Fisiologi Ikan (II)

IV. HASIL  DAN  PEMBAHASAN

4.1. Hasil
            Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan selama praktikum mengenai rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis bahwa pada percobaan 1 yaitu darah setelah ditambahkan aquadest sel-sel darah merahnya mengembang dan sifatnya bisa tembus cahaya. Sedangkan darah setelah ditambahkan larutan NaCL sel-sel darahnya bentuknya padat atau sel-sel darahnya mengkerut dan tidak tembus cahaya. Untuk darah yang dijadikan sebagai kontrol bentuk sel-sel darahnya padat atau mengkerut.
            Sedangkan pada percobaan 2 darah yang semula tidak tembus cahaya menjadi tembus cahaya kedua-duanya.
Tabel 1.  Hasil percobaan yang didapatkan secara makroskopis
No
Gambar
Ket
1.
Tabung A  apabila diterawang  tembus cahaya (Sampel yang ditambah aquades).
2.
Tabung B apabila diterawang tidak tembus cahaya  (Sampel yang ditambah NaCl)
3.
Tabung C apabila diterawang tidak tembus cahaya (Sampel kontrol)
4.
Tabung D apabila diterawang  tembus cahaya (sampel A yang ditambahkan NaCl)
5.
Tabung E apabila diterawang  tembus cahaya (Sampel B yang ditambahkan aquades)

Tabel 2. Hasil percobaan yang didapatkan secara mikroskopis
No
Gambar
Ket
1.



Darah yang ditambahkan aquades bentuk sel-sel darahnya mengembang
2.



Darah yang ditambahkan larutan NaCL bentuk sel-sel darah merahnya mengkerut
3.



Darah control bentuk sel darahnya mengkerut
4.



Sampel A yang ditambahkan NaCl bentuk sel darahnya mengembang
5.



Sampel B yang ditambahkan aquades bentuk sel darahnya mengembang
4.2. Pembahasan
Darah yang ditambahkan Aqudest bentuk sel-sel darahnya mengembang, ini disebabkan membran sel darah merah sifatnya permiabel terhadap air tetapi impermiabel terhadap garam-garam. Air dapat mengalir melaui membran sel, oleh karena itu bila darah dimasukkan kedalam larutan yang hipotonis maka sel darahnya akan mengembang dan kemudian pecah. Peristiwa pecahnya sel darah merah hingga isinya menyebar keseluruh larutan yang disebut sebagai haemolisis yaitu peristiwa pecahnya sel darah merah sehingga menyebar (Hal ini sesuai dengan Windarti, dkk, 2010).
Untuk darah yang ditambahkan larutan NaCL bentuk sel-sel darah merahnya mengkerut, ini disebabkan karena darah dimasukkan kedalam larutan hipertonis dengan tekanan osmosa lebih tinggi dari tekanan osmosa darah, maka air dalam sel akan mengalir keluar dan sel darah  merah akan mengkerut. Namun bila darah dimasukkan  ke dalam larutan  isotonis maka sel darah merah tidak akan mengalami perubahan. Cairan inilah yang disebut cairan fisiologis (Hal ini sesuai dengan Windarti, dkk, 2010).
Untuk sampel Kontrol darahnya tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan sifat-sifat optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Sedangkan untuk sampel yang kombinasi bentuk sel darahnya kedua-duanya mengembang karena adanya proses difusi/osmosa pada sampel sehingga hemoglobinnya lepas dan darahnya menjadi tembus cahaya (mengembang).



V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 1 untuk mengetahui suatu sel darah merah apakah mengalami haemolisis setelah ditambahkan aquadest dan larutan  NaCL. Dan juga untuk mengetahui hasil dari kombinasi berbagai larutan yang digunakan apakah selnya bentuknya mengembang ataupun mengkerut.
 Sel darah yang biasa tidak tembus cahaya, sesuai dengan sifat-sifat optic dari eritrosik dari darah tersebut. Namun, apabila sel-sel darah ini dilarutkan dalam suatu cairan yang berbeda konsentrasi garamnya, atau jika sel-sel darah ini membengkak karena proses difusi/osmosa, maka hemoglobin akan lepas sehingga darah menjadi tembus cahaya.
5.2. Saran
Agar pratikum Fisiologi Hewan Air ini bisa terus dipertahankan untuk yang lebih baik dimasa yang akan dating. Dan kalau bisa ikan yang dibawa agak banyak karena praktikan belum mahir dalam melakukan penyuntikan sehingga sel darah yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan.


DAFTAR  PUSTAKA

a.      Sumber Buku
Alamanda, et. al. 2006. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah  untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus di Kolam Budi daya Desa Mangkubumen Boyolali. Biodiversitas 8 (1) : 34-38.
Dopongtonung, A. 2008. Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp.) yang Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Mudjiman, A. 2001. Makanan ikan dan sistem darah. Cet. Ke – 15. PT. Penebar swadaya. Jakarta. 190 hal.
Windarti, dkk,.2010. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UR : Pekanbaru.
Windarti, dkk,.2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UR : Pekanbaru.

b.      Sumber Internet

http://linc3zbio.blogspot.com diakses pada 25 Maret 2010, Pukul  20.03 WIB

0 komentar "Fisiologi Ikan (II)", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar

Kita adalah penjelajah,,tinggalkanlah jejak anda dimanapun anda kunjungi.
semoga bermanfaat