkan
yang dapat berakibat kesalahan dalam pelaksaaan budidaya. Selain itu
kata-kata/istilah yang digunakan dalam leaflet ini merupakan kata-kata/istilah
yang mudah dipahami oleh para petani sehingga petani tidak perlu bingung apa
yang dimaksudkan oleh kata/istilah dalam leaflet.
Kelebihan leaflet ini adalah dapat diaplikasikan kepada siapa saja
yang ingin membudidayakan tanaman lidah buaya pada lahan gambut karena semua
yang dibutuhkan telah dijelaskan dalam leaflet ini. Selain itu dengan adanya
leaflet ini para petani di daerah lahan gambut yang tidak bisa menggarap
lahannya karena kurangnya pengetahuan tentang lahn gambut dapat memulai usaha
baru yang lebih menjanjikan dari pada usaha yang dahulu.
Sedangkan kekurangan leaflet ini adalah kurang begitu efektif
apabila disebarkan didaerah yang tidak berlahan gambut karena informasi yang
terkandung dalam leaflet ini hanya akan efektif bila diterapkan di daerah lahan
gambut. Sedangkan sebagian besar wilayah Indonesia tidak berlahan gambut, hanya
sedikit daerah yang berlahan gambut.
b. Pembahasan
masalah
Dalam
pembahasan maasalah akan dijelaskan mengenai mengapa memilih budidaya tanaman
lidah buaya untuk dijadikan sebuah leaflet. Pemilihan budidaya tanaman lidah
buaya sebagai topik dalam leaflet adalah karena belum banyak masyarakat yang
tahu mengenai masalah budidaya tanaman ini, kalaupun tahu mereka hanya sebatas
pengetahuan ringan belaka. Untuk itu dengan dibuatnya leaflet ini
diharapakan para petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.
B. Budidaya
Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga
ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya meruncing
berbentuk taji. Tebalnya kira-kira 1 cm. Dalamnya bening. Daun ini getas dan
tepinya bergerigi. Panjangnya bisa sampai 30 cm. Yang biasa digunakan adalah
daun dan akarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah
yang bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena sifatnya dari
mulai ekstrim masam sampai masam, maka dalam pemanfaatannya untuk dijadikan
lahan pertanian terlebih dalulu lahan gambut ini harus dikondisikan sehingga
sesuai dengan syarat tumbuh tanaman lidah buaya.
Diagram Alur Budidaya Tanaman Lidah Buaya
Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau terdapat
genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya mengandung
air relatif banyak karena kemampuannya dalam mengikatkan air. Teknik budidaya
tanaman lidah buaya pada lahan gambut dapat dijelaskan, sebagai berikut:
1. Penyiapan
Lahan
Lahan gambut yang telah ditetapkan sebagai lokasi untuk budidaya tanaman
lidah buaya, terlebih dahulu harus dibuat parit keliling yang berfungsi untuk
membuang air tanah yang berlebihan (drainase).
Saat awal pembibitan merupakan tahap dimana kebutuhan air harus
diperhatikan. Bibit mungkin akan berwarna kemerah-merahan karena belum
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan pengairan yang cukup, seminggu setelah
pembibitan, bibit akan menunjukkan pertumbuhan normal/pulih dari stres
lingkungan akibat pemisahan dari induk. Pengairan yang berlebihan harus dicegah
karena bibit mudah busuk akibat serangan cendawan pada keadaan lembab. Parit/saluran
air dibuat disekeliling lahan dan pada arah memotong tengah areal lahan dengan
ukuran parit: lebar atas 50 cm, lebar bawah : 35 cm dan kedalaman berkisar
50-60 cm (tergantung tebal lapisan gambut dan kondisi genangan air tanahnya).
Ukuran
Parit Keliling dan Parit Tengah Memotong Lahan
2. Pembersihan
Lahan
Pembersihan lahan yang dimaksud adalah membersihkan lahan dari semua
vegetasi yang ada dengan cara menebas dan menebang pohon semak belukar sampai
semua vegetasi/tumbuhan terpotong. Selanjutnya tebasan dibiarkan hingga kering,
untuk batang kayu yang bisa diangkut dan dikumpulkan menjadi satu ditempat
pembakaran, untuk semak belukar yang kering dikumpulkan dan dibakar ditempat,
setelah lahan bersih pekerjaan berikutnya adalah pembuatan bedengan/guludan.
3. Pembuatan
Bedengan/Guludan
Pembuatan bedengan/guludan sekaligus merupakan pengolahan tanah atau
pecangkulan, bedengan/guludan dibuat dengan ukuran disesuaikan dengan jarak
tanam yang akan digunakan, antara lain :
a. Jarak tanam : 1,25 m x 1,00 m (Populasi :
8. 000 Pohon/Ha)
b. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m (Populasi : 6. 000 Pohon/Ha)
b. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m (Populasi : 6. 000 Pohon/Ha)
Bedengan untuk
jarak tanam (a) dan (b) dibuat dengan ukuran lebar 75 cm dan tinggi 20-30 cm,
dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan atau tergantung selera/keinginan,
tapi ada juga yang membuat bedengan dengan panjang 25 meter.
Ukuran Bedengan
(Jarak antar tanaman = 1,00 m atau
1,25 m)
Apabila bedengan untuk tanaman lidah buaya dibuat belakangan maka
lahan yang sudah bersih langsung diberi tanda untuk pembuatan lubang tanam
(ajir), dengan demikian bedengan tanaman akan terbentuk setelah bibit tanaman
lidah buaya sudah ditanam sekaligus merupakan pembumbunan tanaman.
4. Penyiapan
Sarana Produksi
Sarana produksi yang harus dipersiapkan adalah bibit, pupuk (organik
dan anorganik), abu, kulit udang atau busukan ikan (bila mudah diperoleh) dan
fungisida. Pada penyiapan bibit tanaman lidah buaya harus dipersiapkan dengan
baik sejak pengolahan lahan dimulai yaitu bibit tanaman lidah buaya, sudah
berumur 3 atau 4 bulan dan telah didederkan selama minimal 1 bulan, bibit dapat
diambil dari anakan langsung yang telah mencapai ukuran sebesar ibu jari dengan
tinggi 10 cm – 15 cm, selanjutnya dipisahkan dari induk tanaman dan ditanam
pada tempat pendederan yang telah disiapkan (jarak tanam pendederan 15 cm x 20
cm atau 15 cm x 15 cm), selama pendederan bibit tanaman diberikan perlakuan
pemupukan (pupuk kandang, abu dan pupuk urea).
5. Persiapan
Tanaman
Lahan yang sudah dibuat bedengan selanjutnya diberikan ajir sebagai
tanda jarak tanam dan tempat penanaman bibit. Minimal 1 minggu (7 hari) sebelum
tanam, pada ajir/tanda tanam tadi dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20
cm x 20 cm. Setelah lubang tanam dipersiapkan, selanjutnya masukkan/tempatkan
campuran pupuk urea, TSP, KCL, abu, pupuk kandang dan kulit udang ke dalam
lubang tanam dan tutup lagi dengan tanah dan letakkan lagi ajir tepat ditengah
lubang, sebagai tanda untuk menanamkan bibit lidah buaya.
6. Bibit Lidah
Buaya
Bibit yang akan ditanam, harus diseleksi bersamaan dengan saat
pencabutan bibit dari tempat pendederan. Bibit lidah buaya umumnya berukuran
tinggi 20 – 30 cm dengan minimal 6 (enam) daun pelepah. Anakan yang telah cukup
besar, berusia sekitar 1-2 bulan, dipisahkan dari tanaman induk (ditangkarkan).
Anakan akan muncul dari tanaman induk pada usia 5-6 bulan. Penjarangan anakan
ini sangat penting dilakukan agar tanaman lidah buaya dapat tumbuh besar.
Pembiakan dapat dilakukan melalui anakan (umum dilakukan), benih,
maupun setek batang. Pembibitan dari anakan dapat dilakukan di bedengan atau di
polibag. Pembibitan di bedengan dapat dilakukan dengan membuat bedengan
berukuran 1-1.5 m x 10 m atau menurut kebutuhan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.
Bedengan harus benar-benar remah agar pertumbuhan akar bibit tidak terganggu.
Bibit yang terganggu perkembangan akarnya akibat tanah yang keras tidak akan
tumbuh berkembang. Sebelum ditanami bibit, bedengan ditaburi pupuk kandang
sebanyak 20 – 40 kg (1-2 karung) per bedeng dan diaduk secara merata. Penaburan
kapur pertanian dianjurkan untuk mengurangi serangan cendawan. Penambahan urea
sebanyak 7,5 kg per bedeng bisa dilakukan untuk merangsang pertumbuhan bibit. Sedangkan
pembibitan di polibag, bisa dilakukan dengan media tanah dicampur pupuk kandang
1 : 1 atau 1 : 2 dan ditambahkan NPK 5 gram per polibag tiap dua minggu.
Setelah itu polibag ditaruh di tempat yang cukup teduh namun masih terkena
sinar matahari.
7. Penanaman
Bibit yang sudah diseleksi (terpilih) harus benar-benar sehat, tidak
terdapat luka pada daun pelepah. Pencabutan bibit dapat dilakukan bersamaan
dengan saat hari tanam (tidak dimalamkan atau terlalu lama terkena sinar
matahari langsung/berjemur). Daun-daun bagian bawah yang telah berwarna
kekuningan dan daun yang terserang penyakit perlu dibuang. Daun dijaga agar
tidak sampai tertimbun tanah yang akan menyebabkan busuk akibat serangan
cendawan. Pengairan perlu dilakukan ketika lahan terlihat kering (lama tidak
turun hujan). Pengairan yang telat akan menyebabkan tanaman layu dan daun
berubah warna kuning kemerahan yang memerlukan waktu agar pulih kembali. Setelah
3-4 hari dari pemberian pupuk, bibit tanaman dicabut dan dipindah tanamkan di
lapangan yakni pada lubang yang sudah diberikan campuran pupuk. Penanaman bibit
dengan cara dibenamkan sedalam 4 cm – 6 cm dan tanah disekitar bibit dipadatkan
agar bibit tidak mudah tumbang. Penanaman hendaknya dilakukan pada pagi hari
(jam 07.00 – 10.00) atau sore (jam 16.00).
Setelah 10 – 14 hari setelah tanam, dilakukan pengamatan terhadap
bibit, apabila terdapat bibit yang mati segera dilakukan penyulaman. Penyulaman
di lahan dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 MST (minggu setelah tanam),
yakni dengan cara mengganti tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya
dengan tanaman baru. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung jarak tanam yang
digunakan dan umumnya berjumlah 8.000 tanaman/hektar (jarak tanam 1,00 x 1,25
m).
8. Pengendalian
Penyakit Tanaman
Penyakit pada tanaman lidah buaya umumnya sedikit dan tidak serius,
namun bila terdapat luka pada daun pelepah kemungkinan akan terserang penyakit
busuk yang disebabkan oleh fungi (cendawan) atau bila pada penggunaan pupuk
kandang dari kotoran ayam sering terlihat serangan penyakit busuk pangkal akar
yang disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi. Pada tanaman lidah buaya yang
kekurangan unsur kalium sangat mudah terserang penyakit spot daun (ujung
pelepah menjadi kering atau terdapat bercak-bercak hitam) yang disebabkan oleh
fusarium solani atau alternaria alternata.
Hama yang menyerang lidah buaya relatif sedikit. Terkadang ulat atau
belalang menyerang daun lidah buaya. Pada keadaan lembab sering juga ditemui
hama yang menyerang akar dan batang lidah buaya, terutama saat pembibitan.
Sedangkan penyakit yang menyerang terutama busuk basah akibat cendawan/bakteri
pada daun. Penyemprotan pestisida hanya dilakukan bila serangan hama dan
penyakit cukup mengganggu.
Pada tanaman lidah buaya yang dirawat secara intensif (pupuk
berimbang) jarang sekali bahkan tidak pernah terlihat gejala serangan penyakit.
Namun pada tanaman lidah buaya yang penyediaan unsur haranya tidak seimbang
terutama apabila kelebihan unsur nitrogen (N) akan terlihat pada daun pelepah
yang sekulen berlebihan mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh fungi,
karena serat yang terdapat dalam daun pelepah tidak kuat. Tanaman lidah buaya
yang terserang penyakit cendawan baik di akar atau di daun pelepahnya segera
harus dimusnahkan dan tanaman yang belum terserang di semprot dengan fungisida.
9. Pemupukan
Tanaman
Tanaman lidah buaya sangat diharapkan pertumbuhan vegetatifnya yang
subur karena daun pelepahnya yang akan di panen. Untuk mendapatkan pertumbuhan
tanaman lidah buaya yang baik harus dilakukan penambahan unsur hara melalui
pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan dosis berdasarkan umur tanaman dan
diberikan dengan kontinyu pada waktu yang telah ditentukan. Secara rinci
pelaksanaan pemupukan tanaman lidah buaya sebagai berikut :
a). Pupuk Dasar
: diberikan 3-4 hari sebelum tanam terdiri dari :
Pupuk Kandang =
200 gram/pohon
Pupuk Urea = 20 gram/pohon
Pupuk TSP = 10 gram/pohon
Pupuk KCL = 10 gram/pohon
Pupuk Urea = 20 gram/pohon
Pupuk TSP = 10 gram/pohon
Pupuk KCL = 10 gram/pohon
Abu
Tanaman =
25 gram/pohon
Kulit Udang = 25 gram/pohon
Kulit Udang = 25 gram/pohon
Ketujuh jenis
sarana produksi (pupuk) ini dicampur merata dan masukan ke dalam lubang tanaman
untuk selanjutnya ditutup lagi dengan tanah yang diambil dari sekitar lubang.
b). Pupuk
Susulan tahun 1 : pupuk ini mulai diberikan pada umur tanaman 1,5-2 bulan
setelah tanam, terdiri dari :
Pupuk
Urea
=
20 gram/tanaman
Pupuk TSP = 10 gram/tanaman
Pupuk KCL = 10 gram/tanaman
(selanjutnya diberikan setiap 2 bulan sekali)
Pupuk TSP = 10 gram/tanaman
Pupuk KCL = 10 gram/tanaman
(selanjutnya diberikan setiap 2 bulan sekali)
Sedangkan untuk
pupuk kandang, abu dan kulit udang diberikan setiap 24 minggu sekali (6 bulan
sekali) dengan dosis :
Pupuk Kandang =
250 gram
- 300 gram/tanaman
Abu Tanaman = 30 gram - 50 gram/tanaman
Kulit Udang = 25 gram - 40 gram/tanaman
Abu Tanaman = 30 gram - 50 gram/tanaman
Kulit Udang = 25 gram - 40 gram/tanaman
Pada pemberian
pupuk susulan tahun II, dosis pupuk anorganik ditingkatkan lagi, begitu juga
dengan tahun III dan Ke IV dan seterusnya pemupukan dilakukan dengan cara
dibenamkan ditengah-tengah antara tanaman dalam bedengan.
10. Penyiangan
(Pengendalian Gulma)
Penyiangan dilakukan pada saat sebelum dilakukan pemupukan susulan,
namun demikian penyiangan dapat saja dilakukan secepatnya bila gulma disekitar
tanaman lidah buaya sudah terlihat banyak yang tumbuh. Penyiangan dilakukan
dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau kored, bersamaan dengan
penyiangan dilakukan pembersihan alur antar bedengan dan menaikkan tanah-tanah
yang turun dari bedengan karena curah hujan.. Penyiangan pada tanaman lidah
buaya sangat penting dilakukan karena peertumbuhan gulma yang cenderung pesat
dan menganggu tanaman. Disamping pekerjaan yang bersamaan dengan penyiangan,
bagi tanaman yang sudah berumur 1 tahun keatas akan terlihat anakan lidah buaya
yang harus dibuang atau dipisahkan untuk didederkan dan ditanam kembali atau
untuk di jual.
11. Panen dan
Pasca Panen
Panen daun pelepah lidah buaya umumnya baru dapat dilakukan memasuki
umur tanaman 10-12 bulan atau melihat perkembangan dan pertumbuhan tanaman,
apabila sudah sesuai ukuran permintaan pasar dapat dilakukan pemanenan. Lidah
buaya yang tumbuh dengan subur ukuran pelepah pertama (bagian bawah)
berkisar 40-70 cm dengan tebal daging pelepah antara 2 – 3 cm dan
berat mencapai 0,60 kg sampai 1,40 kg.
Pada hamparan tanaman yang sama panen dapat dilakukan sebulan sekali
sebanyak 1-2 daun pelepah. Namun petani biasanya melakukan panen pada hamparan
yang sama tidak sekaligus (1 kali) mengingat tingkat pertumbuhan tanaman yang
berbeda, sehingga panen dapat dilakukan beberapa kali dalam hamparan yang sama
tetapi lain tanaman. Panen dilakukan untuk daun pelepah pertama (terbawah)
dengan cara menyobek bagian bawah daun pelepah yang menempel pada batang
tanaman dan penyobekan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam
serta tidak melukai daging pelepah maupun batang tanaman. Setelah daun pelepah
dipanen selanjutnya dibersihkan atau dicuci dalam rendaman air untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel.
Daun pelepah yang sudah bersih selanjutnya disusun rapi pada rak
sampai tidak terlihat lagi bintik-bintik air bekas pencucian pada daun pelepah,
setelah kering daun pelepah lidah buaya siap untuk di packing/dikemas dan
dikirim untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk memenuhi permintaan pasar
terhadap daun pelepah lidah buaya segar dari luar Kota Pontianak baik itu untuk
dikirim ke Jakarta atau ekspor, umumnya lidah buaya yang sudah bersih dan
memebuhi standart permintaan sebelum dikemas terlebih dahulu satu persatu
pelepah lidah buaya dibungkus dengan kertas koran dan dikemas dalam peti kayu.
Satu buah peti kayu berisi 40 – 50 daun pelepah lidah buaya segar.
12. Peremajaan
Tanaman
Peremajaan pada tanaman lidah buaya dilakukan dengan cara memotong
batang untuk memperpendek jarak antara pelepah dengan pangkal akar (bukan
penggantian tanaman). Untuk menghindari stagnasi pertumbuhan, sebelumnya batang
tanaman lidah buaya yang akan dipotong, dibumbun dahulu beberapa hari sampai
tumbuh akar pada batang yang akan dipotong.
13. Produksi
Produksi lidah buaya berupa daun pelepah, pada satu pohon tanaman
lidah buaya dapat dipanen 1 sampai 2 pelepah setiap bulannya. Untuk tanaman
yang berumur 10-12 bulan berat pelepah mencapai 0,6 kg, apabila populasi
tanaman mencapai 8.000 (jarak tanaman 1,00 m x 1,25 m) dan yang dapat dipanen
diperkirakan mencapai 80 % dari populasi tanaman/ha, masing-masing tanaman
Dipanen sebanyak satu pelepah,maka
:
Produksi/ha/bulan = 80 % x 8.000 x 0,6 kg = 3.840 kg.
Produksi/ha/tahun = 12 x 3.840 kg = 46.080 kg
Produksi/ha/bulan = 80 % x 8.000 x 0,6 kg = 3.840 kg.
Produksi/ha/tahun = 12 x 3.840 kg = 46.080 kg
c. Kemampuan
menjangkau sasaran
Kemampuan daya menerangkan leaflet sudah cukup baik karena kalimat
yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa yang sudah umum
dikalangan petani. Istilah-istilah yang dipergunakanpun tidak begitu banyak.
Istilah yang dipergunakan merupakan istilah umum bidang pertanian dan
dibelakang istilah tersebut telah dibubuhkan artinya dalah bahasa yang mudah
dipahami oleh petani. Dengan demikian leaflet ini dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat Indonesia, khususnya petani. Lidah buaya tumbuh Iiar di
tempat berudara panas tapi sering juga ditanam di pot dan pekarangan rumah
sebagai tanaman hias. Daunnya meruncing berbentuk taji. Tebalnya kira-kira 1
cm. Dalamnya bening. Daun ini getas dan tepinya bergerigi. Panjangnya bisa
sampai 30 cm. Yang biasa digunakan adalah daun dan akarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa
gambut merupakan salah satu jenis tanah yang bermasalah dalam penyediaan unsur
hara bagi tanaman, karena sifatnya dari mulai ekstrim masam sampai masam, maka
dalam pemanfaatannya untuk dijadikan lahan pertanian terlebih dalulu lahan
gambut ini harus dikondisikan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
lidah buaya. Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau
terdapat genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya
mengandung air relatif banyak karena kemampuannya dalam mengikatkan air.
0 komentar "Budidaya Lidah Buaya", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat